Wuah dari Bali ya. Asyik tuh bisa jalan-jalan tiap hari. Jadi pengen merantau ke Bali.Â
Kalimat percakapan ini begitu sering saya terima ketika lawan bicara mengetahui darimana saya berasal.Â
Ada antusias tersendiri ketika membahas tentang Pulau Bali. Tidak sedikit yang langsung menyapa Bli (sebutan kakak laki-laki dalam bahasa Bali) kepada saya. Atau berusaha berdialog dengan Bahasa Bali sederhana yang mereka ketahui Punapi Gatra? Kenken Kabare? dan sebagainya.Â
Entah berapa banyak saya mendengar niat dari teman atau kenalan yang menyampaikan keinginan untuk merantau ke Bali. Motivasi ada yang ingin lanjut pendidikan, mencari pekerjaan, mencari pasangan, ingin mengasah bahasa asing atau memang niat tinggal jangka waktu panjang.Â
Dalam hati kecil saya, ada sekadar nasihat yang ingin saya utarakan kepada mereka. Seberapa yakin niat ini? Sudah banyak info kah yang didapat seputar Bali?Â
Ada kekhawatiran di mana mereka minim informasi dan tidak kuat mental saat merantau di Bali yang justru merugikan diri mereka sendiri. Apa saja yang harus disiapkan jika memang berniat merantau ke Bali?Â
Perkuat Jiwa Toleransi dan Menghargai
Di mana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Pepatah yang memang harus diaplikasikan saat kita merantau ke daerah baru termasuk di Bali.Â
Bali merupakan pulau yang kaya akan budaya, tradisi dan norma yang berlaku. Kearifan lokal ini telah terjaga sejak lama dan diwariskan secara turun-temurun. Selain itu masyarakat Hindu di Bali dipercaya memiliki pengaruh kuat dari Kerajaan Majapahit dimasa silam.Â
Masyarakat pendatang umumnya Non Hindu yang baru pertama melihat budaya dan tradisi yang dilakukan masyarakat Hindu. Disinilah sikap saling toleransi sangat dibutuhkan.Â