Bandingkan dengan serial Kera Sakti yang dulu menghiasi masa kecil kita. Meskipun serial ini panjang namun kita yang menonton memahami alur cerita dari awal hingga akhir. Ada garis benang merah yang kita rasakan.Â
Mulai dari Sun Go Kong yang dihukum karena kelakuannya, bertemu sosok biksu yang menyelamatkan dan kemudian menjadi gurunya. Selain itu ada pertemuan dengan Cu Pat Kai dan Sha Wujing yang menjadi adik-adiknya selama mengembara.Â
Penulis cerita konsisten menceritakan perjuangan mereka menumpas para siluman dan akhirnya bertemu Buddha di akhir cerita. Meski ada cerita tentang percintaan, ini hanyalah kisah tambahan yang tetap berkaitan dengan cerita utama.Â
Kelemahan sinetron Indonesia demi mengejar rating akan membuat cerita berbelit-belit hingga akhirnya penonton bingung dengan jalan cerita utama sinetron ini.Â
# Lebih Prioritaskan Mutu Daripada Jumlah Episode
Jika pembaca adalah penggemar drama Jepang dan Korea. Pasti paham bahwa drama ini umumnya tidak terlalu banyak episode. Umumnya dibawah 25 episode.Â
Ini juga diterapkan oleh serial drama dari barat seperti How I Met Your Mother atau Friends. Tiap musim selalu tidak terlalu banyak episode. Tujuannya agar penonton memahami alur cerita secara maksimal dan naskah cerita dibuat secara matang.Â
Bandingkan sinetron lawas Indonesia. Ada banyak sinetron yang jumlah episodenya melebihi hari dalam 1 tahun. Contoh Cinta Fitri hingga 1.002 episode yang ditayangkan dalam 7 musim, Bajaj Bajuri sebanyak 1.291 episode, hingga Tersanjung yang tayang selama 7 tahun (Sumber klik di sini).Â
Jika saya diminta menonton ulang lagi dari episode 1 hingga akhir sinetron Indonesia ini. Saya lebih memilih mundur karena akan lelah dan otak saya tidak kuat menangkap jalan cerita yang sering berubah.Â
Tentu berbeda jika saya menonton drama dari Jepang, Korea atau Barat. Meski ditonton berulang kali. Saya masih sanggup karena tiap musim tidak banyak episode dan selalu menampilkan keseruan berbeda di tiap musim.Â