Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mewujudkan Mimpi Eka Tjipta Widjaja, Membangun Negeri Melalui Pendidikan

14 September 2022   23:04 Diperbarui: 14 September 2022   23:06 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak Eka Tjipta Widjaja Yang Berkontribusi Untuk Peningkatan Pendidikan Di Indonesia | Sumber Kabar24-Bisnis.com

"Berikan aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia" (Soekarno) 

Isi pidato Bapak Soekarno menunjukkan bahwa pemuda memiliki peran penting bagi kemajuan negara. Tidak salah mengingat pemuda akan menjadi tonggak utama pembangunan bangsa dalam segala bidang. 

Namun bagaimana jika pemuda ternyata memiliki wawasan dangkal dan tertinggal dari negara lain? 

Tentu kita berharap pemuda yang terpilih adalah pemuda yang cerdas, terampil dan memilili inovasi yang berguna bagi bangsa dan negara. Tapi kita tidak boleh mengesampingkan bahwa masih banyak pemuda di tanah air yang belum bisa mengenyam pendidikan tinggi. 

Data Anak Putus Sekolah Di Indonesia 2016-2021. Sumber Data Kemenristek Diolah Litbang Kompas
Data Anak Putus Sekolah Di Indonesia 2016-2021. Sumber Data Kemenristek Diolah Litbang Kompas

Merujuk pada data di atas sangat memprihatinkan bahwa tingkat anak putus sekolah khususnya di tingkat SD sangat tinggi. Di tahun 2021 tercatat sebanyak 38.716 siswa yang putus sekolah dan tidak bisa melanjutkan ke jenjang bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). 

Tidak perlu jauh, coba saja jika sobat Kompasianer berada di perempatan jalan yang padat atau area publik akan mudah menemukan anak usia sekolah yang berpanas ria mencari uang menjadi pengamen, peminta-minta ataupun badut jalanan. 

Sempat saya bertanya kepada salah satu anak, mengapa di jam sekolah justru ada di perempatan jalan? Jawaban, tidak punya biaya untuk lanjut sekolah. Artinya dirinya mengikhlaskan mimpi mengenyam pendidikan karena faktor ekonomi. 

Teringatlah saya pada sosok Eka Tjipta Wijaya, pendiri Sinar Mas Group yang memiliki kisah yang mirip seperti di atas. 

Sekilas Profil Eka Tjipta Widjaja

Bapak Eka Tjipta Widjaja | Sumber Kumparan.com
Bapak Eka Tjipta Widjaja | Sumber Kumparan.com

Terlahir dengan nama asli Oei Ek Tjhong pada 27 Februari 1921 di Provinsi Fujian, Cina. Merantau ke Indonesia (Hindia Belanda saat itu), Oei Ek Tjhong menggunakan nama Eka Tjipta Widjaja dalam kehidupan sehari-hari. 

Terdesak kondisi ekonomi, Bapak Eka Tjipta harus rela meninggalkan bangku SD demi membantu orang tua. Berbagai usaha sudah dilakoni mulai menjual biskuit, kembang gula, sembako, kopra, kelapa sawit dan banyak lainnya yang mengantarkan beliau sebagai salah satu orang terkaya dab filantropi di Indonesia. 

Tidak terasa sudah 100 Tahun Eka Tjipta Widjaja Membangun Sinar Mas untuk Indonesia. Mayoritas dari kita pasti tidak asing dengan Group Sinar Mas dan Keberagaman-nya. 

Perusahaan dengan banyak lini bisnis mulai properti, agribisnis, keuangan, komunikasi, kesehatan, energi dan masih banyak lainnya menjadi penguat tentang Sinar Mas dan Keberagaman bisnis yang ikut menopang ekonomi negara dari banyak sektor. 

Tjiwi Kimia Sebagai Lini Bisnis Sinar Mas Group | Sumber Situs tjiwikimia.co.id
Tjiwi Kimia Sebagai Lini Bisnis Sinar Mas Group | Sumber Situs tjiwikimia.co.id

Kenangan berkesan dimana semasa kecil kerap membeli buku dari Tjiwi Kimia. Harga ekonomis, memiliki gambar sampul lucu dan menarik serta mudah ditemukan hingga di warung kelontong dekat rumah. 

Saya tidak perlu meragukan insting bisnis Pak Eka Tjipta namun yang justru menjadi inspirasi adalah bagaimana beliau ingin "membalaskan" mimpinya meraih pendidikan tinggi melalui generasi muda yang terkendala biaya. 

Kesulitan apapun yang dihadapi, pasti bisa diatasi asal punya keinginan berjuang.  (Eka Tjipta Widjaja) 

Pasti pembaca sepakat dengan cara pandang Bapak Eka Tjipta tentang perjuangan di dalam hidup. Cara pandang inilah yang melahirkan sebuah lembaga nirlaba Eka Tjipta Foundation (ETF) di tahun 2006 yang berfokus pada bidang pendidikan. 

Saya teringat dengan perjuangan ibu saya yang berstatus single parent berjuang untuk membesarkan anaknya khususnya dalam meraih pendidikan tinggi. Entah berapa kali saya dipanggil pihak sekolah karena ada tunggakan SPP atau ada kewajiban yang belum terlunasi. 

Bagi pembaca yang pernah bernasib sama, pasti ada rasa ketakutan apakah kondisi ini akan membuat kita harus putus sekolah? Adakah pihak lain yang berkenan membantu setidaknya meringankan kebutuhan sekolah? 

Kontribusi Eka Tjipta Foundation Dalam Dunia Pendidikan | Sumber Situs ekatjipta.org
Kontribusi Eka Tjipta Foundation Dalam Dunia Pendidikan | Sumber Situs ekatjipta.org

Saya takjub meski berstatus organisasi Nirlaba, ETF telah berhasil membantu lebih dari 11.000 siswa tidak mampu untuk melanjutkan mimpi meraih pendidikan. 

Teringat pula ketika saya dulu mendapatkan beasiswa pendidikan. Rasa senang luar biasa karena bantuan beasiswa ini akan berguna setidaknya untuk membayar SPP, membeli buku pelajaran, membayar Lembar Kerja Siswa (LKS), membeli seragam dan kebutuhan lainnya. 

Pastinya rasa bahagia serupa akan dirasakan oleh 11.000 siswa yang mendapatkan bantuan ini. Sudah rahasia umum jika tiap tahun biaya dan kebutuhan pendidikan selalu meningkat. 

Orang tua dari kalangan ekonomi menengah kebawah pasti bermimpi ada pihak lain yang peduli dengan kondisi ini. ELF hadir untuk menjadi jawaban atas harapan dan mimpi tersebut. Semakin yakin bahwa Sinar Mas untuk Indonesia serta masyarakat luas. 

Melalui 3 program pendidikan utama yaitu :

  • Beasiswa
  • Pendampingan Sekolah Dasar dan Menengah
  • Revitalisasi SMK

ETF sudah memiliki visi dan misi jelas bagaimana berkontribusi menciptakan generasi muda cerdas dan terampil melalui pendidikan. 

56 sekolah Eka Tjipta telah berhasil di bangun di Sumatera dan Kalimantan. Tanda bahwa pemerataan pendidikan juga menjadi harapan dari ETF. 

Jika sobat pernah bermain ke pedalaman Kalimantan dan melihat perjuangan anak harus berjalan kaki, menyeberang sungai atau menempuh medan terjal demi bisa bersekolah.

Film Laskar Pelangi menjadi gambaran sederhana bagaimana perjuangan anak di daerah pedalaman yang berusaha meraih pendidikan tinggi. Ada yang berhasil namun ada juga yang gagal. 


Hadirnya 56 sekolah rintisan dari ETF menjadi upaya mitra pemerintah untuk membantu menyediakan sarana dan prasarana pendidikan sekaligus kontribusi nyata memeratakan pendidikan di luar Pulau Jawa. 

Apakah ETF Adalah Jawaban Mimpi Eka Tjipta Yang Menjadi Nyata? 

Jika kita pernah merasakan titik terendah dalam ekonomi dimana harapan harus terkubur karena tidak mampu pasti kelak akan berupaya membalas kondisi tersebut dengan cara berbeda. 

Contoh dulu saya iri melihat teman sebaya memiliki sepatu dan sepeda yang bagus saat masih sekolah. Saya sadar diri bahwa ibu seorang orang tua tunggal yang untuk membiayai pendidikan saja harus kerja hingga malam. Apalagi harus membeli sepeda atau sepatu. 

Kini ketika saya sudah bekerja dan mampu, mimpi yang terkubur memiliki sepeda dan sepatu idaman bisa saya wujudkan. Bukan masalah membeli barang namun lebih kepada pembalasan tentang mimpi atau keinginan tertunda. 

Seandainya saya menjadi sosok Bapak Eka Tjipta yang merasakan putus sekolah di bangku SD. Dalam hati saya pasti memiliki 2 motivasi utama. 

Pertama, saya tidak akan membiarkan anak dan cucu saya merasakan kepahitan sama. Saya berusaha sebisa mungkin agar kelak mereka bisa mengenyam pendidikan tinggi. 

Orang tua mana yang tidak bangga melihat anaknya berprestasi di sekolah atau melihat mereka wisuda dan siap meraih mimpi lebih tinggi. 

Kedua, jika saya mampu. Saya ingin tidak ada lagi anak usia sekolah yang banting tulang untuk membantu ekonomi keluarga dan mengalah untuk putus sekolah. 

Sosok Bapak Eka Tjipta yang pernah merasakan kerasnya hidup di jalan pasti memiliki harapan sama. Biarkan anak-anak bermain bersama teman sebaya dan belajar tekun di sekolah. Jika bisa biarkan tali kemiskinan putus di generasi tua, agar generasi muda siap menjadi roda penggerak ekonomi bangsa. 

ETF telah menjadi jembatan untuk mewujudkan harapan ini serta melestarikan filosofi hidup Eka Tjipta Widjaja serta tanda cinta Sinar Mas Untuk Indonesia. 

100 Tahun Eka Tjipta Widjaja Membangun Sinar Mas Untuk Indonesia | Sumber Situs Eka Tjipta Foundation
100 Tahun Eka Tjipta Widjaja Membangun Sinar Mas Untuk Indonesia | Sumber Situs Eka Tjipta Foundation

Hal membahagiakan kini grafik anak putus sekolah dan buta huruf sudah menunjukan kurva menurun. Artinya kini sudah banyak generasi muda yang memiliki latar pendidikan baik, berwawasan luas, terampil dan siap jadi andalan bangsa. 

Jika bapak Eka Tjipta dengan perjuangan hidup dan semangat pantang menyerahnya mamou menjadi inspirasi banyak pihak. Saya yakin kelak akan ada bibit-bibit baru seperti Bapak Eka Tjipta yang lahir dari program-program luar biasa seperti ETF. 

Terbukti kini ETF juga memberikan beasiswa kepada mahasiswa di perguruan tinggi. Artinya fokus peningkatan pendidikan ETF telah naik 1 tingkat dengan menciptakan generasi intelektual di tingkat sarjana. 

Kembali lagi memetik cara berpikir Bapak Eka Tjipta bahwa tidak ada yang mustahil jika kita mau berjuang dan berusaha. Amin

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun