Pernah mendengar atau mungkin berkunjung ke Gang Dolly?
Jika saya lempar pertanyaan ini ke Acek Rudy, mungkin beliau akan tersenyum sumringah. Boleh percaya atau tidak, sampai saat ini saya belum pernah mengunjungi Gang Dolly yang sempat populer di Surabaya.
Ini karena saat dulu berkuliah di Malang, banyak orang yang membicarakan Gang Dolly karena jarak Surabaya dan Malang tidaklah jauh kurang lebih sekitar 2,5 jam dengan kendaraan motor atau bahkan bisa cepat dengan mobil via jalan tol.Â
Apa yang membuat Gang Dolly begitu populer?
Gang Dolly dulunya merupakan kawasan lokalisasi yang terletak di daerah Putat Jaya, Kota Surabaya Jawa Timur. Bahkan kawasan ini dianggap sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara.
Terciptanya kawasan ini tidak terlepas dari peran warga keturunan Belanda bernama Dolly Van Der Mart. Menguntip dari beberapa sumber, Dolly Van Der Mart atau lebih akrab disapa tante Dolly ini awalnya hanya menyediakan beberapa gadis pribumi untuk melayani syahwat tentara Belanda.
Seiring waktu tidak hanya tentara Belanda saja yang menjadi pelanggan namun juga warga pribumi dari berbagai pelosok. Meningkatnya popularitas Gang Dolly membuat banyak pihak membangun wisma atau penginapan sementara serta mengikuti jejak Tante Dolly dalam menyediakan Pekerja Seks Komersial (PSK).
Uniknya PSK justru ditampilkan layaknya Maneken di Supermarket yang menjadi model pakaian atau aksesoris. Adanya Maneken yang terpajang dengan ruangan berkaca tentu membuat pengunjung menjadi tertarik untuk berkunjung atau bahkan membeli produk.
Konsep inilah yang diterapkan di pengelola Gang Dolly dimana PSK akan duduk di sebuah ruangan terbuka dan transparan dari kaca. PSK ini layaknya model akan mencoba menarik pengunjung untuk memilih dirinya.
Para lelaki hidup belang ibarat konsumen di Supermarket. Mereka bisa berlalu lalang untuk melihat model dan menentukan model mana yang menarik hati. Jika sudah menemukan, lelaki hidup belang ini tinggal masuk ke dalam ruangan dan bernegosiasi dengan si model.