Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Anak Berjuang Meraih Mimpi, Bagaimana Orangtua Memberikan Dukungan?

13 Juni 2022   13:25 Diperbarui: 14 Juni 2022   02:05 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orangtua mendukung mimpi anak sebagai pelukis. Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Belakangan ini saya melihat banyak generasi muda yang berjuang meraih mimpi. Ada yang berjuang Ujian Akhir Nasional (UAN), ada berusaha lolos ujian masuk perguruan tinggi, tengah seleksi beasiswa bahkan ada yang tengah berusaha lolos seleksi tes BUMN. 

Seorang kerabat saya pun merasakan hal sama. Sejak beberapa minggu lalu dirinya berusaha mengejar mimpi bekerja di BUMN. 

Ketika akhirnya muncul pembukaan seleksi BUMN secara besar-besaran. Ia pun mendaftar di salah satu BUMN yang sesuai dengan latar belakang pendidikan. 

Sayangnya saya mendapat kabar, ia gagal di salah satu tes. Yang membuat sedih, kegagalan ini membuat orang tuanya kecewa bahkan sempat memarahi si anak. 

Saya melihat bahwa si anak sudah berjuang meraih mimpinya sesuai kapasitasnya. Disisi lain saya melihat masih ada orang tua yang "keliru" terkait memberi dukungan bagi anak. 

Sebaiknya ada beberapa tindakan positif yang bisa dilakukan orang tua sebagai dukungan bagi si anak dalam meraih mimpi. Apa saja itu? 

# Mengedukasi Anak Tentang Planning Alternatif

Tidak jarang orang tua hanya mengarahkan anak untuk mengejar pada 1 mimpi saja. Hal ini ada sisi positif dimana anak dituntut fokus terhadap satu mimpi. 

Namun kita patut sadar bahwa kadang nasib tidak sejalan dengan rencana hidup. Ketika anak hanya difokuskan pada 1 mimpi maka ketika mereka mengalami kegagalan dimana mereka tidak siap menerima hal ini. Justru akan menciptakan petaka baru. 

Ibu yang Tengah Memberi Semangat Anak Yang Mengalami Kegagalan | Sumber Situs Parapuan
Ibu yang Tengah Memberi Semangat Anak Yang Mengalami Kegagalan | Sumber Situs Parapuan

Petaka baru seperti anak menjadi sedih berlarut-larut, menyalahkan takdir, stres hingga depresi. 

Menguntip salah satu portal berita menginfokan bahwa di Jepang, angka bunuh diri yang dilakukan pelajar naik drastis di tahun 2020. 

Tercatat terdapat 777 kasus pelajar bunuh diri di negara ini. Beberapa motif dikarenakan depresi, gangguan kesehatan mental, dan tertekan dengan masa depan hingga kecewa terhadap turunnya prestasi akademis (Sumber Klik Disini). 

Kondisi ini bisa dicegah seandainya si anak diajarkan berbagai rencana atau planning hidup. Jika Plan A gagal maka si anak sudah menyiapkan Plan B, C dan seterusnya. 

Misalkan si anak gagal diterima di Kampus A, si anak masih bisa mewujudkan mimpi di kampus B, C atau bahkan bekerja dulu sebelum mencoba lagi tahun depan. 

Cara ini membuat anak merasa bahwa masih banyak jalan menuju kesuksesan. Kadang dengan kegagalan di Plan A justru membuka peluang kita meraih kesuksesan dari pintu lain. 

Menyiapkan Beberapa Rencana Hidup | Sumber Dreamstime
Menyiapkan Beberapa Rencana Hidup | Sumber Dreamstime

# Membantu Kesiapan Anak

Ada peran yang terlihat sederhana namun berarti besar pada anak. Salah satunya membantu kesiapan anak. 

Kadang anak terlalu sibuk mempersiapkan diri seperti belajar, berlatih dan sebagainya. Namun mereka melupakan hal kecil yang justru berdampak besar. 

Saya salut pada orang tua yang menjadi penyelamat kecil bagi si anak seperti pagi sudah menyiapkan sarapan agar si anak tidak kelaparan saat ikut tes, menyiapkan alat tulis atau memastikan ulang perlengkapan ujian anak agar tidak ada yang terlupa, menyiapkan pakaian si anak. 

Saya pernah melihat teman yang mengalami sakit maag saat ujian sekolah. Ternyata dirinya karena terburu-buru berangkat ujian hingga tidak sempat sarapan. Akibat fatal, dirinya harus dirawat dan tidak bisa melanjutkan ujian. 

Beruntunglah saya yang memiliki orang tua yang peduli dimana selalu mengingatkan saya untuk sarapan atau sekedar memastikan hal-hal kecil yang mungkin saja saya lupakan. 

# Beri Apresiasi Terhadap Perjuangan Anak

Tidak ada salahnya orang tua memberikan apresiasi terhadap perjuangan anak. Tujuan selain menjadi semangat bagi si anak juga menunjukan bahwa orang tua selalu ada di belakang si anak. 

Kakak saya pun menerapkan cara ini. Ketika keponakan saya mengikuti seleksi SMA Negeri. Kakak saya memberi semangat jika lulus SMA Negeri, keponakan saya akan diberi gadget baru. 

Ternyata keponakan saya berhasil lulus dan diterima di SMA negeri. Alhasil ia senang ketika mendapatkan apresiasi dari orang tua atas usaha dan kerja kerasnya. 

Kakak saya ini ingin menegaskan bahwa keberhasilan si anak mayoritas dari usaha mereka sendiri. Orang tua hanya mengarahkan dan menjembatani kesuksesan anak. 

Oleh karena itu tidak ada salahnya orang tua memberikan reward tersendiri bagi si anak. Reward bisa sesuatu yang disukai si anak misalkan dibelikan mainan, jalan-jalan ke suatu tempat saat liburan, menonton film kesukaan anak dan sebagainya. 

# Jangan Fokus Salahkan Anak Ketika Mengalami Kegagalan

Saya paham bahwa kegagalan anak bisa disebabkan karena kurangnya persiapan anak, kandidat lain lebih unggul atau ada kesalahan diluar perkiraan. 

Saya paham pula ada sebagian orang tua yang kecewa ketika si anak gagal dalam mewujudkan mimpinya. Ini yang terjadi pada kerabat saya dimana orang tua melampiaskan kekecewaan dengan memarahi si anak. 

Alangkah bijak orang tua menjadi sosok pemberi semangat bukan pematah semangat anak. Orang tua bisa mengevaluasi kegagalan si anak agar kelak bisa jadi bahan perbaikan jika si anak mendapatkan kesempatan dilain waktu. 

Orang tua bisa juga memberikan kisah sederhana untuk menjaga semangat si anak mewujudkan mimpi. Bisa mengambil kisah tentang dirinya atau orang lain yang dirasa bisa menjadi teladan. 

Contoh si anak gagal diterima di fakultas kedokteran yang merupakan mimpi dari si ayah yang juga berprofesi sebagai dokter. Si ayah tidak langsung menyalahkan kegagalan si anak namun mau mengarahkan si anak untuk mendaftar sebagai farmasi atau perawat agar bisa juga ikut berkontribusi di bidang kesehatan. 

Tentu anak menjadi tidak stres dan depresi melainkan mendapatkan pencerahan tentang mimpi lain yang bisa diraihnya. 

***

Orang Tua Yang Siap Melindungi Mimpi Si Anak | Sumber Kumparan.com
Orang Tua Yang Siap Melindungi Mimpi Si Anak | Sumber Kumparan.com

Setiap orang pasti memiliki mimpi untuk masa depannya. Ada yang berhasil mewujudkan ada pula yang gagal. 

Kondisi ini pulalah yang kini tengah terjadi pada anak muda yang saat ini berjuang meraih mimpi mereka. Kadang ada saja kendala yang membuat mimpi mereka terhambat. 

Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan. Jangan sampai salah bertindak justru membuat si anak putus asa, stres hingga depresi. Peran orang tua sangat penting sebagai pemberi dukungan, penjaga semangat anak serta penasehat ketika si anak bingung mewujudkan mimpinya. 

Harapannya agar artikel ini bisa jadi pegangan bagi orang tua yang kini tengah mendampingi anak dalam berusaha mewujudkan mimpi. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun