Mungkin kita butuh adaptasi karena ikut mengubah perilaku kita. Misalkan mengubah kebiasaan dari menggunakan mobil untuk operasional kini membiasakan menggunakan motor atau transportasi umum. Tentu saja ini akan membuat kita hemat khususnya dalam pengeluaran bahan bakar.Â
Saya pun yang biasanya tiap minggu atau hari libur digunakan untuk wisata maka kini sebulan cukup 1-2 kali saja atau memilih tempat wisata murah meriah. Tanpa disadari gaji kita menjadi tersisa lebih banyak. Akhirnya saya alihkan untuk ditabung.Â
# Pisahkan Pengeluaran Per Kategori
Kesalahan banyak orang dalam mengatur keuangan adalah tidak memiliki proyeksi pengeluaran dan pengklasifikasian alokasi dana.Â
Saya sempat menonton video yang cukup inspiratif di mana seseorang mengedukasi cara mengatur budget pribadi/keluarga. Dirinya sengaja menyiapkan file plastik dengan membuat tiap kategori.Â
Misalkan sumber pemasukan kita 5 juta perbulan. Maka bisa klasifikasikan pengeluaran sebagai berikut:
- Untuk bayar kos, listrik, air, iuran = 1.000.000
- Makan dan transportasi = 1.800.000
- Keperluan kos dan pribadi = 500.000
- Refreshing/hang out= 400.000
- Asuransi BPJS = 100.000
- Bayar Cicilan = 500.000
- Tabungan/investasi = 500.000
- Dana darurat = 200.000
Kelebihan jika kita membuat klasifikasikan pengeluaran maka kita akan terbiasa menekan pengeluaran dan tetap memiliki aset. Bahkan dana darurat jika suatu-suatu terjadi hal tidak terduga pun sudah ada dana tersendiri.Â
Alokasi untuk tabungan/investasi dan dana darurat inilah yang akan jadi pegangan kita seandainya kelak terjadi resesi ekonomi. Ingat kita perlu belajar pada resesi 1998 dan masa pandemi. Banyak dari kita yang tidak punya tabungan atau dana darurat sehingga jadi terpuruk.Â
# Ciptakan Sumber Penghasilan Baru
Kini saatnya kita mulai mencoba penghasilan baru dan tidak tergantung pada 1 sumber saja. Selain melatih kita lebih mandiri, kreatif, dan pekerja keras juga menghindari risiko kita terganggu jika kehilangan sumber penghasilan utama.Â