Kapan terakhir sobat Kompasianer melakukan tes rapid atau PCR?Â
Saya pribadi terakhir Jumat lalu dikarenakan untuk mengikuti tes seleksi S2 yang mensyaratkan adanya hasil rapid tes antigen/PCR sebagai syarat mengikuti ujian masuk.Â
Khusus di Bali, saya tidak terlalu kesulitan untuk mendapatkan lokasi tes rapid/PCR. Ini karena selain bisa datang ke Rumah Sakit (RS), puskesmas atau klinik, di Bali banyak tersedia stan usaha rapid di sekitar pinggir jalan raya.Â
Bahkan dari jalan Sunset Road menuju bandara saja, saya akan menemukan puluhan titik stan rapid tes antigen maupun PCR dengan sistem drive thru. Artinya bisnis ini cukup menjanjikan di Bali mengingat banyaknya perjalanan wisata ke dan dari Bali.Â
Uniknya sejak pemerintah mencabut aturan syarat rapid tes antigen maupun PCR sebagai syarat perjalanan darat, laut dan udara. Bisnis ini justru mulai goyah.Â
Jika dulu saya bisa menemukan puluhan titik stan di sepanjang jalan menuju bandara, kini hanya sekitar belasan saja yang masih bertahan.
Tidak hanya itu, ada beberapa penyedia jasa rapid tes dan antigen yang banting harga setelah ada aturan pencabutan penggunaan tes antigen dan PCR untuk bepergian.Â
Jika sebelumnya di daerah saya tes antigen dipatok 99 ribu rupiah dan PCR 275 ribu rupiah. Kini ada yang menurunkan hingga nyaris 50 persen untuk tes antigen.Â
Ini yang saya rasakan sendiri ketika tes antigen di salah satu klinik dekat rumah yang mana hanya perlu membayar 50 ribu rupiah saja. Sudah termasuk surat keterangan hardcopy dan sudah terhubung ke peduli lindungi.Â