Manajemen tidak terlalu dibebankan terkait masalah gaji petugas, biaya perawatan, listrik dan air karena bisa tertutupi dari biaya yang dibayarkan pengguna.Â
Ketika toilet digratiskan dan manajemen tengah menekan biaya pengeluaran. Wajar jika manajemen memilih tidak mempekerjakan petugas khusus lagi untuk mengawasi toilet.Â
Prinsip dasar, Ada Harga Ada Fasilitas. Ketika dulu kita bayar maka fasilitas dan kenyamanan pasti akan dijaga. Disaat kini gratis, pengunjung harus ikhlas menggunakan toilet dengan kondisi apa adanya. Pengunjung tidak memiliki kewenangan protes karena fasilitas ini adalah Gratis.Â
Masalah lain munculnya kondisi ini adalah karakter pengguna toilet. Jika dulu ada petugas yang berjaga, kita sebagai pengguna pasti berusaha ikut menjaga kebersihan dan fasilitas.Â
Bahkan ada yang meminta pengguna untuk melepaskan alas kaki sebelum masuk ke toilet. Tujuan agar kebersihan toilet tetap terjaga.Â
Kini ketika tidak ada petugas berjaga, banyak dari kita yang akhirnya cuek. Alas kaki kotor digunakan masuk ke toilet sehingga lantai ikut kotor. Setelah menggunakan toilet tidak disiram dengan bersih dan ada yang kasar menggunakan fasilitas toilet sehingga menjadi rusak.Â
Saya pernah melihat pengguna toilet yang membuka/menutup pintu dengan kasar sehingga engsel pintu patah. Alhasil pintu toilet menjadi rusak.Â
Kembali lagi ketika manajemen SPBU berusaha menekan cost ditambah tidak adanya pemasukan tambahan membuat petugas hanya memperbaiki seadanya dan tidak secara intens membersihkan toilet yang sudah digunakan.Â
***
Setiap kebijakan pasti ada sisi plus dan minus. Ini juga berlaku pada kebijakan penggratisan fasilitas toilet di SPBU.Â
Dulu saya masih nyaman menggunakan toilet SPBU jika tengah kebelet untuk BAK/BAB. Bahkan terlalu nyamannya saya bisa cukup lama di toilet.Â