Tiba-tiba gawai saya tidak bisa mengirim pesan online, tidak hanya itu membuka internet pun tidak bisa. Sempat berpikir bahwa jaringan internet sedang bermasalah.Â
Bukan rahasia lagi kadangkala jaringan provider internet sering mengalami gangguan. Kondisi ini membuat banyak pengguna merasa jengkel. Selain itu jika berada di kawasan yang tidak terjangkau internet, meski ada jaringan muncul namun hanya bertuliskan logo G (GPRS) atau E (Edge) yang tentu saja mengakses internet akan lama.Â
Ternyata oh ternyata setelah cek melalui aplikasi provider, kuota internet saya tersisa 0 kb. Artinya saya harus segera membeli paketan internet baru jika ingin berselancar ria di dunia maya.Â
Wow, penggunaan internet saya tergolong besar. Dengan paketan 120 GB per bulan ternyata habis lebih cepat. Bagi saya jumlah ini sudah tergolong besar apalagi jika saya mengingat masa-masa beberapa tahun lalu.Â
Semasa awal kuliah, saya ingat membeli paket internet 500 mb sudah cukup digunakan sebulan. Kemudian meningkat 1 GB, 2 GB, 4 GB, 10 GB dan kini lebih dari 100 GB per bulan.Â
Saya yakin pembaca Kompasiana pun pernah terlintas hal sama, kemana larinya kuota internet dimana paket jumlah besar tetap habis digunakan per bulan.Â
Sedikit mengevaluasi diri, sepertinya ada beberapa hal penyebab kuota internet cepat memuai dari gawai kita. Apa saja itu?Â
# Berkembangnya Sosial Media dan Layanan Internet
Kenapa dulu internet 1 GB masih terasa cukup ternyata karena perkembangan sosial media dan internet tidak secepat masa kini. Dulu seingat saya di tahun 2012 hanya menggunakan internet untuk Facebook, Twitter, email, dan browsing internet sederhana.Â
Kini sosial media sudah sangat banyak mulai youtube, Whatsapp, Line, Instagram, Tiktok, dan masih banyak lainnya. Bahkan ketika saya coba cek aplikasi apa yang menghabiskan banyak data ternyata Youtube, Instagram yang terpasang di handphone menjadi salah satu penyebabnya.
Saudara saya bahkan kuota cepat habis karena dipakai untuk menonton dan main Tiktok. Aplikasi ini jika seharian dipakai bisa menghabiskan bergiga-giga megabyte. Jangan kaget jika akhirnya kuota jadi cepat habis.
2. Layanan Streaming Merajalela
Kemudahan teknologi memungkinkan orang mengakses dan menonton film atau video cukup dari gadget. Ini juga terjadi pada diri saya dan orang sekitar.
Kini banyak layanan streaming video dan film yang memberikan paketan murah dan bisa sharing cost. Saya beserta 3 teman menggunakan layanan streaming film hanya 35 ribu per bulan.
Jadi saya bisa menonton kapan pun dan di manapun film atau series yang saya suka hanya dengan 35 ribu per bulan. Bandingkan jika harus menonton bioskop. Uang segitu hanya cukup 1 kali nonton.
Kenyamanan ini tentu juga memiliki dampak lain dari sisi kuota. Saat hari libur, bisa jadi dari pagi hingga malam digunakan untuk menonton film atau drama series yang tengah populer.
Padahal menonton streaming ini akan menghabiskan banyak data. Jika pembaca tipe yang suka nonton streaming video dan film, saya yakin paket data 50 GB tidak akan cukup sebulan.
3. Game Online yang Menarik
Tante saya curhat jika anaknya bisa menghabiskan 100 ribu per bulan hanya untuk beli data internet. Yang bikin kesal data tersebut hanya digunakan untuk bermain game online.
Saya akui bermain game online selain menjadi hiburan juga bisa menciptakan rasa candu. Bangun tidur langsung game online, siang game online bahkan malam pun tetap main game online.
Aktivitas rutin dan penting bisa teralihkan dengan game online. Padahal game online ini selain boros baterai gadget juga boros data internet.
Ayo siapa yang mau sharing kebutuhan data internet per bulan bagi penyuka game online? Saya tebak pasti di atas 50 GB apalagi jika dimainkan dari pagi sampai sore.
4. Urusan Pekerjaan
Ada pengguna gadget yang memanfaatkan internet untuk hal positif salah satunya mendukung urusan pekerjaan.Â
Contoh sederhana saat saya melihat seorang penjual yang sibuk mempromosikan dagangan melalui streaming di sosial media. Dirinya tidak segan melakukan streaming Berjam-jam di depan gadget secara online agar menarik jumlah pembeli.Â
Aktivitas ini semakin meningkat saat ada produk baru atau memasuki masa akhir pekan atau jam sibuk. Peluang mendapatkan cuan akan lebih besar sehingga mereka rela menghabiskan banyak data untuk hal ini.
Ada juga konten kreator yang membutuhkan data besar untuk memposting, mengedit atau mempromosikan melalui layanan internet. Para konten kreator bahkan rela membayar paket lebih mahal asalkan jaringan internet stabil dan memiliki kecepatan yang diharapkan.
5. Keapesan Tethering WiFi
Wuah kenapa saya bilang keapesan? Kadang ada keluarga, kerabat atau teman yang kehabisan data meminta kita untuk berbagi paketan melalui tethering.
Maksud baik kadang bisa disalahgunakan. Ini pernah terjadi di sekitar saya. Ketika sudah berbaik hati untuk tethering WiFi dengan asumsi ada kebutuhan mendesak yang membutuhkan layanan internet justru digunakan untuk sesuatu diluar dugaan.
Pernah merasakan momen, orang yang kita beri tethering justru menggunakan internet tersebut untuk nonton YouTube atau download video. Inilah yang saya bilang momen keapesan yang justru membuat paket kita cepat habis.
***
Internet saat ini telah menjadi kebutuhan penting dalam mendukung aktivitas sehari-hari. Mulai untuk mencari informasi, berkomunikasi, mengekspresikan diri, menghibur diri atau bahkan mendukung aktivitas.
Ironisnya setiap waktu justru kebutuhan internet kita semakin meningkat. Selain itu harga paketan pun juga ikut naik. Jika dulu dirasa cukup entah kenapa sekarang justru kurang.
Hal-hal di atas bisa jadi bahan introspeksi diri mengapa kok paket data kita cepat habis. Apakah sobat Kompasiana pernah berpikir atau mengalami hal ini? Yuk sharing di kolom komentar.
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H