Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Imbauan bagi Pengendara Motor Tidak Pakai Sandal Jepit, Mungkinkah Berjalan Mulus?

20 Juni 2022   20:05 Diperbarui: 23 Juni 2022   02:58 2138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari lalu, masyarakat sempat dihebohkan dengan adanya aturan larangan penggunaan sandal jepit bagi pengendara motor. 

Menguntip dari harian Kompas.com, aturan ini pertama kali disampaikan oleh Irjen Firman Shantyabudi selaku Kepala Korps Lalu Lintas (Kakorlantas) Polri. 

Pertimbangan aturan ini sebagai bentuk peningkatan keselamatan, menggunakan sepatu dianggap lebih memberikan rasa aman dibandingkan sandal. 

Aturan ini ternyata memiliki landasan hukum yaitu merunjuk pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 12 Tahun 2019 tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan untuk Kepentingan Masyarakat dimana memuat secara tegas larangan penggunaan sandal jepit. (Sumber: di sini)

Aturan ini ternyata cukup menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Terbukti dengan ramainya komentar di setiap postingan portal berita yang mengangkat topik ini. 

Bagi masyarakat pro, aturan ini dianggap sebagai preventif dari kejadian tidak terduga seperti jari kaki sering tergores atau terjepit saat menggunakan standar tengah motor, alas sandal meleleh saat terkena aspal yang panas, kulit kaki terpapar sinar matahari langsung dan sebagainya. 

Bagi masyarakat kontra, penggunaan sepatu dianggap tidak nyaman khususnya dalam aktivitas tertentu seperti menggunakan motor ke pasar yang becek, ke sawah, ke warung dekat rumah untuk belanja dan sebagainya. 

Berita ini semakin viral ketika muncul isu bahwa akan ada penilangan bagi pengendara yang menggunakan sandal. Meskipun akhirnya pihak kepolisian menyatakan aturan ini bersifat imbauan dan tidak ada proses penilangan bagi pelanggar. 

Namun secara personal saya menilai, aturan ini akan mengalami berbagai tantangan dalam implementasinya. Kenapa? 

1. Kondisi Finansial Masyarakat

Kita tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak masyarakat di sekitar kita yang memiliki finansial yang kurang atau cenderung pas-pasan. 

Masyarakat kategori ini akan selalu berusaha melakukan penghematan dan menghindari kebutuhan yang dianggap tidak terlalu penting. 

Seseorang Menggunakan Sepatu Bolong | Sumber Klikdokter
Seseorang Menggunakan Sepatu Bolong | Sumber Klikdokter

Saya masih sering melihat tetangga atau seseorang yang masih menggunakan sepatu butut, sudah banyak lubang atau bahkan kondisi menganga seperti mulut buaya. 

Mereka tidak ada pilihan untuk tetap menggunakan sepatu dengan kondisi ini karena keterbatasan uang. Jika disuruh untuk membeli sepatu baru atau makan. Mereka pasti akan lebih mengutamakan makan. 

Perbandingan sederhana kita bisa membeli sandal jepit seharga 10 ribu rupiah. Sandal ini bisa kita gunakan kapan pun. Harga sepatu termurah bisa dikisaran 50 ribu rupiah. Sepatu jenis ini tentu dengan kualitas alakadarnya seperti alas tipis, bahan mudah rusak, lem tidak kuat dan lainnya. 

Jika saya di posisi tersebut, saya akan memilih membeli sandal jepit. Seandainya rusak, saya hanya perlu mengeluarkan 10 ribu untuk membeli yang baru. 

Namun jika sepatu yang rusak, saya akan berpikir ulang untuk mengeluarkan uang 50 ribu lagi untuk membeli baru karena bisa jadi uang sejumlah itu bisa untuk membeli beras, lauk pauk, susu anak, pampers anak dan lain-lain. 

2. Sandal Jepit Idola Kaum Wanita

Saya seringkali melihat kaum wanita khususnya ibu-ibu yang hobi menggunakan sandal jepit untuk rutinitas sehari-hari seperti ke pasar, warung atau sekedar pergi untuk mengobrol dengan tetangga. 

Apalagi kini mulai banyak bermunculan sandal jepit dengan model, merk, desain dan warna yang menarik di kalangan wanita. Jika dulu sandal jepit desain terkesan monoton dengan alas berwarna putih dan jepitan sandal dari karet warna hijau, merah atau biru. 

Kini sudah banyak sandal dengan hiasan pernak-pernik, desain lucu seperti berbentuk ikan, hingga adanya sandal premium daei merk tertentu yang berharga mahal. 

Para Ibu Menggunakan Sandal Jepit Saat Mengendarai Motor | Sumber Inews Jateng
Para Ibu Menggunakan Sandal Jepit Saat Mengendarai Motor | Sumber Inews Jateng

Jika ada istilah wanita khususnya ibu-ibu adalah ras terkuat di bumi yang dianggap selalu benar dan tidak gentar menghadapi musuh. 

Saya membayangkan butuh usaha ekstra ketika ada polisi yang menegur ibu-ibu menggunakan sandal saat mengendarai motor. Duh, saya lebih baik menghindar jika berdebat dengan ibu-ibu terkait hal sepele. 

3. Sepatu Memiliki Resiko dengan Faktor-X

Jika kepolisian menganggap sepatu lebih aman dibandingkan sandal. Sepertinya dalam kasus tertentu justru sebaliknya. 

Bayangkan ketika kaum muda dan bapak-bapak pergi ke Masjid untuk Sholat Jumat. Kebanyakan dari mereka menggunakan kendaraan motor. 

Sandal Jepit Sering Digunakan Saat Kegiatan Sholat Jumat | Sumber Detik News
Sandal Jepit Sering Digunakan Saat Kegiatan Sholat Jumat | Sumber Detik News

Akan ada ras was-was ketika menggunakan sepatu karena seringnya terjadi sepatu yang hilang atau tertukar. Apalagi jika sepatu tersebut berasal dari merk tertentu yang berharga jutaan atau bahkan puluhan juta. 

Selain itu seperti yang saya paparkan sebelumnya. Penggunaan sepatu juga terkesan kurang praktis dan nyaman. 

Seandainya kita bepergian di kondisi hujan. Sepatu yang kita gunakan akan basah yang membuat kaki menjadi berkeriput dan bahkan kaki justru beraroma bau jika kita memakainya dalam kondisi lembab. 

Ke lahan atau kondisi tertentu seperti ke sawah, area becek penuh genangan, atau belanja ke warung yang dekat rumah pasti akan terasa aneh jika kita menggunakan sepatu. 

Faktor X inilah yang membuat orang kian rahu jika harus menggunakan sepatu jika mengendarai motor. Yang ada sepatu bisa hilang, kotor atau rusak karena digunakan di lokasi tidak tepat. 

4. Indonesia sebagai Negara Tropis

Sebagai negara tropis, cuaca di Indonesia memang sering terasa panas. Ketika bepergian dengan kondisi panas, kita selalu menghindari menggunakan atribut tertutup. 

Salah satunya lebih nyaman menggunakan sandal dibandingkan sepatu yang tertutup. Saya pernah seharian bepergian dengan memakai sepatu di udara yang panas. Rasanya kaki saya merasa tidak nyaman. 

Berbeda jika menggunakan sandal jepit, kaki terasa nyaman dan sirkulasi udara terbuka. Hal ini lah yang membuat masyarakat Indonesia merasa ragu menggunakan sepatu sepanjang hari. 

Ini akan berbeda di negara yang memiliki musim dingin. Masyarakat di negara ini pasti lebih nyaman menggunakan sepatu dibandingkan sandal jepit. 

***

Imbauan penggunaan sandal saat berkendaraan motor sepertinya akan menghadapi berbagai tantangan. Ini karena ada faktor kebiasaan, kenyamanan, lingkungan hingga kondisi Indonesia yang merupakan negara tropis. 

Butuh usaha ekstra untuk meyakinkan masyarakat bahwa penggunaan sepatu lebih aman dibandingkan sandal jepit. Ini mengingat belum ada data khusus yang menjabarkan jumlah dan persentase kerugian ataupun dampak nyata dari penggunaan sandal jepit. 

4 Hal di atas perlu jadi pertimbangan khusus untuk dicarikan solusi bagi aparat kepolisian agar imbauan penggunaan sepatu dibandingkan sandal jepit dapat diterima oleh masyarakat. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun