Setelah vakum terhadap aktivitas internasional selama masa pandemi, kini Bali tengah dipersiapkan menjadi tuan rumah G20 dengan puncak acara 15-16 November 2022.
Tentu ada euforia tersendiri karena Bali berharap kegiatan ini akan berdampak positif bagi pariwisata dan ekonomi di Bali pasca-pandemi. Selama penutupan penerbangan internasional, kondisi Bali sangatlah terpuruk. Bahkan saya merasa jauh lebih terpuruk dari dampak Bom Bali 1 dan 2.
Baru kali ini saya melihat Ubud dan Kuta terasa sepi. Bahkan karena sepinya banyak outlet usaha tutup dan aktivitas diatas jam 6 sore sudah sepi. Jauh berbeda sebelum ada Covid-19, di mana 2 wilayah ini terasa hidup bahkan hingga tengah malam.Â
Tidak hanya itu di sosial media banyak postingan vila, restoran bahkan hotel yang dijual karena ketidakmampuan operasional namun si pemilik tetap mengeluarkan dana perawatan dan sebagainya.Â
Perlahan ketika pemerintah mulai melonggarkan aktivitas masyarakat dalam skala domestik, penggiat pariwisata mulai membangun asa kembali. Namun tetap banyak pelaku pariwisata berharap penerbangan internasional dibuka karena wisatawan asing memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi Bali.Â
G20 menjadi tonggak penting bagi Bali, jika kegiatan ini dapat berlangsung dengan baik dan sukses maka diharapkan akan meyakinkan wisatawan asing bahwa Bali aman dan sudah bisa dikunjungi.Â
Pemerintah pun terlihat fokus mempersiapkan Bali sebagai tuan rumah G20. Terbukti sudah banyak pembenahan yang dilakukan mulai perbaikan jalan, merenovasi bandara, menentukan lokasi kegiatan, kerjasama dengan penyedia akomodasi.Â
Bagi saya ada hal penting yang tidak boleh luput yaitu terkait keamanan Bali. Sejak Jumat lalu, banyak mobil dan motor dari Polda Jatim yang banyak berdatangan ke Nusa Dua. Tidak hanya itu personel TNI pun sudah banyak berpatroli di sekitar Nusa Dua.Â