Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bos, Kerjaanku Banyak dan Aku Lelah

16 Februari 2022   19:59 Diperbarui: 17 Februari 2022   06:11 1161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stres dan kelelahan adalah respons alami tubuh ketika diri kita merasa tertekan dalam menghadapi sebuah situasi. Ini juga bisa menjadi tanda pekerjaan overload (SHUTTERSTOCK)

Beberapa hari ini adik saya memposting curhatan hati yang terasa menumpuk. Kerjaan ini bahkan harus dikerjakan di kosan di luar jam kerja. Bahkan ia memberikan caption yang seakan tengah lelah secara fisik dan pikiran terkait kerjaan. 

Ini mengingatkan saya saat dulu baru diangkat sebagai asisten manager distribusi. Adanya perawatan armada secara besar-besaran membuat saya harus bekerja ekstra keras. 

Berangkat subuh karena juga harus memantau pengiriman setelah itu fokus dalam pemantauan perawatan armada yang tengah rusak dan jumlahnya hingga puluhan. 

Pulang kerja selama 3 bulan selalu malam hari, artinya saya kerja lebih dari 12 jam. Tidak hanya itu, selama 2 bulan tidak merasakan hari libur. Saat hari minggu dan tanggal merah harus tetap kerja untuk mengejar target yang diberikan perusahaan. 

Karyawan Yang Terkejar Deadline Kerjaan | Sumber Freepik
Karyawan Yang Terkejar Deadline Kerjaan | Sumber Freepik

Memang saya mendapatkan uang lembur dan fasilitas, namun selama 2 bulan tidak ada libur dan kerja di atas 12 jam, membuat saya merasa lelah. Bahkan pernah saya tertidur di mushola karena terlalu lelah. 

Ternyata nasib ini banyak terjadi di sekitar kita. Ada karyawan yang merasa tugasnya tidak ada habis-habisnya hingga tekanan tinggi di kantor. 

Ingin mengeluh bingung harus kepada siapa. Ingin resign, belum dapat kerjaan baru. Apalagi di masa pandemi ini mencari kerjaan baru terasa susah. Alhasil dibetah-betahin kerja meski hati ingin berteriak, "Bos, aku lelah".

Mungkin tulisan saya ini bisa sedikit membantu bagi Sobat Kompasiana yang bingung harus bagaimana menghadapi situasi seperti ini. 

1. Sindir Halus

Tidak jarang ada atasan yang tidak peka dengan kondisi anak buahnya. Tipe ini harus disiasati dengan sindiran halus. 

Pernah teman saya memberikan sindiran halus kepada atasannya, "Bos sepertinya ini sudah larut malam. Apakah bisa dilanjutkan besok saja?"

Ia menyindir atasannya yang sering melanjutkan urusan kerja di luar jam kantor atau bahkan hingga malam melalui sistem daring atau pesan online. 

Si bos yang sadar karena ia telah mengambil waktu santai staf pun segera meminta maaf dan mengatakan akan membahas masalah kerjaan besok di kantor.

Andai tidak ada yang berani speak up, mungkin pembahasan kerjaan bisa hingga malam hari yang mana waktu untuk santai atau bersama keluarga. 

Karyawan Yang Lelah Karena Kerjaan | Sumber: istockphoto
Karyawan Yang Lelah Karena Kerjaan | Sumber: istockphoto

Saya pun ada kisah unik. Ketika saya sudah merasa di titik lelah karena tugas yang saya ceritakan di awal. Saya mengubah foto profil WhatsApp menjadi gambar orang yang lelah dan butuh istirahat. 

Tidak butuh lama, ternyata atasan saya peka dan sadar tentang kelelahan saya. Beliau menelepon saya agar weekend ini istirahat dan bisa libur. Hati pun sangat senang padahal itu hanya tindakan sindiran halus namun ternyata mujarab. 

2. Belajar Percaya dan Mendelegasikan Tugas

Eitss, ternyata ada karakter karyawan yang jika diberi tugas oleh atasan ingin hasilnya terlihat sempurna. Ia berusaha mengerjakan seorang diri karena ia tidak percaya membagi tugas pada rekan kerjanya atau yang lebih parah kepada bawahannya. 

Ia terlalu khawatir tugas tidak akan terselesaikan dengan baik dan tidak sesuai ekspetasinya jika orang lain yang mengerjakan. Artinya kita sendirilah yang menciptakan kelelahan tersebut. 

Contoh sederhana manager marketing meminta supervisornya untuk melakukan branding produk karena ada produk baru yang akan segera launching. 

Supervisor ini sebenarnya memiliki beberapa staf untuk membantunya. Namun karena ketidakpercayaan, ia mengerjakan sendiri dari konsep, mencari vendor, venue promosi hingga eksekutor. 

Sudah bisa dibayangkan betapa lelahnya mengerjakan hal ini sendirian. Padahal ia bisa hanya bertugas dalam sisi konsep, sedangkan anak buahnya membantu mencari vendor, venue, dan mengeksekusi konsepnya tersebut. 

Kerjasama Team di Kantor | Sumber via hai.grid.id
Kerjasama Team di Kantor | Sumber via hai.grid.id

Cobalah untuk berkomunikasi baik dengan tim atau anak buah. Mungkin akan ada momen kerjaan tidak sesuai ekspetasi namun, percayalah seiring waktu kita bisa memperbaiki dan membuat tim lebih kuat dan solid. 

Ketika ini terjadi sebanyak apapun tugas dari atasan akan terasa ringan sesuai dengan pepatah "berat sama dipikul, ringan sama dijinjing".

3. Ajukan Self Reward pada Atasan

Mungkin ada kerjaan yang memang membutuhkan tenaga dan pikiran lebih ekstra yang mengharuskan kita bekerja di luar biasanya. Umumnya dirasakan oleh tim sales, HRGA saat akan audit, team project, dan sebagainya. 

Seorang teman mengajukan permintaan khusus pada atasan. Dirinya memang mendapatkan tugas untuk keluar kota menyelesaikan masalah yang terjadi di cabang. 

Penyelesaian ini tentu membuat dirinya berpisah dengan keluarga jangka waktu lama dan menyelesaikan masalah cukup rumit membuat dirinya cepat lelah secara fisik dan pikiran. 

Dengan tegas teman saya menyetujui namun permintaan khususnya setelah tugas selesai. Ia minta diberikan cuti khusus untuk berlibur tanpa diganggu urusan kerja. Atasan pun setuju. 

Ini cara bijak di mana kita sebagai bawahan tentu mau tidak mau harus patuh pada instruksi atasan. Di satu sisi, kita juga punya hak untuk meminta kompensasi sebagai self reward atas kerja keras kita. 

Kompensasi seperti libur khusus, pemberian tunjangan, mendapatkan fasilitas tertentu, kenaikan gaji dan sebagainya. Upaya ini bisa menguntungkan dua belah pihak. 

Dari sisi atasan, kerjaan yang didelegasikan dapat terselesaikan sesuai rencana. Sedangkan dari sisi bawahan, ia mendapatkan kompensasi lebih dari kerja kerasnya. 

4. Berikan Ancaman Khusus

Ini adalah cara terakhir yang saya rekomendasikan jika cara-cara di atas ternyata gagal. Pekerjaan yang terlalu berat dan bikin kita stres berpotensi mengganggu kesehatan mental kita.

Seorang teman bercerita si atasan terlalu bergantung pada dirinya. Selama ini memang ia berusaha memberikan hasil terbaik dari setiap tugas yang diberikan atasan. 

Namun dampaknya, bos suka kerjanya bahkan selalu memberikan tugas lain di luar jobdesk-nya. Sekali dua kali ia tetap mengerjakan permintaan si atasan. 

Seiring waktu, tugas di luar jobdesk kian banyak dan membuat dirinya terlalu lelah. Karena ia harus menyelesaikan tugas utamanya dan setelah itu menyelesaikan tugas tambahan. 

Karyawan Mengajukan Resign | Sumber The Asian Parent
Karyawan Mengajukan Resign | Sumber The Asian Parent

Ia percaya diri untuk memberikan ancaman khusus mengajukan resign jika diberi tambahan tugas lainnya. 

Kepercayaan diri ini muncul karena sadar si bos sudah bergantung pada dirinya dan akan menjadi masalah baru jika ia resign. 

Atasan akhirnya sadar, ia pun merekrut staf baru untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya. Si atasan tidak mau mengambil risiko jika orang kepercayaan resign karena merasa terlalu lelah di kantor. 

Andai kita punya kepercayaan diri yang sama. Tidak ada salahnya untuk melakukan pilihan ini. Apalagi jika sudah terlalu banyak tugas di luar jobdesk utama yang dibebankan ke kita.

***

Atasan yang kurang peka memang bikin kita makan hati. Kerjaan terlalu banyak, dikejar deadline dan seakan mengorbankan waktu bebas kita membuat fisik dan pikiran lelah. 

Pahami bahwa manusia memiliki keterbatasan. Jangan sampai karena kita terlalu menurut membuat kesehatan mental di tempat kerja terganggu. Beberapa hal di atas bisa dicoba untuk mengurangi beban kerjaan. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun