2. Potensi Drop Out Tinggi
Masih berkaitan dengan poin 1, ketika mahasiswa merasa salah masuk jurusan, tidak mampu mengikuti perkuliahan atau bahkan stres karena berada di jurusan yang bukan minatnya maka kecenderungan mahasiswa tidak akan maksimal dalam kuliah.
Ada yang harus remidial atau mengambil semester pendek untuk perbaikan nilai, mencoba mencari informasi jurusan yang sesuai minat atau bahkan bermalasan dalam mengikuti perkuliahan.
Kondisi-kondisi ini akan membuat prestasi mahasiswa akan rendah serta memilih untuk tidak lanjut kuliah. Drop Out (DO) kerap terjadi bagi mahasiswa yang merasa salah jurusan atau tidak bisa mengikuti perkuliahan.
Beberapa mahasiswa yang saya ketahui masuk dengan jalur belakang ada yang mengalami kondisi ini dan akhirnya di DO serta pindah kampus. Ia beralasan selain salah jurusan, ia ingin mencoba mengambil jurusan baru yang sesuai minatnya.
Bayangkan berapa banyak kerugian yang harus diterima oleh mahasiswa dan keluarganya. Seandainya orang tua menggunakan jalur belakang sebesar yang terjadi pada kasus penerimaan mahasiswa mandiri di Unila yang harus membayar ratusan juta. Artinya uang itu akan hilang bersamaan dengan status DO yang diterima si anak.
Orang tua tentu akan mengeluarkan dana tambahan untuk mendaftarkan kembali si anak di kampus lain. Selain itu dari sisi mahasiswa, ia pun akan kehilangan waktu yang selama ini digunakan untuk kuliah di jurusan yang salah.
Risiko kehilangan dana, tenaga dan juga waktu adalah hal yang harus siap dirasakan oleh mahasiswa jalur belakang yang ternyata tidak mampu beradaptasi.
3. Kasus Perundungan dan Penilaian Sebelah Mata
Kasus perundungan kerap terjadi di lingkungan akademisi. Ini pun mungkin juga akan dialami oleh mahasiswa yang ketahuan masuk dengan jalur belakang.Â