Sahabat saya pun bisa tersenyum bahagia karena berhasil mengambil S2 di Jerman karena mendapatkan beasiswa. Ini adalah pencapaian luar biasa karena sebelumnya tidak pernah terbayangkan bisa kuliah di luar negeri.Â
5. Keilmuan Kian Spesifik
Banyak yang mengganggap bahwa keilmuan yang di dapat saat S1 masih bersifat general. Ibarat mempelajari buah alpukat, kita baru mempelajari kulitnya saja. Ketika kita mengambil S2, barulah kita mempelajari isi dari buah alpukat tersebut.Â
Saya ingat saat dulu S1, saya mempelajari banyak mata kuliah yang bersifat pengantar atau ilmu dasar seperti pengantar psikologi, pengantar sosiologi, pengantar antropologi, dasar-dasar ilmu hukum, dasar-dasar ilmu ekonomi dan sebagainya. Karena bersifat pengantar atau ilmu dasar maka saya mempelajari tidak terlalu mendalam.Â
Ketika S2 saya berencana memilih jurusan manajemen dan ingin fokus pada bidang pemasaran. Tujuannya selain sesuai dengan ranah kerja juga ingin lebih fokus mengetahui strategi pemasaran.Â
Ini mirip jika seseorang yang mengambil kuliah pendidikan kedokteran. Saat lulus S1 mereka baru dianggap dokter umum. Belum bisa menangani kondisi pasien dengan penyakit spesifik seperti kanker, infeksi luka dalam, penyakit tumor dalam tubuh dan sebagainya.Â
Untuk itulah mereka mengambil pendidikan spesialis yang setara dengan program magister. Di sini baru mereka menentukan spesialisasi yang diinginkan seperti dokter spesialis THT, anak, kandungan, jantung, mata, dan sebagainya.Â
Disinilah baru kita mengenal sisi bagian dalam keilmuan secara spesifik. Umumnya mereka yang sudah bergelar sarjana akan memahami hal-hal yang berkaitan dengan keilmuan. Tingkat kekritisan pun akan semakin mendalam.Â
***
Selagi ada kesempatan, waktu dan dana saya menyarankan untuk menimba ilmu setinggi mungkin seperti di level S2 atau magister. Ada banyak manfaat yang bisa diambil ketika kita memperoleh pendidikan yang tinggi.Â