Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jangan Stres, Pahami Teknik Khusus Melatih Baca Anak Secara Cepat

31 Agustus 2021   08:25 Diperbarui: 1 September 2021   10:09 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu mengajari anak-anaknya membaca. Sumber: Thinkstock via Kompas.com

Ada kejadian kocak alias lucu ketika sekolah menerapkan pembelajaran dari rumah atau Study From Home (SFH). Kejadian lucu karena orang tua yang selama ini mengandalkan peran guru untuk pendidikan si anak kini mendapatkan beban baru untuk ikut mendampingi anak selama SFH. 

Tantangan mulai terasa dimana banyak orang tua yang kurang terbiasa mendampingi atau mengajari si anak terhadap suatu mata pelajaran. 


Di atas adalah sepenggal kisah ibu yang berusaha mengajari anak tentang Pancasila. Video ini kocak karena ibu seakan kesal karena anak seakan susah menangkap apa yang ia ajarkan. Bahkan sang ibu harus mengulang beberapa kali untuk mengajarkan putranya tersebut. 

Saya saja yang menonton video tersebut hanya bisa tertawa melihat kesabaran ibu mengajarkan anak selama SFH. Bahkan sampai disiapkan sapu untuk membuat si anak cepat paham. 

Kejadian mengingatkan saya ketika dulu baru belajar membaca. Setiap malam, ibu saya sibuk mengajari saya membaca bahkan tidak jarang saya terkena sabetan lidi karena salah mengeja atau membaca. Ini membuktikan bahwa salah satu tantangan mendidik anak adalah cara mengajarkan teknik baca bagi anak yang baru memasuki usia sekolah. 

Orang Tua Mengajarkan Anak Membaca. Sumber Enervon
Orang Tua Mengajarkan Anak Membaca. Sumber Enervon

Hal lumrah ketika orang tua terpancing emosi ketika mengajarkan membaca pada si anak. Beberapa faktor penyebab diantaranya :

Pertama, orang tua bukan tenaga pendidik. Kita menyadari banyak orang tua yang memang tidak memiliki background pendidikan atau pengalaman sebagai guru formal. Alhasil mereka masih terkendala bagaimana cara mengajarkan hal baru pada anak. 

Kedua, menyamaratakan daya tangkap anak. Ini banyak terjadi di sekitar saya ketika orang tua berpendapat daya tangkap anak sama. 

"Lihat tuh Radit, anak Bu Siska. Dia aja udah bisa baca, masa kamu belum"

"Mama waktu seusiamu dah pintar baca. Masa kalah sama mama? "

Cara berpikir inilah yang membuat orang tua mengharap si anak cepat menangkap apa yang diajarkan orang tua. Padahal ada anak yang memang butuh kesabaran ekstra ketika diajarkan teknik membaca. Sepupu saya saja baru bisa baca sempurna setelah kelas 2 SD. Sedikit telat dibandingkan teman seusianya. 

Ketiga, kondisi fisik dan psikis orang tua. Tidak jarang orang tua mengajarkan anak ketika dirinya telah lelah bekerja seharian atau ketika tengah ada masalah personal. Akhirnyafaktor lelah fisik dan psikis membiat mereka cenderung mudah terpancing emosi ketika mengajarkan si anak. 

Belajar pada kondisi-kondisi tersebut saya merasa ada cara khusus bagaimana mengajarkan anak teknik membaca secara cepat tanpa perlu menguras emosi dan psikis si orang tua. Apa saja itu? 

1. Mengajar Metode Menyanyi

Masih ingatkan lagu satu ditambah satu? Lagu ini sebenarnya menjadi metode cepat mengajarkan anak teknik berhitung. 

Tidak ada salahnya kita juga terapkan hal sama dalam metode membaca. Cara pertama kenalkan anak alfabet dengan bernyanyi. Ada banyak lagu alfabet baik pengucapan bahasa Indonesia maupun Inggris di kanal youtube. 

Teman saya pernah mempraktekan cara ini ke anak usia TK. Justru tidak butuh waktu 1 hari, si anak sudah hafal lirik lagu dan mulai paham urutan alfabet. 

Dari sini saya belajar bahwa pembelajaran dilakukan dengan suasana yang ceria dan dipadukan dengan lagu menarik justru membuat si anak lebih cepat tangkap. 

Ketika kita mengubah teknik membaca dari konvensional mengeja kata satu perdatu menjadi lirik lagu kreasi sendiri. Anak bisa belajar tanpa tekanan dan lebih mudah menangkap apa yang kita tirukan sama seperti lagu satu ditambah satu. 

2. Ajari Kata Dengan Vokal Sama Terlebih Dahulu

Saya kadang agak geram jika melihat orang tua mengajarkan membaca dengan beragam kata. Misalkan meminta anak mengeja kata Duri, Pagi, Minta, Topi dan sebagainya. 

Saya merasa sebaiknya anak diajarkan mengeja kata dengan vokal sama terlebih dahulu. Seperti Mama, Pipi, Koko, Yuyu dan sebagainya. Orang tua bisa memilih kata dengan huruf vokal A terlebih dahulu baru I, U, E dan terakhir O. 

Tujuannya anak lebih fokus menghafal kata tanpa ada beragam huruf vokal yang bisa membuyarkan konsentrasi si anak. Ketika anak sudah paham terhadap huruf vokal barulah naik tinggal mengeja kata yang terdiri dari beberapa huruf vokal seperti Buka, Koma, Kuda, Dosa dan sebagainya. 

3. Berikan Rewards Untuk Setiap Pencapaian

Rewards dapat menjadi motivasi tersendiri bagi anak untuk menyelesaikan tantangan yang diberikan. 

"Kakak, kalau hafal alfabet nanti mama belikan ayam crispy"

"Kakak kalau udah bisa baca. Nanti mama ajak ke Dufan"

Tidak ada salahnya menyenangkan anak atas pencapaian yang diraih. Jangan sampai hanya hukuman yang diberikan pada anak ketika mereka salah atau tidak mengikuti apa yang diajarkan orang tua. 

Saya ingat dulu pernah mempraktekan cara ini pada keponakan. Alhasil keponakan justru bersemangat untuk belajar bahkan ketika mereka berhasil mendapatkan rewards karena berhasil pada 1 tantangan. Mereka terpacu untuk menyelesaikan tantangan lainnya. 

4. Buat Catatan Kecil

Ketika anak sudah hafal alfabet dan mulai bisa mengeja. Orang tua bisa melatih anak dengan membuat sebuah catatan pada kertas kecil (sticky note) dengan kata tertentu dan ditempelkan di benda sekitar rumah. 

Contoh sticky Note untuk Catatan Kecil. Sumber Panmomo
Contoh sticky Note untuk Catatan Kecil. Sumber Panmomo

Misalkan orang tua menuliskan kata Sepeda, Vas Bunga, Lemari, Buku, Tangga, Kulkas, Kompor dan sebagainya. Tempelkan tulisan tersebut pada benda yang dimaksud.

Ajak si anak untuk mengeja dan membaca tulisan tersebut. Umumnya mereka akan bisa menebak atau membaca tulisan dengan mudah karena familiar dengan kata yang dimaksud. Namun setidaknya cara ini akan melatih anak untuk mengingat huruf dan kata yang dituliskan. 

Semakin sering anak menjumpai kata atau huruf dalam kesehariannya. Anak akan menyimpan dalam memori otak mereka untuk jangka waktu panjang. Bahkan mereka bisa terpancing rasa penasaran untuk membaca tulisan baru yang ada disekitarnya. 

5. Mendampingi Membaca Cerita Bergambar

Ini merupakan cara lama namun banyak orang tua muda yang kurang menerapkan cara ini. Padahal mendampingi anak membaca cerita bergambar akan membuat anak termotivasi untuk mengetahui cerita sekeluruhan. 

Contoh Cerita Bergambar. SumberCahaya Agency
Contoh Cerita Bergambar. SumberCahaya Agency

Cerita bergambar tentu mengangkat topik yang ringan, dilengkapi gambar menarik serta kosakata yang mudah dipahami. Contoh seperti cerita bergambar Si Kancil, Si Kaya dan Si Miskin, Kisah Malin Kundang, Si Timun Mas dan sebagainya. 

Kelebihan membaca cerita bergambar adalah ada pesan mendalam yang ada dalam cerita. Tentu selain membimbing anak membaca melalui cerita bergambar kita juga bisa mengajarkan pesan moral pada anak. 

***

Mengajarkan teknik pada anak seakan menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua khususnya yang masih menerapkan SFH. Tidak semua orang tua memiliki keterampilan untuk mengajarkan suatu hal pada anak. 

Selain butuh kesabaran ekstra, orangtua juga harus paham teknik yang tepat agar si anak tetap semangat belajar serta memahami bacaan secara cepat. 

Semoga hal diatas dapat menjadi referensi bagi orang tua yang tengah berjuang mengajarkan membaca pada anak di rumah. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun