Topik pilihan Kompasiana tentang malasnya orang berjalan sehat saat ini memang bukan isapan jempol semata. Setidaknya ini berdasarkan pengalaman pribadi dan pengamatan sehari-hari.Â
Jangankan berjalan 1.000 langkah sehari, ke warung di depan perumahan saja harus menggunakan motor. Bahkan ada yang lebih miris ada tetangga yang cuma buang sampah di depan pintu masuk malah menggunakan mobil. Padahal tidak butuh 2 menit untuk berjalan kaki ke lokasi tersebut.Â
Saya mungkin termasuk orang yang sudah dimanjakan kemajuan transportasi. Padahal jika mengenang masa kecil tepatnya saat masa Sekolah Dasar (SD) sangat bertolak belakang.Â
Dulu jarak rumah ke sekolah sekitar 4 kilo saja bukan hal berat. Berjalan kaki bersama teman sebaya menjadi hal menyenangkan saat itu. Bahkan saya pernah dulu berjalan kaki hingga berjam-jam karena bosan. Kini jika saya disuruh melakukan hal sama seperti itu, entah kenapa saya sepertinya akan sering mengeluh kecapean.Â
Secara khusus saya melihat ada 3 hal penyebab utama terjadinya fenomena ini.Â
1 Terjebak Dalam Zona Nyaman Transportasi
Rasanya mayoritas di antara kita pasti memiliki kendaraan untuk mobilisasi seperti sepeda kayuh, motor, skuter, ataupun mobil. Bagi para perantau khususnya di kota besar, tidak perlu khawatir karena sekaramg sudah banyak tersedia transportasi umum seperti bus, ojek online, angkot/angdes, kereta dan sebagainya.Â
Perlahan namun pasti kita jadi terbiasa dan nyaman menggunakan transportasi dibandingkan berjalan kaki. Hal lucu saat masa kuliah, banyak teman yang kos sebenarnya tinggal di samping kampus tapi mereka merasa jalan kaki itu melelahkan. Alhasil mereka lebih suka pakai motor atau mobil ke kampus.Â
2. Faktor Gengsi Sosial
Berjalan kaki memiliki keunggulan di mana semua terasa sama. Tidak akan terlihat mana yang kaya dan miskin jika berjalan kaki bersama-sama.Â
Kini faktor gengsi sudah memiliki peran besar orang menjadi malas untuk berjalan kaki. Ini karena kendaraan juga bisa menunjukan identitas kita.Â
Misalkan orang membawa motor 150 cc akan merasa lebih percaya diri dibandingkan yang membawa motor 125 cc. Membawa mobil akan mudah menarik perhatian orang dibandingkan membawa motor dan begitu seterusnya.Â
Hal unik ketika ada teman sengaja membawa mobil ke kampus dibandingkan jalan kaki karena gengsi dan sekaligus memudahkan menarik perhatian lawan jenis. Sudah bisa ditebak, dirinya mudah mendekati lawan jenis bahkan memiliki pacar yang cukup favorit di kampus.Â
3. Mulai Menekankan Efisiensi Waktu dan Kebutuhan Khusus
Alasan yang kerap dilontarkan kenapa malas berjalan kaki saat ini karena ingin efisiensi waktu. Sangat logis karena jika berjalan kaki 1 kilometer bisa menghabiskan waktu hingga 7-15 menit. Bandingkan jika menggunakan kendaraan motor bisa ditempuh kurang dari 4 menit.Â
Artinya menggunakan kendaraan motor akan sangat efisiensi waktu apalagi jika kita tengah terburu-buru menuju suatu lokasi.Â
Selain itu ada alasan khusus lainnya seperti menggunakan transportasi bisa memudahkan kita dalam membawa barang. Bandingkan jika dengan berjalan kaki, membawa barang akan membuat kita mengeluarkan tenaga yang ekstra.Â
Sejujurnya saya pernah merasa malu sendiri karena saya termasuk personal yang sudah malas berjalan kaki. Sudah bisa tertebak, perut kini kian buncit, jalan sedikit sudah mulai mengeluh capek dan merasa jalan kaki itu buang waktu.Â
Rasa malu saat dulu pergi mendaki ke Gunung Semeru. Mendaki gunung tertinggi di Pulau Jawa tentu membutuhkan fisik kuat dan siap berjalan kaki dengan durasi lama. Bahkan proses pendakian bisa mencapai 4 hari 3 malam untuk naik dan turun mendaki.Â
Tiba-tiba saya melihat sepasang kakek-nenek dari Jepang dan bule yang justru bisa berjalan kaki lebih lama. Bahkan durasi mendaki mereka lebih cepat dibandingkan saya yang notabane-nya lebih muda.Â
Ini jadi tamparan tersendiri bahwa gaya hidup masyarakat kita sudah sangat bergantung pada kemajuan transportasi pribadi dan umum. Teman- teman saya yang pernah tinggal di negara maju seperti Jepang, Jerman dan Australia. Mereka justru merasa berjalan kaki sudah jadi kebiasaan rutinitas.Â
Ini karena mahalnya pajak kendaraan, biaya BBM dan parkir serta ketersediaan transportasi umum dan publik membuat teman saya ini mulai kembali menyukai berjalan kaki menuju lokasi atau ke halte atau stasiun terdekat.Â
Kini kebiasaan tersebut masih terjaga hingga dirinya balik ke Indonesia. Tandanya ada faktor lain sepertinya aturan dan kemudahan akses transportasi umum serta publik mampu menjaga kebiasaan masyarakat untuk berjalan kaki.Â
Berkaca pada kebiasaan ini perlahan saya sudah mencoba mengubah kebiasaan dari malas berjalan kaki mencoba kembali menyukai berjalan kaki. Apalagi banyak kasus masyarakat yang mulai mudah terserang penyakit seperti obesitas, serangan jantung, stroke dan sebagainya.Â
Ketika melihat langsung fenomena ini biasanya kita jadi introspeksi diri dan mencoba hidup sehat. Cara mudah, hemat dan memberikan dampak besar adalah dengan berjalan kaki.Â
***
Malas gerak dan malas jalan seakan sudah menjadi penyakit masyarakat masa kini. Ini karena faktor kenyamanan dengan penggunaan transportasi serta berdalih untuk efisiensi.Â
Padahal dulu saat masih kecil dan transportasi belum berkembang secepat ini, berjalan kaki berkilo-kilo meter atau bahkan berjam-jam bukan masalah krusial.Â
Harapannya kelak kita mulai terbiasa lagi berjalan kaki agar tubuh jadi sehat dan pastinya kita jadi sosok yang peduli pada kesehatan personal dan lingkungan karena dengan berjalan kaki jadi kontribusi nyata mengurangi polusi yang dihasilkan dari kendaraan.Â
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H