Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Mengenang Perjuangan I Gusti Ngurah Rai di Taman Pujaan Bangsa Margarana

20 Februari 2022   20:06 Diperbarui: 21 Februari 2022   13:44 2546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gapura Pintu Masuk Monumen | Dokumentasi Pribadi

Hari ini saya merasa sedikit bosan di rumah. Setelah iseng browsing tempat menarik terdekat, ada satu lokasi yang cukup menarik. Taman Pujaan Bangsa Margarana atau dikenal juga Taman Makam Pahlawan (TMP) Margarana. 

Berjarak sekitar 20 menit dari rumah, akhirnya saya memutuskan ke lokasi ini sekaligus ingin mengetahui lebih dalam perjuangan I Gusti Ngurai Rai. 

Kita mungkin sudah kenal sosok I Gusti Ngurah Rai, pahlawan nasional yang berasal dari Bali. Sosok beliau pun diabadikan di berbagai tempat seperti patung I Gusti Ngurah Rai di Kabupaten Badung, penamaan bandara internasional di Bali hingga menjadi sosok dalam uang pecahan Rp. 50.000 keluaran tahun 2005.

Perjuangan beliau sebagai pemimpin pasukan Ciung Wanara melawan penjajah Belanda memang sangat heroik dan patut mendapat apresiasi tinggi. Perlawanannya dikenal dengan istilah Puputan Margarana. 

Menguntip dari berbagai sumber, istilah perang puputan telah menjadi perjuangan masyarakat Bali sejak masa kerajaan. Puputan sendiri memiliki arti perang hingga akhir atau titik darah penghabisan. 

Setidaknya terdapat 3 perang puputan yang dikenang masyarakat Bali. Pertama Perang Puputan Jagaraga yang terjadi di tahun 1848 hingga 1849 yang dipimpin oleh Patih Jelantik beserta rakyat Buleleng dalam melawan Belanda yang terjadi di wilayah Jagaraga Buleleng. 

Kedua, Perang Puputan Badung yang terjadi tahun 1906 yang melibatkan Raja I Gusti Gde Ngurah Pemecutan dari Puri Pemecutan serta dibantu kerajaan lainnya melawan Belanda. 

Ketiga adalah Perang Puputan Margarana, yang merupakan perjuangan I Gusti Ngurah Rai yang terjadi di Desa Marga, Kabupaten Tabanan untuk mengusir penjajah Belanda dari daerah Tabanan. 

Perjalanan dari Kota Tabanan menuju Desa Marga sangat mudah. Dipandu oleh Google Maps, saya melewati jalan pedesaan dimana banyak persawahan yang indah. Bulan Februari merupakan masa padi telah tumbuh tinggi berwarna hijau. Sudah dapat dibayangkan indahnya melihat hamparan hijau disisi kanan dan kiri jalan.

Mendekati lokasi, saya sudah melihat halaman luas yang menyambut wisatawan atau pendatang. Saya akui halaman luas ini cukup untuk menampung belasan mobil atau beberapa bus yang datang bersamaan. 

Ternyata area Taman Pujaan Bangsa Margarana ini juga terdapat areal perkemahan. Informasi yang saya dapat, banyak kegiatan kepramukaan hingga acara perkemahan yang dilakukan para anak usia sekolah. Tujuannya selain mendekatkan pada alam juga untuk mengajarkan sisi patriotik para pahlawan. 

Saya duduk sejenak di salah satu warung yang buka di dekat area parkir. Mengamati aktivitas warga lokal. Efek pandemi, tidak banyak wisatawan yang datang ke area ini.

Ketika saya datang hanya terlihat beberapa motor dan 2 mobil yang merupakan warga lokal. Mereka menjadikan area ini untuk sekedar jalan-jalan bersama keluarga, nongkrong dan olahraga ringan seperti Jogging. 

Tidak perlu berlama-lama istirahat, saya pun mulai memasuki area TMP ini. Tidak ada petugas yang berjaga saat itu artinya saya bisa memasuki area tanpa perlu membayar alias gratis. 

Monumen Daftar Para Pahlawan | Dokumentasi Pribadi
Monumen Daftar Para Pahlawan | Dokumentasi Pribadi

Sebelum memasuki Gapura masuk, pandangan saya tertuju pada monumen besar bertuliskan

Daftar Para Pahlawan Pejuang Kemerdekaan R. I yang Gugur Di Bali Periode Th. 1945-1950 yang Diabadikan Di Candi Pahlawan Margarana Sejumlah 1.372 orang

Wow, saya takjub begitu banyak sosok pahlawan yang namanya diabadikan di area ini. Patut diingat bahwa masyarakat Hindu Bali menerapkan sistem Ngaben atau upacara pembakaran jenasah bagi mereka yang meninggal. 

Artinya tugu yang terdapat di area TMP ini hanyalah simbolis. Bukan area pemakaman layaknya TMP diluar Bali. Tentu suasana tidak akan terlalu mistis mengingat ini bukanlah area pemakaman. 

Gapura Pintu Masuk Monumen | Dokumentasi Pribadi
Gapura Pintu Masuk Monumen | Dokumentasi Pribadi

Aturan Khusus Pengunjung | Dokumentasi Pribadi
Aturan Khusus Pengunjung | Dokumentasi Pribadi

Ada 4 aturan khusus yang diberlakukan kepada para pengunjung yang akan memasuki area ini. Aturan tersebut meliputi :

  1. Agar berpakaian rapi dan sopan. 
  2. Selalu mentaati petunjuk guide atau penjaga monumen. 
  3. Bagi wanita yang sedang haid dilarang memasuki monumen. 
  4. Jagalah kebersihan. 

Peraturan ini guna menjaga adab kesopanan, kesucian dan keasrian area monumen. Wajar karena tidak jarang pengunjung kerapkali bertindak seenaknya karena merasa adalah pengunjung. 

Artikel Pendukung : Adab Yang Perlu Diperhatikan Bagi Turis Saat Di Bali

Setelah menapaki tangga Gapura masuk, saya sudah disambut patung yang merepresentasikan para pejuang di jaman kemerdekaan. Patung di desain lengkap dengan senjata tradisional dan bendera merah putih untuk menambah sisi patriotik. 

Halaman luas berada di belakang Gapura. Saya melihat warga setempat banyak yang menghabiskan waktu bersama keluarga di sana. Anak-anak kecil bermain lari-larian hingga bermain sepak bola sederhana. Terlihat lingkungan asri dan terawat. 

Halaman Luas Dalam Area Monumen | Dokumentasi Pribadi
Halaman Luas Dalam Area Monumen | Dokumentasi Pribadi

Bangunan Candi Untuk Penghormatan I Gusti Ngurah Rai | Dokumentasi Pribadi
Bangunan Candi Untuk Penghormatan I Gusti Ngurah Rai | Dokumentasi Pribadi

Dari pekarangan ini sudah terlihat bangunan megah seperti candi setinggi 17 meter. Candi megah dengan desain yang nampak dari 5 sisi ini memuat sebuah foto di bagian depan. Saya tidak masuk ke dalam namun sekilas foto tersebut adalah foto I Gusti Ngurah Rai yang menjadi ikon dari TMP ini. 

Di bagian belakang Candi inilah terdapat ribuan tugu untuk mengenang para pahlawan selama masa kemerdekaan. Saya takjub melihat bangunan tugu yang tertata rapih dan memiliki nilai artistik tinggi. 

Tugu yang sudah berusia puluhan tahun tersebut wajar jika tulisan mulai tampak pudar. Saya mengamati Tugu tersebut tertulis nomor urutan data pahlawan, nama pahlawan, asal tinggal, keterangan Gugur dan tanggal atau tahun gugur pahlawan. 

Deretan Tugu Pahlawan | Dokumentasi Pribadi
Deretan Tugu Pahlawan | Dokumentasi Pribadi

Salah Satu Tugu Pahlawan | Dokumentasi Pribadi
Salah Satu Tugu Pahlawan | Dokumentasi Pribadi

Ada 1 tugu yang menarik perhatian saya yaitu Tugu bertuliskan Gst Ngr. Rai dari Kerta Petang Badung berada di barisan depan. Saya kurang yakin apakah tugu ini mewakili sosok pahlawan I Gusti Ngurah Rai. Keraguan saya karena memang saat ke sana tidak ada pemandu yang bisa saya mintai informasi detail. 

Sebenarnya ada bangunan lain yang menyerupai gedung. Kemungkinan itu adalah gedung museum atau gedung pertemuan. Terkesan indah dan klasik karena ada jembatan penghubung ke bangunan tersebut. 

*** Hikmah Mengunjungi Area Ini

Saya akui ada rasa bangga, terharu dan ikut merasakan perjuangan luar biasa masyarakat Bali dalam mempertahankan wilayahnya dari penjajah Belanda. 

Perjuangan I Gusti Ngurah Rai dengan anggota Ciung Wanara yang hanya berjumlah 96 orang berkorban hingga gugur demi melawan penjajah. Bahkan perjuangan mereka berhasil menewaskan lebih dari 400 orang dari pihak Belanda.

Artinya perjuangan yang mereka lakukan pun membuat penjajah kewalahan dan mengalami kerugian besar. Bahkan setelah masa Puputan Margarana berakhir pun perjuangan masyarakat Bali tetap berlanjut hingga tahun 1950.

Kebanggaan lainnya perjuangan ini tidak serta merta hanyalah bagian dari warga Marga, Tabanan saja. Terlihat dari daerah asal pahlawan yang berasal dari luar Tabanan seperti Badung, Buleleng, Jembrana, Bangli dan lain sebagainya. 

Ini menunjukan bahwa niat untuk merdeka dari bangsa penjajah sangatlah besar dan para pahlawan ini bersatu padu memperjuangkan hal tersebut. Perjuangan yang belum tentu akan dilakukan oleh generasi masa kini jika berada di masa tersebut. 

Semoga adanya TMP ini akan selalu selaras dengan namanya yaitu Taman Pujaan Bangsa Margarana yang selalu dipuja tidak hanya bagi warga Marga Tabanan saja namun juga seluruh masyarakat Indonesia. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun