Saya pernah melintas di salah satu perkampungan yang ternyata setiap rumah memiliki tanaman toga. Wuah, ternyata masyarakat di perkampungan tersebut terbiasa dengan jenis tanaman ini dan bahkan tengah menyiapkan diri dalam kompetisi desa sehat.Â
Sebagai tanaman obat keluarga, budidaya dan sistem penanaman tanaman toga bahkan bisa dilakukan di lahan sempit. Memanfaatkan kaleng bekas, pipa paralon atau media karung pun kita bisa menanam tanaman toga sederhana seperti kumis kucing, lidah buaya, kencur, kunyit dan sebagainya.Â
Saya ingat saat kecil menanam kunyit dengan menggunakan pot kecil dan ternyata tanaman tumbuh hingga menghasilkan umbi kunyit. Dengan penataan yang rapi, ternyata tanaman toga juga dapat mempercantik lingkungan rumah. Jadi selain bermanfaat bagi kesehatan juga memberi dampak bagi lingkungan sekitar.Â
# Mengurangi Ketergantungan Obat Industri
Seandainya kita sudah terbiasa memanfaatkan dan mengolah hasil alam sebagai obat maka niscaya perlahan kita akan mulai mengurangi ketergantungan obat industri.Â
Berkaca pada kakek-nenek kita di zaman dahulu yang belum mengenal obat industri. Mereka selalu memanfaatkan obat-obatan hasil alam. Bahkan penyakit bisa disembuhkan dan kondisi tubuh sehat karena minim bahan kimia dalam tubuh. Alhasil ini menjadi rahasia kenapa orang jaman dahulu berusia panjang.Â
Berbeda dengan masyarakat saat ini. Sedikit-sedikit minum obat industri. Ketika dirasa sudah tidak mempan, masyarakat suka menambah dosis tanpa konsultasi dengan dokter, apoteker atau tenaga kesehatan.Â
Tidak jarang muncul kasus overdosis atau timbul efek samping yang membahayakan kesehatan. Mengonsumsi obat alami lebih aman dan jarang memunculkan efek samping berlebihan.Â
# Tanaman Toga Bernilai Ekonomis
Banyak tanaman toga yang ternyata mampu memberikan nilai ekonomis. Misalkan tanaman kunyot, kencur, jahe, maupun temulawak yang juga kadang digunakan sebagai bumbu masakan. Hasil budidaya pun bisa kita gunakan untuk konsumsi pribadi atau bahkan dijual.Â