Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Pentingnya Mindset "HIV, Jauhi Penyakitnya Bukan Orangnya"

3 Desember 2021   11:26 Diperbarui: 4 Desember 2021   09:00 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kasus HIV yang Menimpa Bayi Karena Tertular Dari Orang Tua | Sumber Liputan6.com

Semua orang pasti berharap bisa hidup dengan sehat dan terhindar dari penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS. Nyatanya tidak semua orang seberuntung itu. 

Merunjuk pada data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), penderita Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Indonesia pada 2019 mencapai 50.282 kasus. Jumlah ini terus mengalami peningkatan 7,78% dibandingkan tahun sebelumnya.

Tidak hanya itu untuk kasus Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) cenderung fluktuatif mengarah ke penurunan. Berdasarkan data Kemenkes mencatat kasus AIDS berkurang 30,95% menjadi 7.036 kasus pada 2019. Jumlah tersebut menjadi yang terendah sejak 2010 (Sumber klik disini). 

Sedikit informasi bahwa ada perbedaan antara penderita HIV dan AIDS. HIV adalah virus yang dapat menyebabkan kerusakan sistem kekebalan saat masuk ke tubuh. 

Adanya infeksi HIV mampu membuat jumlah sel CD4 turun sangat drastis sehingga sistem imun tubuh kita tidak kuat untuk melawan infeksi. Imun tidak kuat maka akan rentan terkena berbagai penyakit. 

AIDS sendiri dianggap sebagai sekumpulan gejala yang muncul ketika infeksi HIV sudah dalam stadium sangat parah. Dalam istilah sederhana AIDS adalah penyakit kronis yang muncul akibat HIV. Adapun orang pengidap HIV/AIDS lebih dikenal sebagai ODHA (Orang Dalam HIV/AIDS). 


Video di atas hanyalah sebagian kecil dimana ODHA mengalami diskriminatif dan pengucilan dari orang sekitar. Dijauhi teman dan kerabat, dianggap "penyakitan", hingga adanya label khusus seakan menambah kesedihan bagi ODHA. 

Saatnya kita perlu merubah mindset untuk menjauhkan penyakitnya namun bukan orangnya (ODHA). Bagaimana caranya? 

# Ubah Mindset: Kena HIV/AIDS itu Aib

Tidak ada satu orang pun bermimpi ingin menderita HIV/AIDS. Terlepas aktivitas yang membuat dirinya mengidap penyakit itu, kita perlu menghilangkan mindset bahwa ODHA bukanlah Aib layaknya menjadi pencopet, koruptor dan sebagainya. 

Apa yang kamu lakukan jika ada kerabat atau saudara yang menderita kanker atau Covid-19? 

Pasti secara langsung akan memberikan dukungan baik langsung maupun tidak langsung. Kita pun dengan tulus menjadi teman curhat bagi mereka yang tengah berjuang untuk sembuh. Bahkan kita pun senantiasa mendoakan untuk kesembuhan mereka. 

Dukungan Untuk ODHA | Sumber NERS Unair
Dukungan Untuk ODHA | Sumber NERS Unair

Jika kita bisa memberikan support terhadap orang yang terkena kanker atau Covid-19 tandanya kita juga mampu melakukan hal sama bagi para ODHA. 

Meskipun kita tahu belum ada obat khusus yang bisa menyembuhkan virus ini, setidaknya dengan adanya dukungan dan empati kita, para ODHA bisa tetap semangat berjuang melawan penyakitnya. 

Saya sering menonton kisah para ODHA dalam kanal Youtube atau wawancara dari salah satu acara TV. Pengucilan dari masyarakat membuat dirinya drop hingga imun tubuh melemah karena stres dan sedih. 

Kondisi ini yang berbahaya, untuk itulah dukungan dari orang sekitar sangat dibutuhkan. Setidaknya agar para ODHA tetap optimis dan percaya dirinya masih diterima di lingkungan sekitarnya. 

# Ubah Mindset : HIV/AIDS itu Karma

Memang penyebaran HIV/AIDS banyak terjadi karena aktivitas tidak sehat si penderita seperti penggunaan jarum suntik narkoba, perilaku seksualitas menyimpang hingga sering gonta ganti pasangan. 

Kasus HIV yang Menimpa Bayi Karena Tertular Dari Orang Tua | Sumber Liputan6.com
Kasus HIV yang Menimpa Bayi Karena Tertular Dari Orang Tua | Sumber Liputan6.com

Tidak jarang pelabelan terkena Karma begitu kuat ditujukan kepada ODHA. Nyatanya ada penderita ODHA yang seakan menjadi korban. Seperti istri yang tertular dari suaminya, ada pasien tertular karena transfusi darah, bayi yang baru lahir tertular dari orang tuanya dan sebagainya. 

Menguntip dari salah satu situs berita online, pada rentan tahun 2010-2016 ada 10 bayi dan 22 Balita yang terpapar HIV di Purbalingga yang membuat imun tubuh si anak menurun. Diduga anak tertular dari sang ibu (Sumber Klik Disini). 

Bayi dan Balita yang belum tahu apa-apa dan dikenal sebagai sosok yang belum berdosa pun juga menjadi korban. Tidak etis jika label terpapar HIV/AIDS adalah Karma disematkan pada semua ODHA. 

Kita ubah mindset bahwa ODHA adalah korban ketidaktahuan terhadap penyakit menular. Adanya mindset ini akan membuat kita lebih terbuka dan merangkul si korban daripada menjauhi dirinya. 

# Ubah Mindset : ODHA Tidak Memiliki Masa Depan

Ada banyak orang menilai bahwa ODHA tidak akan memiliki usia panjang mengingat mereka rentan terkena penyakit berbahaya. Padahal saat ini sudah ada obat yang disebut antiretroviral (ARV). 

ARV bekerja dengan menghilangkan unsur yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri, dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4. Secara sederhana ARV bertujuan menghambat pertumbuhan serta melemahkan si virus.

Dengan rajin mengkonsumsi ARV, ODHA bisa beraktivitas normal. Ini seperti kisah seorang ODHA yang tetap hidup dan beraktivitas normal meski terdiagnosa pada Desember 1994. Ini karena rutin mengkonsumsi obat ARV. 

Kita harus tetap berpikir positif walaupun Rejeki, Jodoh dan Maut sudah suratan takdir. Meski begitu kita juga bisa berusaha maksimal untuk bertahan. 

Sebagai ODHA bukan berarti mimpi tidak bisa terwujud dan karir kita akan terhambat. Adanya pikiran positif, segala hal masih bisa kita wujudkan. 

Kita bisa berkarir layaknya orang normal, berbisnis untuk kesejahteraan masa depan, menjalankan hobi dan sebagainya. Tepiskan pikiran bahwa ODHA tidak akan berumur panjang karena sudah banyak ODHA yang bisa beraktivitas normal meski sudah berpuluh-puluhan tahun mengidap HIV/AIDS.

# Ubah Mindset : Kita Mudah Tertular HIV

Adanya tindakan pengucilan terhadap ODHA bisa disebabkan minimnya informasi yang dimiliki masyarakat terkait penyebaran HIV. Mereka masih mengganggap HIV layaknya virus flu atau Covid-19 yang sangat cepat ditularkan melalui udara atau berjabat tangan. 

Informasi Penularan HIV | Sumber Kalurahan Patalan
Informasi Penularan HIV | Sumber Kalurahan Patalan

Padahal HIV hanya bisa ditularkan dengan cara khusus seperti penggunaan jarum suntik yang tidak steril secara bergantian, hubungan seks tanpa pengaman (kondom), transfusi darah dengan pengidap HIV, serta persalinan. 

Meskipun kita berada pada 1 ruangan dengan ODHA atau berjabatan tangan dengan mereka. Selagi tidak ada interaksi yang melibatkan kontak darah maka akan aman. 

Kita hanya perlu merubah mindset bahwa media penularan HIV/AIDS tidak seganas virus Flu maupun Covid-19. Selagi kita berinteraksi wajar dan menjaga perilaku, niscaya kita jauh dari penularan HIV. 

Informasi ini sangat penting agar meminimalisir upaya pengucilan ataupun diskriminatif pada ODHA. Setidaknya cukup jauhi penyakitnya bukan si penderita adalah langkah kecil upaya kita berempati pada ODHA. 

***

HIV/AIDS memang telah menjadi momok yang sangat menakutkan. Ini dikarenakan belum ada obat yang bisa membunuh virus tersebut. Obat yang berkembang saat ini masih untuk menghambat pertumbuhan atau melemahkan si virus. 

Seruan Positif Pada Hari AIDS Sedunia | Sumber Pilar Sulut
Seruan Positif Pada Hari AIDS Sedunia | Sumber Pilar Sulut

Dukungan sangat dibutuhkan oleh ODHA karena saya yakin mereka pun berjuang melewati masa-masa sulit ini. Tidak jarang tindakan diskriminatif dan pengabaian dari masyarakat sekitar yang membuat mereka kian terpuruk. 

Upaya terbaik adalah merubah mindset yang selama ini negatif atau salah terhadap informasi HIV/AIDS. Menciptakan mindset positif tidak hanya membantu ODHA untuk tetap kuat namun juga menempatkan kita sebagai makhluk sosial yang juga punya hati nurani. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun