Pernahkah menjadi kambing hitam?
Kambing hitam ini bukan kambing yang berwarna hitam melainkan istilah dimana seseorang yang dipermasahkan atas sesuatu yang sebenarnya bukan menjadi kesalahannya atau dijadikan tumpuan kesalahan oleh pihak lain.
Seorang teman pernah curhat pada saya. Dirinya merasa kesal karena menjadi kambing hitam saat ada meeting di kantor. Pada saat meeting manajemen, atasan menyalahkan dirinya karena ada berkas vendor yang hilang. Padahal teman saya ini mengatakan bahwa ia sudah memberikan dokumen tersebut kepada atasan.Â
Artinya kehilangan dokumen tersebut adalah kesalahan atasan namun mengingat dirinya adalah anak buah membuat dirinya tidak berdaya disalahkan pada meeting tersebut. Kejadian seperti ini banyak terjadi di sekitar kita khususnya dalam lingkungan kerja.
Akan ada perasaan berkecamuk dalam hati seperti sedih, kesal, sakit hati, marah atau dendam ketika menjadi kambing hitam atas kesalahan orang lain. Tidak jarang momen seperti ini kerap menimpa mereka yang junior atau dianggap sosok polos yang bisa dijadikan tumpuan kesalahan pihak lain.
Ingin marah namun status kita masih junior atau staf biasa. Ingin mengajukan resign namun hati galau karena susahnya mendapatkan kerjaan baru ditambah ada tanggungan bulanan yang harus dipikirkan secara matang.
Apakah yang harus dilakukan agar terhindar dari kejadian ini?
Saya memberikan sedikit tips berdasarkan pengalaman pribadi atau orang di sekitar saya tentang apa saja yang bisa dilakukan agar terhindar menjadi kambing hitam khususnya dalam dunia kerja?
Sebenarnya ada karyawan yang memiliki karakter yang suka berinisiatif melakukan pekerjaan diluar jobdesc. Biasanya untuk menambah pemahaman/skill di dunia kerja hingga tujuan mencari muka di depan atasan. Hal yang patut disadari adalah tindakan ini bisa menciptakan risiko tak terduga di kemudian hari.
Contoh ada staf sales/marketing yang berinisiatif membantu bagian purchasing untuk membeli kebutuhan kantor. Pertimbangan karena dirinya bekerja di lapangan maka bisa sekalian membantu jika ada keperluan yang butuh dicari/dibeli. Padahal niat baik belum tentu selalu menghasilkan hal baik.
Ketika terjadi kekeliruan pembelian barang baik harga, spesifikasi produk, hingga kualitas produk maka sudah pasti orang yang membeli menjadi tumbal dalam masalah ini. Apesnya team purchasing bisa langsung menyalahkan staf sales tersebut karena telah keliru dan merugikan perusahaan.
Saran saya: jangan terlalu berinisiatif melakukan pekerjaan yang bukan menjadi jobdesc atau kerjaan inti. Jika diberikan tugas tambahan yang memiliki risiko tinggi, sebaiknya tolak dengan halus dan kasih pengertian dengan detail. Lebih baik menolak sesuatu yang bukan bidang kita daripada harus menanggung risiko atas kekeliruan yang tidak sengaja kita lakukan.
 Back-up Keputusan dengan Persetujuan Atasan
Pada perusahaan dengan manajemen baik biasanya setiap keputusan harus diketahui oleh beberapa pihak seperti setingkat supervisor, manager hingga direktur. Tujuannya agar setiap kebijakan atau keputusan sudah sesuai dengan tugas, SOP hingga tidak bertentangan dengan aturan perusahaan.
Namun ada perusahaan yang memberikan wewenang kepada karyawan level staf untuk membuat keputusan sendiri terkait kerjaan. Jika berada pada posisi ini alangkah baiknya tetap melibatkan atasan dalam pengambilan keputusan.
Selain itu jangan lupa setiap keputusan harus dituangkan dalam berita acara atau surat tertentu yang membutuhkan persetujuan hitam diatas putih (tanda tangan) atasan.
Mengapa?
Pernah ada suatu kejadian di mana staf purchasing diminta untuk membeli kebutuhan proyek khusus. Sebenarnya si staf ini sudah mengkonfirmasi pada atasan dan mendapatkan persetujuan. Ironisnya persetujuan ini hanya berupa persetujuan verbal tanpa ada berkas khusus yang ditandatangi atasan.
Alhasil ketika terjadi kekeliruan. Si atasan dengan mudah berkelik bahwa dirinya tidak merasa menyetujui keputusan si staf. Padahal ketika ada berita acara atau purchase order yang terdapat tanda tangan atasannya sebagai pihak yang menyetujui tentu si staf ini bisa melakukan pembelaan diri.
Saran saya: Kejadian ini memberikan pembelajaran penting bahwa dalam urusan kerja jangan terlalu percaya 100 persen meskipun orang tersebut adalah atasan kita. Tidak ada salahnya setiap keputusan atau pengajuan dibuat dalam berita acara atau form khusus yang menandakan bahwa atasan sudah mengetahui atau menyetujui tindakan yang dilakukan oleh staf.
Seandainya terjadi kesalahan atau kekeliruan setidaknya si staf tidak akan menjadi sosok utama yang dipersalahkan. Atasan juga memiliki peran dalam terjadinya kesalahan tersebut.
Jangan Sungkan untuk Sharing atau Libatkan Teman Dalam Suatu Tindakan
Adakalanya kita dijadikan kambing hitam oleh teman kerja sendiri. Ini banyak terjadi di dunia kerja. Terjadinya hal ini umumnya kerena ketidakcocokan, ingin menjatuhkan rekan kerja atau tidak ingin disalahkan atas hal-hal yang tidak diinginkan.
Saya pernah menonton serial drama tentang dunia kerja dimana dikisahkan seorang karyawan mengalami perudungan oleh teman sesama profesi. Ironisnya temannya ini sengaja menjebak karyawan ini sehingga menciptakan kerugian pada perusahaan. Segala persiapan telah dirancang secara matang sehingga dianggap rencana akan berjalan secara matang.
Beruntunglah karyawan ini selalu sharing dengan beberapa teman terkait tugasnya selama di kantor. Alhasil ketika permasalahan muncul yang menyudutkan si karyawan ini, teman-temannya menjadi saksi yang membuat posisi si karyawan kuat dan tidak bisa dipersalahkan.
Saran saya: Jangan ragu untuk sharing kepada teman terkait hal-hal yang bersifat krusial. Bahkan tidak ada salahnya ajak teman untuk menjadi saksi ketika mendapatkan instruksi atau tugas yang memiliki risiko tinggi.Â
Tujuannya ketika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, ada pihak lain yang akan menjadi saksi sehingga kita tidak dipersalahkan secara berlebihan. Cara ini juga untuk mencegah orang lain yang berniat menjatuhkan citra kita di perusahaan.
***
Dunia kerja selalu memiliki kisah tersendiri. Tidak selalu berakhir suka namun kadang juga akan mengalami duka. Salah satu duka yang kerap terjadi adalah menjadi kambing hitam dalam urusan kerja.
Ketidakberdayaan kita sebagai bawahan, tidak memahami prosedur, serta ada tindakan yang tidak kita sadari memiliki potensi untuk disalahkan membuat kita harus rela menjadi kambing hitam.
Mencegah hal tersebut terjadi, beberapa hal di atas bisa dijadikan pertimbangan atau tindakan preventif agar kerjaan bisa berjalan lancar dan tidak dijadikan tumbal oleh oknum orang lain.
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H