Banyak pedagang tidak ingin terlalu ribet. Biasanya mereka sudah bekerja sama dengan pembuat nasi jinggo. Jadi pedagang menyediakan lapak dan fokus menjual minuman, cemilan, dan gorengan.Â
Mengingat nasi jinggo jadi kuliner favourit bagi perantau atau pekerja. Tidak butuh lama nasi akan habis dibeli pelanggan. Bahkan kebanyakan pedagang mulai buka usaha jam 5 sore dan sekitar jam 10 sudah habis.Â
Situasi ini bahkan bisa lebih cepat jika nasi jinggo telah memiliki pelanggan tetap dan memiliki cita rasa enak.Â
Keuntungan bisa 100 persen dari modal usaha. Bukan rahasia umum jika usaha kuliner memiliki keuntungan tinggi. Seandainya ada nasi yang masih tersisa, bisa dikonsumsi oleh penjual.Â
Keuntungan bisa berlipat jika penjual ternyata membuat sendiri nasi jinggo dan menyediakan lapak ala angkringan dengan menjual minuman atau cemilan. Meski terlihat sederhana, usaha nasi jinggo ternyata cukup menjanjikan. Terbukti penjual nasi jinggo sangat banyak bahkan berdekatan satu dengan lainnya.Â
***
Nasi Jinggo telah menjadi kuliner khas masyarakat Bali. Nasi yang dibungkus dengan daun pisang dengan beragam lauk membuat kuliner ini menjadi kuliner favorit di kalangan pekerja, pendatang dan anak kosan.Â
Harga murah, enak dan mengenyangkan menjadi nilai jual dari Nasi Jinggo. Tidak ada salahnya bagi Kompasianer yang tengah berwisata di Bali untuk mencicipi kuliner satu ini. Dijamin tidak akan menyesal dan tentu saja ramah di kantong.Â
Semoga Bermanfaat
--HIM--