Sebentar lagi adik-adik yang kini duduk di kelas XII atau 3 SMA akan menyiapkan diri untuk menghadapi Ujian Akhir Nasional (UAN). Selepas itu mereka akan berada pada 3 pilihan apakah lanjut kuliah, bekerja atau memilih menikah.Â
Bagi yang berniat melanjutkan kuliah, kekhawatiran salah pilih jurusan seringkali menghantui para calon mahasiswa. Ini berdasarkan pengalaman adik dan sepupu saya yang galau menentukan jurusan kuliah yang ingin diambil.
Ironisnya banyak mahasiswa baru ketika memasuki kuliah di semester pertama mulai merasakan kegalauan tingkat lanjut. Ada banyak yang ternyata tidak bisa beradaptasi dengan mata kuliah, tidak nyaman dengan lingkungan kampus, hingga merasa jurusan yang diambil bukan passion atau minat mereka.Â
Ini sejalan dengan pengalaman semasa kuliah saya. Banyak keluh kesah dari teman seangkatan yang merasa salah pilih jurusan. Nyatanya ini juga dirasakan oleh mahasiswa dari jurusan lain.Â
Mendengar keluh kesah mereka, entah kenapa terlintas dalam pikiran saya, apakah mereka tidak melakukan survei dulu jurusan yang diambil atau terkesan asal-asalan yang penting bisa diterima kuliah.Â
Kondisi ini membuat saya tertarik berbagi pengalaman kepada adik-adik bagaimana tindakan preventif atau pencegahan agar tidak salah pilih jurusan saat mendaftar UTBK-SBMPTN 2022.
Apa saja itu?Â
1. Perbanyak Sharing dengan Senior
Senior di sini bisa kakak tingkat, kakak kandung, paman, bibi, orangtua ataupun siapa saja yang sudah lebih dahulu merasakan bangku kuliah.Â
Tujuan agar kita mendapatkan informasi tambahan terkait kampus hingga jurusan yang ingin diambil.Â
Contoh ketika adik sepupu sudah menentukan jurusan namun galau menentukan apakah mengambil di Kampus A atau Kampus B. Serta apakah mengambil D3 atau S1.Â
Disinilah sharing dibutuhkan, saya memberikan pandangan plus dan minus dari kegalauan yang dirasa. Setelah memberikan sedikit gambaran umum. Saya merekomendasikan dirinya mengambil S1 di Kampus A.Â
Sebagai senior yang baik, pasti akan memberikan alasan yang logis terhadap referensi yang diberikan. Seperti saat ini banyak lowongan pekerjaan yang mensyaratkan minimal S1.Â
Pilihan D3 tidaklah buruk karena keilmuan akan lebih banyak praktik dan aplikatif. Namun kini lowongan kerja untuk diploma mulai terbatas.Â
Selain itu jika ingin melanjutkan kuliah dari D3 ke S1. Tentu akan mengeluarkan banyak biaya lagi dan masa studi yang rata-rata harus ditempuh 2 tahun. Artinya ia harus belajar 2 kali hanya untuk meraih S1.Â
Selain itu pertimbangan akreditasi bisa juga diberikan. Kampus A telah terakreditasi A serta jurusannya pun sudah terakreditasi A. Kampus B baik kampus maupun jurusan masih terakreditasi B.Â
Tentu pilihan untuk kuliah di Kampus A akan lebih memiliki nilai jual. Pertimbangan ini dianggap logis sehingga sepupu saya mulai memantapkan hati sesuai pertimbangan dari saya.Â
2. Kenali Potensi Diri
Kuliah akan terasa menyenangkan jika ternyata sejalan dengan hobi dan potensi diri. Tidak ada salahnya sebelum menentukan jurusan yang ingin di ambil, kita bisa menggali serta mengenali potensi diri.Â
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan. Seperti bertanya pada teman atau sahabat semasa sekolah. Biasanya karena kita sudah berinteraksi bertahun-tahun, sahabat atau teman justru mengenali potensi dalam diri kita.Â
Misalkan ada teman yang dikenal sosok yang cerdas, tempat curhat yang luar biasa, kalem dan mampu memahami karakter orang lain. Ketika dirinya galau menentukan jurusan kuliah, kita bisa mereferensikan dirinya kuliah di jurusan Psikolog. Pilihan bagus yang mungkin tidak ia sadari.Â
Cara lain dengan mengikuti psikotest terkait minat dan bakat. Saya ingat dulu saat kuliah ada psikotest seperti ini. Dari hasil tes, saya mendapatkan gambaran jika saya kurang pas jika mengambil jurusan di bidang teknik. Akan lebih maksimal jika mengambil jurusan Humaniora.Â
Alhasil dari hasil itulah saya mampu menentukan jurusan yang saya ingin ambil saat kuliah. Ternyata hasil tes sejalan dengan kemampuan saya di mana saya bisa mengikuti kuliah dengan baik. Seandainya saya paksakan ambil jurusan teknik, bisa jadi saya stres dan tidak bisa beradaptasi karena tidak sejalan dengan minat dan bakat.Â
3. Pahami Luaran Setelah Lulus
Sekitar seminggu lalu, secara tidak sengaja saya bertemu dengan seseorang dari almamater yang sama. Setelah sekian banyak cerita, kenalan ini berkeluh kesah bahwa dia sebenarnya nyaman ambil jurusan semasa kuliah namun penyesalan terjadi ketika sadar tidak banyak pekerjaan yang terbuka untuk jurusan ini.Â
Alhasil dirinya kesulitan mendapatkan pekerjaan selepas kuliah. Ini banyak terjadi diantara kita di mana banyak lulusan sarjana menganggur karena minim tersedia lowongan untuk jurusannya.Â
Sebaiknya pikirkan dulu apa rencana kita selepas kuliah? Apakah ada pekerjaan khusus yang ingin kita incar?Â
Contoh adik sepupu saya yang bermimpi ingin kerja di PT PLN seperti ayahnya. Dia tanpa ragu memilih jurusan Teknik Elektro dan ternyata selepas lulus kuliah. Dia bisa kerja sesuai dengan impiannya.Â
Hal berbeda terjadi pada teman seangkatan. Sebenarnya ia memiliki cita-cita ingin menjadi jurnalis. Namun karena terhasut teman, dirinya memilih jurusan Hubungan Internasional.Â
Meskipun masih ada potensi selepas kuliah untuk melamar sebagai jurnalis. Namun baginya, ia merasa salah pilih jurusan. Harusnya ia melamar jurusan ilmu komunikasi atau broadcasting.Â
Daripada menyesal dikemudian hari, sebaiknya kita mulai pikirkan ingin kerja di bidang apa kelak? Jika sudah ada bayangan, barulah kita mencari jurusan yang sejalan. Cara ini penting agar kita tidak merasa salah jurusan saat sudah masuk kuliah.Â
4. Jangan Memilih Jurusan karena Ajakan Teman
Ini banyak terjadi saat semasa kuliah dulu. Ada teman yang cerita bahwa ia memilih mengambil jurusan saat itu karena diajak temannya.Â
Baginya tentu menyenangkan jika mengambil jurusan yang sama dengan sahabatnya. Tidak akan canggung dengan orang baru serta bermimpi akan merasakan keseruan sama seperti semasa SMA.Â
Ternyata harapannya tidak sejalan. Dampak karena ikut pilihan teman, ia merasa kurang sepenuh hati mengikuti kuliah. Bahkan kekecewaan bertambah di mana teman semasa SMA justru menemukan teman yang baru dan kini ia merasa terabaikan.Â
Ingatlah kuliah itu adalah untuk masa depanmu. Bukan untuk sama seperti temanmu. Ibarat nasi sudah menjadi bubur, ketika kita sadar sudah keliru memilih jurusan. Alhasil mau tidak mau, kita harus menjalani kuliah meski setengah hati.Â
***
Kuliah bukanlah waktu singkat. Akan ada banyak kisah yang terjadi di masa kuliah. Namun jangan sampai masa-masa kuliah lebih banyak dihabiskan untuk merenung karena merasa salah pilih jurusan.Â
Umumnya mahasiswa yang merasa salah jurusan menjadi tidak maksimal dalam menggapai prestasi. Sebelum itu terjadi, yuk pikirkan dengan matang.Â
Memilih jurusan memang terlihat sederhana namun bisa menjadi jebakan batman. 4 langkah di atas bisa jadi upaya preventif agar adik-adik yang hendak lanjut kuliah menemukan jurusan yang tepat dan tidak terlontar kalimat, sepertinya aku salah pilih jurusan.Â
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H