4. Pintarlah Dalam Memilih Teman
Sebagai perantau dan memiliki jiwa senang berinteraksi sosial tentu menyenangkan jika memiliki teman di kota perantauan. Namun alangkah baiknya tetap melakukan filterisasi terhadap circle pertemanan kita.Â
Seorang kenalan saya mengalami penyesalan mendalam. Dirinya salah memilih pertemanan dimana ia terjerumus dalam narkoba. Ini karena teman yang baru dikenal mengajaknya merasakan dunia malam dan menawari dirinya obat yang dianggap penghilang rasa stres.Â
Akhirnya kini dia menjadi pecandu narkoba padahal dulu saat di daerah ia terkenal alim dan jauh dari obat-obatan terlarang.Â
Kisah lainnya juga menimpa teman adik saya dimana ia memiliki circle pertemanan yang hobi hangout dan belanja di mal. Hampir setiap saat ke mal untuk belanja, makan, perawatan, nonton hingga menghilangkan rasa bosan.Â
Sekali ke mal bisa menghabiskan uang ratusan hingga jutaan rupiah. Gaji bulanan pun selalu habis di pertengahan bulan dan dirinya berhemat secara ekstrem hingga menunggu gaji berikutnya.Â
Pertemanan bisa menentukan rutinitas dan gaya hidup kita. Ketika menemukan teman yang berperilaku baik tentu kita akan tertular baik juga. Namun jika berteman dengan lingkungan toxic dan dunia malam. Bisajadi kita terjerumus dalam hal-hal yang merugikan bagi tubuh, kesehatan dan finansial kita.Â
Saran: Jangan pernah ragu untuk menolak sesuatu yang dianggap akan menjadi masalah bagi kehidupan kita dikemudian hari. Andaipun kita sudah tak dianggap. Carilah pertemanan baru.Â
Di Jakarta masih banyak orang baik yang pantas untuk dijadikan teman. Ingatlah salah melangkah sekali bisa menciptakan penyesalan yang mendalam.Â
***
Banyak orang bermimpi untuk bisa mengenyam pendidikan, tinggal, bekerja atau berkarir di Jakarta. Mimpi inilah yang menciptakan tingginya angka masyarakat perantau di Jakarta.Â
Saya sadar bahwa Jakarta tidak hanya menawarkan gemerlap masa depan, kemudahan dan fasilitas namun disisi lain juga rentan terhadap masalah dan bencana.Â