Malam ini terasa berbeda. Suasana di lorong depan fakultas sungguh sepi. Biasanya lorong ini begitu padat dipenuhi mahasiswa yang sibuk mengerjakan tugas atau sekedar santai bercengkerama dengan teman kuliah.Â
Memang bukan hal baru ketika libur semester, mahasiswa perantau memilih pulang ke kampung halaman. Mengobati rindu dengan orang tua di rumah.Â
Nasibku? Aku memilih menghabiskan waktu di kota perantauan ini. Pulang kampung bukanlah keharusan karena biaya ke kampung sangatlah besar. Lagipula akan bingung harus melakukan apa selama libur semester ini di rumah. Ujung-ujungnya hanya bangun, makan dan tidur.Â
Di lorong fakultas ini, ku sibukkan diri untuk memanfaatkan fasilitas Wi-fi fakultas yang gratis dan cepat. Semakin cepat karena hanya akulah yang menggunakan malam ini.Â
Hujan deras menemani kesendirian. Berjejer bangku dan meja di sepanjang lorong namun bangku di sudut tembok menjadi pilihan.Â
Layaknya mahasiswa yang bingung harus ngapain, aku lebih banyak membaca manga di salah satu situs Manga Jepang, kuping terpasang earphone untuk mendengar musik dari Youtube dan sesekali kursor Mouse, ku arahkan mendownload film terbaru. Untuk stok film saat di kos-lah, pikirku saat itu.Â
Seorang wanita tiba-tiba berjalan di sampingku. Menggunakan pakaian terusan putih, terlihat basah dan sedikit kotor. Ia melangkah menuju bangku di seberangku.Â
Rambutnya bergelombang, tangannya terlihat sibuk mengibaskan bajunya yang basah terkena hujan. Tidak butuh waktu lama, ia duduk membelakangiku. Terlihat cantik meski hanya bisa menatapinya dari belakang.Â
Entahlah, pikiran seketika buyar ketika si wanita itu hadir. Parfumnya tercium jelas meski jarakku dengannya mungkin sekitar 3 meter.Â
"Fokus... Ayo fokus", aku berusaha mengalihkan pandanganku. Ku kencangkan volume suara musik  dan kembali pandanganku membaca manga di laptop.Â
Jam menunjukkan pukul 08.45 malam, udara malam mulai terasa dingin apalagi hujan belum juga berhenti.Â
" Ran" Sebuah tangan menepuk pundakku
"Hey Ka. Lama sekali", kata ku ketika melihat teman angkatanku muncul dari belakang.Â
Namanya Dika, teman seangkatan yang juga memilih tidak pulang kampung, sama seperti ku.Â
Sejujurnya ku lagi kesal padanya. Janjian ngenet bareng di kampus jam 8 malam tapi justru ia datang telat.Â
"Maaf Ran, tadi kejebak macet. Tahu sendiri hujan gini jalan di Arjosari banjir jadi macet" Jawabnya seakan berusaha membela diri
"Ehm.. " Hanya gumam yang bisa ku balas
"Siapa tuh Ran? " Dika bertanya padaku sambil matanya memberi kode melirik wanita di seberang kami.Â
"Gak tahu. Mungkin adik kelas" Kataku ala kadarnya
"Cantik loh Ran. Lumayan buat cuci mata" Dika seakan berbisik padaku seakan khawatir terdengar oleh si wanita
"Kebiasaan. Buaya darat klo liat cewek bening selalu agresif"
Ah, si Dika ini emang terkenal playboy di angkatan. Entah sudah berapa mahasiswi yang patah hati dan sakit hati karena kelakuannya. Banyak yang di dekati namun hanya di PHP.Â
"Udah fokus sana sama persiapan lomba olimpiade sains mu" Celetuk ku pada Dika
Ku akui meski terkenal Playboy. Otak si Dika terkenal encer. Tahun ini ia terpilih mewakili universitas dalam Olimpiade Sains Mahasiswa tingkat Nasional.Â
"Ya.. Ya.. Ya" Si Dika membalas celetukku. Duduklah dia di sampingku. Bangku panjang memang cukup diisi oleh 2 orang. Namun ku tahu alasan khusus ia duduk di sampingku agar bisa melihat si gadis seberang meja dengan lebih leluasa.Â
Dikeluarkannya laptop dan buku modul dari dalam tas. Terlihat jelas beberapa modul berisikan berbagai soal-soal Sains tertata di atas meja. Otakku selalu mumet jika melihat modul ataupun jurnal yang dibawa oleh Dika.Â
Dika sibuk berlatih mengerjakan soal dari modul yang dibawa, aku tetap fokus membaca manga dari laptop. Sesekali ku lihat si Dika sibuk browsing sesuatu di internet seakan mencari referensi contoh soal lainnya.Â
20 menit berlalu tanpa terasa sejak munculnya si Dika. Ketika fokus membaca anime, si Dika justru sibuk mencari sesuatu di bawah meja.Â
"Cari apa sih? " Aku bertanya pada Dika yang daritadi sibuk mencari sesuatu.Â
"Pulpen ku jatuh, Cuk", jawabnya sambil mengeluarkan umpatan khas Suroboyoan.
"Udah ketemu? "
"Udah Ran", tiba-tiba wajah Dika muncul dari bawah meja. Mukanya pucat pasi. Wajahnya terlihat seperti orang gelagapan. Tingkahnya pun berubah.Â
"Randi, ku balik duluan ya" Tiba-tiba Dika mematikan laptop dan memasukan buku dalam tas dengan tergesa-gesa.Â
"Lah, kok balik. Gak asyik banget ah" Kataku kesal
"Sorry Ran, perutku tiba-tiba mules. Udah ya ku duluan. Udah gak kuat nih" Tanpa panjang lebar, Dika pergi meninggalkanku. Padahal cuaca masih hujan gerimis.Â
Kekesalanku kian bertambah pada si Dika. Udah datang telat, eh sekarang dia pulang duluan. Sumpah malam itu perasaanku jadi badmood.Â
Ketika masih menahan rasa kesal, tiba-tiba terdengar suara HP berbunyi. Sebuah pesan chat masuk ke HP.Â
Sebuah pesan dari si Dika. Hatiku kian gondok mendapatkan pesan dari si Dika.Â
Randy, sorry ku buru-buru balik. Kamu buruan balik deh. Aku tadi waktu cari pulpen yang jatuh di meja. Aku lihat ada yang aneh dengan cewek di seberangmu. Kamu gak aneh, dia dari tadi cuma duduk nunduk tanpa bicara. Dia gak nampak kaki Rand, aku rasa dia bukan manusia. Buruan pergi dari sana.Â
Pesan chat Dika membuatku kaget. Aku ternyata terlalu sibuk dengan aktivitasku tanpa sadar bahwa ada yang aneh dengan wanita di depanku. Pantas sejak dia datang, aroma tidak biasa sudah tercium dan nampak berbeda.Â
Otakku langsung paham. Jangan-jangan wanita itu sosok Kuntilanak yang selama ini sering dibicarakan oleh banyak mahasiswa di kampus.Â
Sosok kuntilanak usil yang suka mengganggu mahasiswa. Masa iya wanita di depanku ini kuntilanak yang dibicarakan.Â
Tanpa banyak kata, keringat dingin membasahi tubuh. Seketika ku matikan laptop, mencabut kabel laptop yang dari tadi terpasang.Â
Anehnya wanita di seberang yang dari tadi diam, tiba-tiba berdiri dari bangkunya. Aku tak berani memandanginya langsung. Hanya bisa melirik mencuri pandang.Â
Perlahan si wanita itu berjalan ke arahku. Aku kian panik, tidak banyak kata yang terucap. Hanya doa dalam hati yang tidak henti ku bacakan.Â
"Kamu udah tahu ya siapa saya? "
Tanpa terduga si wanita mengatakan sesuatu padaku.Â
Aku melihat ke dirinya. Aku berteriak sekencang-kencangnya. Wajah si wanita tampak rata, tak ada mata, hidung apalagi mulut. Kepalanya menggeleng-geleng seakan mengerjai diriku.Â
Aku yang ketakutan langsung berlari meninggalkan lorong kampus.Â
"Hi..hi...hi...hi" Terdengar suara cekikikan khas kuntilanak. Tidak keras namun melengking seakan puas melihatku ketakutan saat itu.Â
"Hi...hi..hi..hi" suara Kuntilanak masih terdengar jelas hingga ku berlari meninggalkan lorong itu kembali ke kos.
****
Kisah horor ini sempat populer di kampusku dan jadi buah bibir di kalangan mahasiswa. Nama tokoh dan lokasi kampus sengaja disamarkan dengan ada penyesuaian kisah.Â
--HIM--
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI