Jika berhasil dalam semalam, si pemuda membawa kabur si gadis tanpa sepengetahuan orangtua gadis. Tidak berselang lama akan ada utusan dari keluarga pria bahwa si pemuda berhasil menculik dan menikahi si gadis secara aturan.Â
Saya sempat bertanya, Apakah orangtua berhak menolak permintaan keluarga pria?Â
Saya cukup terkejut di mana keputusan terbesar ada di tangan si gadis. Orangtua akan setuju jika si gadis sudah bersedia kabur dengan lelaki pujaan hatinya.Â
Di sini sudah lumrah menikahi sepupu atau yang memiliki kekerabatan demi menjaga garis keturunan Suku Sasak Sade. Mungkin bagi masyarakat suku lain, hal ini dianggap pantangan namun akan berbeda bagi masyarakat disini.Â
Keempat: Syarat Khusus untuk Anak Gadis dan Laki-Laki
Bagi masyarakat Suku Sasak Sade, para gadis wajib menguasai teknik menenun sejak kecil. Saya sempat bertanya pada seorang ibu yang sekaligus menjual hasil tenunan. Si ibu menjawab, sejak usia 6 tahun sudah diajarkan teknik menenun.Â
Takjub sekali mendengar jawaban ibu ini. Artinya tradisi ini dijaga turun temurun bahkan ada syarat tidak tertulis bahwa syarat menikah bagi para wanita adalah harus sudah bisa menenun.Â
Ini akan berguna kelak setelah menikah dimana para suami akan bekerja di ladang atau beternak. Para istri akan menenun mengisi waktu luang dan menjual hasil tenunan kepada wisatawan yang berkunjung.Â
Jika perempuan wajib menenun, anak laki-laki juga memiliki tradisi Peresean atau adu perang. Dahulu tradisi ini dilakukan untuk memohon hujan kini sebagai unjuk kebanggaan.Â