Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Kenapa Keterampilan Menyetir Penting dan Mampu Menunjang Karir?

26 Februari 2022   22:04 Diperbarui: 27 Februari 2022   19:15 2671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Staf Menyetiri Atasan | Sumber Delachieve.com

Ketika ada yang bertanya pada saya, keterampilan apa yang dianggap sepele namun dapat menunjang karir? 

Saya akan jawab, keterampilan menyetir mobil. 

Mungkin akan ada keraguan pembaca terhadap jawaban saya namun ini berdasarkan pengalaman saya dan beberapa orang disekitar dimana kemampuan menyetir kendaraan khususnya mobil ternyata sangat dibutuhkan dalam dunia pekerjaan.

Ada kisah unik dimana manager HRD di perusahaan saya tengah merekrut seorang staff. Ada beberapa kandidat yang sudah dipanggil dan kini memasuki tahap interview. 

Kandidat yang diundang memiliki pengalaman dan kemampuan yang sama. Namun yang menarik, manager HRD menentukan pilihan pada seorang kandidat pria. 

Menurut teman hrd yang ikut menyeleksi sebenarnya ada 1 kandidat wanita yang jadi jagoannya. Ketika manager HRD telah menentukan pilihan, alasan sederhana terlontar. 

Si kandidat pria bisa mengendarai mobil dan memiliki SIM A sedangkan kandidat wanita tidak memiliki keduanya. 

Pertimbangan bahwa kandidat yang bisa menyetir artinya perusahaan tidak perlu lagi menyiapkan sopir umum untuk kebutuhan staf. 

Peran HRD yang sering berinteraksi dengan instansi tertentu, mengurus perijinan hingga menghadiri rapat di kantor pusat tentu menggunakan sarana mobil kantor untuk mobilitas. 

Ketika staf tidak mahir menyetir. Perusahaan akan mengeluarkan ekstra gaji untuk merekrut sopir umum. Padahal dimasa kini, perusahaan dituntut efisiensi. 

Tidak hanya itu jika dikondisi urgent harus mobilitas ke luar kantor dan si sopir ijin tidak masuk. Ini akan menjadi masalah lain dan tentu akan menyulitkan banyak pihak. 

Tentu alasan yang logis bagi saya. Efisiensi karyawan menjadi faktor utama. Untuk apa merekrut 2 orang jika ada 1 orang yang memiliki kemampuan yang sama. 

Kisah lain terjadi pada saya sendiri. Saya di awal kerja belum mampu mengendarai mobil. Pertimbangan memang belum memiliki mobil sendiri dan masih ada ketakutan membawa mobil di jalan raya. 

Stigma sering melihat kecelakaan mobil di jalan membuat saya takut sendiri. Meski sempat paman menawarkan saya untuk belajar mengendarai mobil saat kuliah. Saya lebih terkesan menolak karena menurut saya belum perlu. 

Ternyata mindset "belum butuh atau perlu mengendarai kendaraan" ternyata berbanding terbalik saat di dunia kerja.

Suatu ketika manager saya mengajak saya dan rekan sesama marketing untuk melihat beliau memprospek klien di salah perusahaan di Karawang. Sebenarnya manager saya ingin mengajak saya seorang karena sungkan membawa banyak staf. 

Ironisnya, saya belum bisa membawa kendaraan. Tentu akan terasa aneh jika atasan menyetiri seorang staf baru. Alhasil rekan saya yang sudah mahir menyetir berkenan menyetir mobil. 

Ilustrasi Staf Menyetiri Atasan | Sumber Delachieve.com
Ilustrasi Staf Menyetiri Atasan | Sumber Delachieve.com

Rekan saya memberi nasihat bijak, "Kamu harus bisa menyetir. Disaat seperti inilah kemampuan menyetir dibutuhkan".

Saya akui akan ada banyak momen dimana atasan mengajak bawahan untuk mendampingi urusan kerja. Etika baik adalah bawahan harus siap melayani atasan. Salah satunya mengendarai atasan, bukan sebaliknya. 

Sejak saat itulah saya mulai berinisiatif belajar mengendarai mobil. Bahkan teman kerja yang menjadi instruktor saya. 

Tentu ini menjadi berkat tersendiri karena tidak perlu mengeluarkan uang untuk kursus mengemudi mobil. Saya memanfaatkan mobil kantor dan cukup mentraktir teman yang bersedia mengajarkan sampai saya dianggap mahir. 

Pembelajaran penting, kemampuan menyetir mampu menjadi jembatan mendekatkan hubungan personal dengan atasan. 

Saya sering menonton film dimana staf mengendarai mobil atasan. Disaat itu atasan justru bersikap lebih cair pada si staf, mengobrol banyak hal mulai dari kerjaan hingga pribadi. 

Bahkan ketika atasan merasa nyaman, bisa jadi si staf akan dilibatkan dalam hal-hal penting. Ini adalah hal positif yang bisa membuat kita jadi orang kepercayaan atasan. 

Kisah terakhir dari senior saya yang mendapatkan promosi jabatan. Bos besar ingin memberikan fasilitas mobil operasional. Namun ketika ditanya apakah bisa mengendarai kendaraan? Senior saya menjawab belum bisa. 

Padahal tawaran ini belum tentu datang dua kali. Umumnya karyawan pasti berharap mendapatkan fasilitas kantor salah satunya mobil operasional. Namun ketika kita tidak mampu mengendarai mobil. Bisa jadi opsi ini melayang. 

Belajar Menyetir Mobil | Sumber Autos.id
Belajar Menyetir Mobil | Sumber Autos.id

Alhasil senior saya mulai mengambil kursus menyetir. Pilihan jatuh belajar mobil matik yang lebih praktis dan mudah. Tidak butuh waktu lama, akhirnya dirinya sudah bisa menyetir dan mendapatkan SIM A. 

Senior saya pun cukup beruntung karena bos besar masih memberlakukan tawaran pemberian mobil operasional ketika tahu si senior sudah mahir dan punya SIM A. 

Terkesan sepele namun ketika kita tidak mahir menyetir mobil, bisa ikut mempengaruhi peluang karir yang lebih baik. 

Tidak heran kini banyak perusahaan mensyaratkan memiliki SIM A/C bagi calon karyawan yang direkrut. 

Ilustrasi contoh persyaratan sebuah pekerjaan yang membutuhkan keterampilan menyetir. Sumber: tangkapan layar pribadi dari loker Bandung
Ilustrasi contoh persyaratan sebuah pekerjaan yang membutuhkan keterampilan menyetir. Sumber: tangkapan layar pribadi dari loker Bandung

Di atas hanya lah sebagian kecil lowongan kerja yang mensyaratkan memiliki SIM A dan atau SIM C. Saatnya kita mengubah mindset bahwa keterampilan menyetir tidak terlalu penting. Atau mindset punya SIM A hanya untuk lowongan sopir semata. 

Padahal kini banyak posisi yang menukiskan mampu mengendarai mobil atau punya SIM A lebih disukai. Artinya mirip seperti kasus rekrutmen staf HRD dimana ketika ada opsi kandidat bisa mengendarai mobil dan satu lagi tidak bisa. Tentu peluang diterima akan jauh lebih besar kandidat yang punya keteramoialn menyetir. 

***

Banyak hal yang membuat seseorang memiliki peluang kerja atau promosi jabatan dalam karir salah satunya keterampilan diri. Salah  satu keterampilan diri yang sering diabaikan adalah kemampuan menyetir kendaraan. 

Masih belum butuh, lebih nyaman jika disopiri, takut bawa mobil sendiri dan sebagainya bisa jadi menjadi batu sandungan dalam karir kita. Tidak ada salahnya selagi ada kesempatan dan sarana, kita melatih diri untuk bisa mengendarai mobil. 

Setidaknya beberapa pengalaman yang saya dan orang sekitar saya alami bisa jadi pembelajaran positif. Sudah kah Sobat Kompasiana bisa menyetir mobil? 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun