Di tempat lain pun ada yang memberlakukan harga antigen sebesar 60 ribu, 80 ribu hingga 90 ribu. Mayoritas kini kurang dari 100 ribu rupiah. Untuk PCR di kisaran 175-225 ribu rupiah.Â
Tidak hanya itu, saya ingat sebulan lalu saat bepergian ke Lombok dan masih ada aturan hasil rapid tes.Â
Saya harus mengantri di klinik karena ada beberapa orang yang juga melakukan rapid. Tapi setelah aturan dicabut. Kini untuk rapid tidak perlu mengantri seperti sebelumnya.Â
Apakah Bisnis Rapid Tes dan PCR mulai lesu?Â
Sepemantauan saya, memang bisa dirasakan seperti itu. Terbukti dari puluhan stan rapid tes di daerah saya, kini mengalami pengurangan drastis.Â
Bila dulu ada stan yang menyewa lahan kosong, ruko, hingga area parkir mall untuk bisnis tes rapid. Belakangan ada yang sudah tutup.Â
Saya teringat dulu saat awal munculnya tes rapid antigen dan PCR serta pemberlakuan syarat wajib tes antigen atau PCR sebagai syarat bepergian atau kegiatan tertentu, membuat usaha ini begitu menjamur karena permintaan begitu tinggi.Â
Saat Natal 2020 yang mana saya ingin merayakan di Bali. Saya harus melakukan PCR yang harganya saat itu masih di atas 1 juta. Bahkan untuk hasil one day service, ada yang mematok harga di atas 2 juta rupiah.Â
Saya yang berniat mudik tentu akan tetap melalukan PCR meski harga sedang tinggi. Ini pun yang dirasakan masyarakat umumnya yang hendak bepergian untuk hal pribadi atau sesuatu yang urgent.Â
Bahkan karena tingginya permintaan tes, saya harus mengantri hingga setengah jam. Tidaklah kaget kemudian pelaku bisnis mulai menjalankan usaha tes rapid dengan sistem drive thru untuk memudahkan calon konsumen.Â