Ada kisah lucu ketika seorang teman yang kini menjadi dosen di perguruan tinggi di Malang mengutarakan uneg-unegnya. Ini karena dirinya merasa kesal dengan sikap mahasiswanya yang merupakan mahasiswa baru.Â
Bahkan teman saya ini mengatakan semakin tahun entah kenapa tata perilaku anak jaman sekarang jauh berbeda dengan generasi sebelum-sebelumnya.
Saya teringat seorang dosen pernah menceritakan kisah lucu sekaligus bikin kesal. Dosen saya ini mendapatkan chat dari seorang mahasiswa baru di fakultasnya.
"Posisi?"
Bagaimana perasaan Kompasianer mendapatkan pesan singkat tersebut dari mahasiswa baru. Tanpa ada basa-basi menyapa, mengucapkan salam atau bahkan memperkenalkan diri, mahasiswa ini langsung memberikan pesan secara to the point.
Lucunya si dosen membalas dengan balasan menohok, "Duduk".
Saya yang mendengar cerita tersebut antara ikut kesal namun lucu dengan sikap balasan dosen ini. Ternyata kisah serupa banyak dialami oleh para dosen.
Saya tertarik mengenang semasa kuliah, apa saja hal yang perlu diperhatikan bagi mahasiswa baru agar di masa perkuliahan tidak mengalami permasalahan khusus terutama dengan dosen sebagai pengajar mereka di kampus.
Hilangkan Sejenak Identitas Diri Yang Tinggi
Jujur tidak sedikit dosen yang berkeluh kesah bahwa ada masyarakat yang berasal dari kota besar justru lebih terkesan egois, merasa lebih besar dibandingkan yang lain.Â
Beberapa dosen cerita bahwa lebih nyaman berinteraksi dengan mahasiswa baru dari kota kecil atau desa atau dari luar daerah. Ini karena mahasiswa dari luar daerah cenderung kalem, tahu sopan santun dan lebih menghormati orang tua.
Ada kisah di mana dosen geleng-geleng kepala ketika mahasiswa mengobrol dengan dirinya dengan kata Gue, Lo, Bro dan sebagainya.
Istilah di atas mungkin tampak biasa bagi pergaulan masyarakat di ibukota dan sekitarnya namun akan terkesan berbeda jika berinteraksi dengan masyarakat di Jawa seperti Solo atau Yogya yang memiliki tata bahasa halus.
Sebaiknya hilangkan sejenak identitas diri yang lebih membuat kita merasa, saya ini dari ibu kota, saya ini anak gaul, saya ini dari keluarga dengan ekonomi atas dan sebagainya.
Tidak ada salahnya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa komunikasi dengan dosen dibandingkan menggunakan bahasa daerah atau bahasa gaul yang belum tentu si dosen paham.
Pahami Etika Sapa, Salam, Perkenalan Diri dan Penutup
"Ibu di mana?"
"Kuliah dimulai jam berapa?"
Sebuah interaksi yang kadang bisa membuat lawan bicara menjadi kesal apalagi jika lawan bicara memiliki rentang usia yang jauh.Â
Kondisi seperti inilah yang dirasakan oleh dosen saya ketika mendapatkan pesan tanpa ada kalimat pembuka atau perkenalan diri.
Ada beberapa hal yang patut diperhatikan sebelumnya berkomunikasi dengan dosen terutama via pesan singkat seperti :
- Salam/Sapaan (Assalamualaikum, Salam Sejahtera, Selamat Pagi, Selamat Siang, Selamat Sore)
- Perkenalan diri
- Menyampaikan tujuan
- Penutup dengan ucapan terima kasih
Contoh jika ingin mengkonfirmasi jam kuliah kepada dosen. Kita bisa memberikan pesan seperti berikut:
Selamat pagi Pak Hasan. Perkenalkan saya Indra, mahasiswa bapak di kelas HI.1 ingin mengkonfirmasi apakah benar jam kuliah mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi dimajukan menjadi jam 10.00 WIB? terima kasih.
Saya merasa contoh kalimat pesan di atas masih tergolong sopan, karena mencakup poin-poin yang saya paparkan sebelumnya.Â
Tujuannya agar si penerima pesan tahu siapa yang diajak berkomunikasi, paham terkait pesan yang ingin disampaikan dan tetap menilai si penulis memperhatikan tata bahasa dan perilaku melalui pesan singkat.
Bandingkan jika pesan hanya menuliskan, "kuliah jam berapa?". Seandainya saya adalah dosen dan mendapatkan pesan seperti ini, saya lebih memilih tidak akan membalas karena si penulis pesan tidak memahami tata krama dalam komunikasi.
Biasakan Berpendapat dengan Landasan Kuat
Saya akui mahasiswa jaman sekarang kian kritis dan cerdas. Sayang kekritisan ini masih banyak tanpa landasan kuat baik berupa data, fakta, sumber informasi dan sebagainya. Alhasil pendapat lebih bersifat asumsi pribadi yang mudah terbantahkan.
Saya ingat saat dulu masih berstatus mahasiswa baru. Saya kagum melihat teman seangkatan selalu menyampaikan hal kritis baik pada teman kuliah maupun dosen.Â
Namun hal tidak terduga terjadi, seorang dosen menanyakan data atau sumber informasi. Teman saya tidak bisa menunjukkan data dan sumber informasi bahkan sering menggunakan Wikipedia atau blog sebagai rujukan utama.
Sebaiknya sebelum memberikan pendapat kritis, kita perlu membekali diri dengan bahan bacaan baik dari buku, jurnal, artikel berita yang terpercaya dan lainnya. Ini agar setiap pendapat yang diajukan bisa lebih akurat dan bisa dipertanggungjawabkan.
Jangan sampai ingin bersikap kritis namun justru informasi yang disebar bersifat hoax atau keliru. Tentu ini bisa menciptakan penilaian negatif pada diri kita sendiri.
Hindari Sikap Tidak Terpuji Selama Kuliah
Bukan rahasia lagi jika banyak mahasiswa baru yang justru melakukan hal tidak terpuji. Seperti membuat tugas dengan sistem plagiasi, titip absen, tidak fokus saat kuliah hingga tidak disiplin waktu.
Kondisi ini justru bisa merugikan diri mahasiswa itu sendiri. Jika terlalu sering melakukan plagiasi, dosen bisa membuatkan catatan khusus pada diri kita atau bahkan tugas terancam tidak diberi nilai.Â
Jika hobi bolos kuliah serta titip absen, kadang jika dosen mengetahui hal ini juga bisa mempengaruhi nasib kita di mata kuliah tersebut.
Sebaiknya masa awal perkuliahan dapat digunakan secara baik serta menjadi momen untuk mengubah karakter.Â
Misalkan semula sering susah bangun pagi menjadi mencoba bangun lebih awal, mengerjakan tugas dengan tidak mengandalkan copy paste serta masih banyak lainnya.
Jika ini dapat terjadi, tanpa disadari akan membentuk karakter kita menjadi sosok yang lebih disiplin, bertanggung jawab dan bisa menghargai waktu serta karya orang lain.
***
Saat ini sudah banyak kampus yang tengah melakukan masa Ospek kepada mahasiswa baru. Artinya sebentar lagi mahasiswa baru ini akan memulai masa awal perkuliahan dan beradaptasi dengan lingkungan kampus.
Tidak sedikit mahasiswa baru justru mengalami masalah personal dengan dosen dikarenakan ada sikap dan tata perilaku mahasiswa baru yang kurang berkenan di mata dosen.Â
Untuk itulah beberapa hal di atas bisa dijadikan pegangan bagi mahasiswa baru agar kegiatan perkuliahan berjalan lancar dan hubungan dengan dosen di kampus berjalan baik.
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H