"Pacar gue tuh older than me tapi kelakuan dia tuh childish banget. Gue confuse ngadepin dia"
Saya geleng-geleng kepala mendengar percakapan mirip seperti itu saat di cafe, transportasi umum atau tidak sengaja berada di gerombolan anak muda gaya dialog anak Jakarta Selatan (Jaksel).Â
Sebelum gaya bahasa campuran Indonesia dan Inggris populer di kalangan anak muda khususnya anak muda Jaksel, guru Bahasa Indonesia semasa sekolah dulu sudah mewanti-wanti akan muncul fenomena ini.Â
Kelak, orang tidak akan lagi berkomunikasi sesuai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) namun akan banyak bahasa campuran. Gaya bahasa ini justru akan menjadi kemunduran dari Bahasa Indonesia.Â
Kini seakan terbukti. Bahaya campuran seperti ini begitu populer atau bahkan dianggap lebih bangga bisa berkomunikasi campur bahasa.
Vicky Prasetyo memiliki andil cukup besar mempopulerkan gaya bahasa ini. Bahkan ada istilah vickinisasi, di mana seseorang berusaha memadukan bahasa serta mempergunakan istilah tidak lazim dalam berkomunikasi.Â
Wajar jika saya membayangkan guru Bahasa Indonesia menangis melihat fenomena ini. Mereka berusaha keras mengedukasi para siswa cara menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tidak hanya itu dulu guru saya menganjurkan penggunaan istilah tepat ketika berkomunikasi.Â
Kini seakan runtuh justru disebabkan oleh generasi muda yang katanya "anak gahoel jaman now".