Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Mungkinkah Lagu Anak-anak Berjaya Kembali?

18 September 2021   14:07 Diperbarui: 10 Mei 2022   05:50 1281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acara Anak Tralala Trilili yang Sempat Populer. Sumber: provoke-online.com via IDN Times

Diobok-obok airnya diobok-obok
Ada ikannya kecil-kecil pada mabok
Disemprot-semprot airnya disemprot-semprot
Kena mukaku aku jadi mandi lagi
Dingin-dingin, dimandiin, nanti masuk angin

Masih ingatkah kita para generasi 80-90-an dengan lagu berjudul Air yang dinyanyikan oleh Joshua Suherman? 

Lagu karangan Papa T. Bob yang mengisi keceriaan anak di tahun 1990-an.

Jika kita mencoba flashback tahun 1990-an, sangat banyak penyanyi cilik menghiasi layar kaca menyanyikan lagu ceria, sarat pesan hidup, hingga hal sederhana seputar dunia anak. 

Saya masih ingat dengan Trio Kwek-Kwek dengan lagu andalan Bis Sekolah dan Katanya; Enno Lerian dengan lagu Dudidam; Tasya Kamila dengan lagu Anak Gembala, Sherina dengan Andai Aku Besar Nanti; Tina Toon dengan Bolo-Bolo dan masih banyak lagi. 

Poster Lagu Anak | Sumber Diadona.id
Poster Lagu Anak | Sumber Diadona.id

Sayang seiring perkembangan zaman dan perubahan lingkungan sosial generasi muda menyebabkan saya tidak pernah lagi mendengar lagi lagu anak kecil beberapa tahun belakangan ini. 

Sempat ada upaya dari segelintir musisi dan pencipta lagu yang ingin mengangkat kembali kejayaan lagu anak-anak. 

Di tahun 2014 muncul sosok Romaria Steel, adik dari Sebastian Steel yang mencoba peruntungan sebagai penyanyi cilik dengan lagu Malu Sama Kucing. 

Erwin Gutawa beserta putrinya Gita Gutawa pun ikut berusaha membangkitkan lagi animo lagu anak-anak dengan membuat projek "Di Atas Rata-Rata". Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 7 anak ikut digandeng dalam proyek tersebut. 

Tidak hanya itu beberapa stasiun TV pun mulai turut mengembalikan kejayaan lagu anak-anak dengan membuat ajang pencarian bakat untuk anak seperti Idola Cilik di RCTI dan AFI Junior di Indosiar. 

Jujur dalam hati saya senang ada upaya dari penggiat musik untuk mempopulerkan lagi lagu anak-anak. Ini karena kemirisan di mana anak-anak zaman sekarang justru lebih menyukai lagu bertema jatuh cinta dan patah hati yang notabanenya belum sesuai dengan usia mereka. 

Personil Coboy Junior. Sumber: cewekbanget.id
Personil Coboy Junior. Sumber: cewekbanget.id
Kehadiran Coboy Junior di tahun 2011 bahkan menciptakan atmosfer tersendiri. Terdiri dari 4 personil anak dengan karakter khas masing-masing ternyata disukai dari kalangan anak kecil hingga orang dewasa. 

Namun entah kenapa kehadiran Coboy Junior belum mampu menjawab kerinduan saya pada lagu anak-anak karena banyak lagu yang dibawakan Coboy Junior bertema percintaan dan terlalu dewasa bagi anak di usianya. 

Mungkinkah Lagu Anak-Anak Kembali Berjaya di kemudian Hari? 

Jika pertanyaan ini ditujukan pada saya, dengan berat dan sedih hati akan menjawab Susah. Butuh usaha dan perjuangan ekstra membuat lagu anak-anak kembali muncul dan disukai oleh semua kalangan. 

Mengapa? 

1. Minimnya Pencipta Lagu Anak-Anak

Tidak dipungkiri bahwa berjayanya lagu anak-anak di era 90-an tidak terlepas dari peran pencipta lagu handal. 

Ada banyak pencipta lagu anak yang berhasil hits di masanya. 

Pak Kasur dikenal dengan karyanya berjudul Potong Bebek Angsa, Satu-Satu dan Bangun Tidur.

Pak AT Mahmud dengan ciptaannya berjudul Pelangi dan Paman Datang. 

Papa T Bob dengan karyanya Air, Bolo-Bolo, dan Dudidam. Serta Titiek Puspa dengan karyanya Menabung, Aku Bangga Jadi Anak Indonesia dan Gang Kelinci. 

Sayangnya tanah air kehilangan banyak pencipta lagu handal karena harus tutup usia. 

Permasalahan muncul di mana belum ada generasi baru yang memfokuskan diri sebagai pencipta lagu anak-anak. 

Kondisi ini tentu jadi kendala jika ingin membangkitkan lagi industri lagu anak. Ini karena lagu anak akan sangat bergantung dari tangan dingin pencipta yang handal.

2. Lesunya Industri Musik Tanah Air

Tantangan lainnya adalah lesunya industri musik tanah air karena tingginya kasus pembajakan lagu. 

Jika dulu ingin mendengarkan musik kesayangan kita harus mengeluarkan uang demi membeli kaset tape atau CD. Kini penjualan kaset tape dan CD mengalami penurunan drastis. 

Deretan Kaset Tape Genre Lagu Anak. Sumber Jawa Post
Deretan Kaset Tape Genre Lagu Anak. Sumber Jawa Post

Hal sederhana bisa ditanyakan pada diri sendiri, kapan terakhir membeli kaset tape atau CD lagu kesayangan? Meski ada gerai fast food yang menawarkan bundling CD musik, namun nyatanya tidak semua tertarik untuk membeli secara khusus. 

Kasus ini semakin parah dengan mulai beralihnya pangsa pasar penjualan lagu dari model konvensional, yaitu menjual kaset tape dan CD menjadi digital. 

Masyarakat bisa mendengarkan lagu kesayangan melalui unduhan di internet. Cepat, praktis dan nyaris tanpa biaya. 

Menguntip dari salah satu situs online menangkap ini sebagai masalah besar dalam dunia musik. Adapun berita yang tertulis sebagai berikut

Asosiasi Industri Rekaman Indonesia mencatat industri musik Indonesia mengalami kerugian mencapai Rp 8,4 triliun, per tahun lewat situs unduh musik gratis yang ada di internet. General Manager Asiri Ventha Lesmana mengatakan setiap tahun ada 2,8 miliar lagu yang diunduh masyarakat Indonesia, melalui situs ilegal. (Sumber klik di sini). 

Artinya sumber pendapatan kian menghilang karena masyarakat cenderung memilih mengunduh lagu secara ilegal dan tidak tertarik lagi membeli kaset atau CD. 

Padahal penjualan kaset dan CD lah yang menjadi sumber pendapatan utama dari pencipta lagu, penyanyi dan rumah produksi musik. 

Alhasil kini pencipta lagu mulai enggan berkarya karena ujung-ujungnya karyanya tidak diapresiasi. 

Masyarakat hanya tertarik mendengarkan karya namun tidak berkontribusi terhadap kesejahteraan si pencipta lagu. 

3. Pangsa Pasar Berubah

Kini tanpa dipungkiri anak-anak sebagai pangsa lagu cilik justru mengalami perubahan daya tarik. Entah kenapa anak kecil hingga generasi muda saat ini lebih senang mendengarkan lagu percintaan, lagu Korea atau bahasa asing dibandingkan lagu anak-anak. 

Ini semakin terbukti di mana para penyanyi cilik yang dipersiapkan untuk mendobrak industri musik baru-baru ini tidak bertahan lama. 

Projek Gita Gunawan bersama sang ayah, Romaria hingga jebolan ajang pencarian bakat cilik susah menarik pasar. 

Ini berbeda ketika Coboy Junior membawakan lagu percintaan dan patah hati. Animo masyarakat begitu besar bahkan dielu-elukan oleh generasi muda. 

Pola berpikir anak zaman sekarang pun sudah berbeda dibandingkan orang tuanya saat masih kecil. 

Jika dulu generasi 90-an masih bertindak ceria, suka bermain dengan usia sebaya, lagu yang muncul pun menggambarkan realita keceriaan dan aktivitas anak. Kini anak zaman usia SD sudah memikirkan cinta-cintaan. 

4. Minimnya Wadah Acara Anak

Acara anak yang menayangkan lagu anak-anak memang dibutuhkan sebagai media pendukung. 

Dulu ada acara yang khusus seputar anak-anak seperti "Tralala-trilili" yang dibawakan Agnes Monica; "Pesta Anak" yang dipandu Kak Ria Ernest; "Cilukba" oleh Maissy; serta "Dunia Anak" yang dimeriahkan oleh Trio Kwek-Kwek. 

Acara Anak Tralala Trilili yang Sempat Populer. Sumber: provoke-online.com via IDN Times
Acara Anak Tralala Trilili yang Sempat Populer. Sumber: provoke-online.com via IDN Times

Kini nyaris tidak ada lagi acara serupa jikapun ada lebih kepada acara lagu dewasa, barat atau dangdut. 

Keterbatasan acara ini membuat penyanyi cilik kurang mendapat wadah berekspresi dalam berkarya. 

Kita tahu motivasi anak menjadi penyanyi selain menyalurkan bakat tentu juga mencari popularitas. 

Namun ketika tidak ada panggung berkarya, penyanyi cilik pun akhirnya tidak mengalami regenerasi. 

***

Kerinduan saya terhadap lagu-lagu anak begitu besar belakangan ini. Bahkan banyak lagu anak yang saya masih ingat lirik dan musiknya meskipun sudah 20 tahun lalu dinyanyikan oleh penyanyi aslinya. 

Sayangnya usaha beberapa penggiat musik untuk mempopulerkan kembali lagu anak masih mengalami banyak batu sandungan. 

Butuh perjuangan luar biasa untuk membangkitkan lagi lagu anak di zaman saat ini di mana gaya dan pola pikir anak sudah lebih maju dan cenderung lebih dewasa. 

Namun tidak ada yang mustahil. Berkaca pada industri bioskop yang dulu sempat mati suri kini bisa bangkit lagi. Masih ada peluang itu dan tentunya kerjasama dari banyak pihak. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun