Suasana tegang terjadi di sebuah toko HP. Seorang pembeli dengan nada terlihat emosi seakan memarahi sales yang melayaninya. Persoalan cukup sederhana, si Sales Promotion Girl (SPG) memberitahunya bahwa ketersediaan warna HP yang dicari si pembeli tengah kosong.Â
SPG menawarkan warna lain sebagai pilihan namun si pembeli tetap bersikukuh terhadap pilihannya. Dirinya memaksa si SPG mengusahakan dan mencari HP dengan pilihan warna yang diinginkan.
Si pemilik toko pun sampai turun tangan ikut melayani si customer yang terlihat kesal. Hal tidak terduga terjadi, si customer mengeluarkan kata sakti.
"Pembeli adalah Raja. Kamu cari dong HP yang saya cari. Toko kamu beruntung sudah didatangi pembeli." Si konsumen menyampaikan hal tersebut dengan emosi.
"Pembeli adalah Raja tapi Penjual adalah Dewa. Bapak silakan cari toko HP yang lain. Saya mempunya hak untuk tidak ingin melayani pembeli seperti bapak." Jawaban yang seakan menjadi tamparan keras dari si pemilik toko kepada pembeli tersebut.Â
Sejujurnya saya pun pernah disituasi layaknya si pemilik toko menghadapi konsumen yang selalu ingin dilayani bak raja. Bahkan jika bisa, semua keinginan si konsumen harus bisa diberikan oleh si penjual tanpa ingin tahu alasan apapun.Â
Saya teringat kisah seorang crew cabin di salah satu maskapai dimana dirinya sering kesal ketika ada penumpang bertingkah semena-mena terhadap pramugari/pramugara ketika diatas maskapai.Â
Ada yang menyuruh seenaknya agar barang bawaan dibawa oleh crew cabin padahal itu adalah barang personal. Ada yang request barang yang tidak tersedia di pesawat atau menginginkan makanan khusus tanpa melakukan pemesanan terlebih saat pemesanan tiket pesawat.Â
Tindakan ini terjadi karena penumpang merasa telah membayarkan sejumlah uang untuk membeli tiket di maskapai tersebut. Artinya dirinya layaknya untuk dilayani sebaik mungkin.Â