Hari Minggu (4/12) dini hari tepatnya pukul 02.46 WIB, Gunung Semeru sebagai gunung tertinggi di Jawa mengalami erupsi. Tidak disangka erupsi ini bertepatan dengan 1 tahun kejadian erupsi yang terjadi pada tahun sebelumnya.Â
Mengutip dari KOMPAS.com diinformasikan bahwa Awan Panas Guguran (APG) Gunung Semeru meluncur dari puncak kawah jonggring saloko sejauh tujuh kilometer ke arah tenggara dan selatan.Â
Secara personal erupsi Gunung Semeru mengagetkan saya mengingat tidak ada tanda-tanda akan terjadinya erupsi. Seketika saya menanyakan kabar teman kerja di Pasuruan, apakah mereka terkena dampak dari erupsi Gunung Semeru.Â
Ini karena Kabupaten Pasuruan terletak berdekatan dengan Lumajang. Beruntung diinfokan jika abu erupsi tidak sampai ke lokasi rekan kerja saya berada.Â
Entah kenapa saya teringat saat dulu terjadi letusan Gunung Kelud pada 13 Februari 2014. Saat itu saya masih tinggal di Malang yang berdekatan dengan Kediri dan Blitar yang menjadi wilayah Gunung Kelud.Â
Saat itu saya melihat cahaya api dan sambaran kilat di langit. Itu tanda bahwa ada gunung berapi yang tengah meletus. Dampak dari letusan tersebut sangat besar.Â
Abu letusan menyebar dan menutupi wilayah di sekitar Gunung Kelud. Atas rumah seakan dihujani abu vulkanik bahkan saat evakuasi warga, banyak warga dengan kondisi tubuh kotor terkena abu vulkanik.Â
Masalah muncul ketika abu vulkanik yang tersebar di udara membuat kita kesulitan bernafas. Udara menjadi kotor dan berpotensi menciptakan sesak nafas atau masalah pernafasan.Â
Tidak jauh berbeda ketika Gunung Merapi meletus. Gunung yang dikenal sebagai salah satu gunung teraktif karena nyaris setiap beberapa tahun terjadi aktivitas erupsi.Â