Suasana indah terasa saat kami tiba di puncak. Saya bisa melihat barisan lampu yang berasal dari pendaki yang tengah mendaki. Terlihat ratusan lampu menandakan bahwa hari ini akan banyak pendaki yang ingin menikmati sunrise.Â
Tidak dipungkiri masa libur panjang serta mulai dibukanya wisata Bali secara domestik maupun internasional membuka jumlah kunjungan mulai meningkat tajam.Â
Saat itu saya berpapasan dengan pengunjung dari Jakarta, Surabaya, India, Malaysia, hingga negara di Eropa. Semakin mendekati sunrise, suasana di puncak kian ramai.Â
Tibalah momen sunrise yang ditunggu. Saya melihat cahaya matahari terbit, lautan awan, danau batur yang indah serta pemandangan gunung Agung dan Gunung Abang di seberang Batur.Â
Sudah bisa ditebak, semua pendaki mengambil dokumentasi terbaik pada saat itu. Begitupun saya yang berfoto dengan latar matahari terbit dengan danau batur sebagai latar.Â
Sedikit informasi di puncak Gunung Batur terdapat warung dan penjaja minuman serta makanan yang bisa digunakan untuk istirahat. Bagi pendaki yang mengambil paket dengan sarapan. Mereka akan mendapatkan roti, telur dan pisang sebagai menu sarapan.Â
Alangkah baiknya jika ingin membeli makanan atau minuman, kita bertanya dulu harga kepada penjual. Sudah rahasia umum jika di tempat wisata bahkan di atas gunung, harga yang ditawarkan lebih mahal.Â
Ada pengalaman kurang enak dimana kami bertiga memesan teh hangat ternyata harga yang dikenakan diluar batas normal kami. Jika selisih 2-3 kali lipat jika pesan di warung biasa masih logis. Tapi bagi kami harga tergolong mahal untuk segelas teh hangat.Â
Untuk itu sebaiknya selalu pastikan dulu harga sebelum membeli sesuatu. Harapannya agar tidak ada penyesalan setelah membayar.Â