Kenapa ya banyak orang Bali memiliki jiwa seni?Â
Pernahkah memiliki pertanyaan seperti ini? Seorang teman sempat bertanya hal tersebut pada saya. Ini karena ia sering melihat orang yang berasal dari Bali pintar menari, suka membuat patung, ukiran hingga membuat kerajinan yang unik dan khas.Â
Setelah merenung sejenak, pendapat ini ada benarnya. Setidaknya ini yang saya alami selama menetap di Bali. Siswa putri semasa SMP banyak yang bisa menari, membuat anyaman daun kelapa dan melukis. Siswa putra ada yang pintar mekidung (menyanyi sastra bali), buat anyaman bambu hingga memahat.Â
Setidaknya ada beberapa hal yang menjadi faktor lestarinya jiwa seni hingga lintas generasi di Bali. Apa saja itu?Â
Baca juga: Menikmati Pentas Tari Kecak Bali1. Terdapat Muatan Lokal Daerah yang Diajarkan di Sekolah
Di Bali, siswa yang duduk di SD-SMA selalu mendapatkan muatan lokal daerah kepada siswa didik.Â
Saya ingat saat SD, ada muatan lokal mejejahitan (Seni Menganyam). Disini siswa akan diajarkan cara membuat ketupat berbagai bentuk seperti ketupat biasa, ketupat bantal, ketupat tekukur (berbentuk burung) serta hiasan upacara keagamaan di Bali.Â
Jujur awalnya saya dan beberapa teman Non Hindu sempat kesal ketika ada muatan lokal ini. Alasan karena saya tidak perlu bisa membuat anyaman ketupat dan sarana upacara. Namun seiring waktu, saya menyukai muatan lokal ini.Â
Siapa dari Sobat Kompasiana yang bisa membuat ketupat? Meski sudah 20 tahun saya belajar anyaman ketupat. Hingga saat ini saya masih ingat dan bisa membuat berbagai bentuk ketupat. Bahkan nilai pelajaran saya di muatan lokal ini bagus.Â
Tidak hanya itu dari SD hingga SMA saya mendapatkan pelajaran bahasa daerah, di mana dituntut untuk paham dan mengerti aksara jawa. Saya sempat stres saat dulu pindah sekolah dari Jawa ke Bali.Â