Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Karir Pemain Sirkus di Tengah Pandemi Ibarat Ikan di Sungai Mengering

28 Agustus 2021   09:55 Diperbarui: 28 Agustus 2021   10:31 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa diantara Sobat Kompasiana yang belum pernah melihat atraksi sirkus sampai saat ini? 

Jika saya bertanya langsung, ada keyakinan akan banyak yang mengancungkan tangan tanda belum pernah. 

Saya pun baru sekali menonton atraksi sirkus dan itupun saat Sekolah Dasar (SD) sekitar tahun 1999. Artinya nyaris 22 tahun yang lalu karena kebetulan saat itu ada kelompok sirkus yang atraksi di daerah saya. 

Saya ingat betul kelucuan, keseruan, ketegangan dan keterpukauan saya menonton sirkus secara langsung. 

Lucu karena melihat badut yang saling bercanda dan mengerjai pemain badut lainnya. Seru karena melihat pemain badut saling menangkap pemain yang dilempar melalui untasan tali. Merasa tegang ketika pemain sirkus beratraksi dengan hewan liar seperti gajah dan singa serta terpukau karena atraksi anjing kecil yang lincah dan pintar melakukan instruksi yang diberikan. 

Nyatanya pandemi ini juga ikut berdampak pada nasib pemain sirkus dan hewan atraksi. Bagaimana tidak, atraksi sirkus menjadi kegiatan dilarang pentas karena rawan menjadi cluster penularan virus. 

Alasan cukup beragam seperti banyak pengunjung, menciptakan atraksi antara pemain sirkus dengan penonton serta lokasi atraksi yang berpindah-pindah. 

Kini setelah 1,5 tahun bergulat dengan pandemi, karir pemain sirkus ibarat ikan di sungai yang mengering. Sungai mengering tentu bukanlah tempat yang aman dan nyaman bagi si ikan. 

Ikan yang tidak bisa beradaptasi akan mati dan ikan yang bertahan pun berharap hujan akan segera datang agar sungai kembali terisi air sehingga ia bisa hidup lebih panjang.

Apa saja yang membuat ancaman terhadap karir pemain sirkus saat ini? 

1. Aturan Selama Pandemi

Sejak awal masa pandemi, pemerintah secara kontinyu menerapkan pembatasan kegiatan seperti PSBB, PSBB transisi, PPKM, PPKM Darurat, PPKM Mikro, PPKM level dan sebagainya yang semuanya membatasi aktivitas yang mengundang atau menarik kerumunan. 

Kita tahu bahwa kesuksesan sebuah atraksi sulap diukur dari jumlah penonton. Semakin banyak penonton yang datang maka akan menghasilkan Cuan sebaliknya jika sepi artinya atraksi tidak menarik dan terancam rugi. 

Mau tidak mau, atraksi sirkus pun harus ditiadakan karena terganjal aturan pemerintah. Tidak heran jika selama pandemi nyaris tidak ada atraksi sirkus disekitar kita.

2. Biaya Perawatan Hewan Tinggi

Ketika tidak ada atraksi maka pemasukan pun juga tidak ada. Padahal banyak sirkus yang menggunakan hewan sebagai bagian dari atraksi mereka. Jika pemain mungkin bisa mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan terutama makan maka hewan ini tetap mengandalkan makanan rutin dari pengelola. 

Biaya daging untuk singa dan harimau serta rumput atau buah-buahan untuk gajah tentu membutuhkan dana tidak sedikit. Ironisnya keterbatasan dana bisa membuat hewan terlantar. 

Saya pernah membaca sebuah artikel dimana hewan di lokasi sirkus terlihat kurus dan akhirnya mati karena penyakit serta kelaparan. Apalagi kondisi seperti ini dimana semua pihak berjuang hanya untuk bertahan hidup. 

Kasus Millenium Circus di Italia contohnya. Pemberlakuan lockdown membuat gagalnya agenda pertunjukan sirkus selama pandemi. Dampaknya hewan-hewan terlantar dan kelaparan. Masyarakat hingga menyumbangkan makanan agar bisa dikonsumsi oleh hewan sirkus tersebut (berita selengkapnya klik disini). 

3. Keterbatasan Keterampilan Pemain

Tidak dipungkiri para pemain sirkus umumnya menghabiskan waktu untuk latihan dan tampil di depan pengunjung. Bahkan di Cina ada akademi akrobatik untuk mendidik calon akrobatik handal dari sejak kecil. 

Ada yang telah dididik sejak kecil untuk menjaga keseimbangan badan, memainkan trik sulap dan menciptakan kedekatan dengan hewan dalam atraksi khusus. Selain itu mengingat pemetasan sering berpindah-pindah membuat pemain hanya fokus terhadap latihan saja. 

Tidak heran kebanyakan pemain sirkus tidak mengenyam pendidikan formal. Kondisi ini tentu berdampak ketika mereka mencari pekerjaan diluar zona. Keterbatasan keterampilan dan pendidikan membuat ruang kerjaan menjadi terbatas. 

3 poin ini seakan menjadi masalah dasar yang harus dihadapi para pemain sirkus. Mereka pun layaknya masyarakat umum yang kini berjuang bertahan hidup ditengah ketidakpastian ekonomi seperti sekarang. 

Seiring waktu muncul inovasi dan ide kreatif pemain sirkus untuk bisa menghasilkan pundi-pundi pemasukan. Layaknya ikan di sungai mengering, mereka harus bisa mencari celah air lain agar bisa hidup sampai hujan turun kembali. 

-- Sirkus Drive In --

Sejumlah pemain sirkus di Brazil mencoba menggagas ide pementasan Sirkus Drive In. Konsep mirip menonton acara sirkus secara langsung namun pengunjung menyaksikan dari mobil pribadi.

Pemain Sirkus Beraksi dalam Sirkus Drive In. Sumber Leo Correa - detikOto
Pemain Sirkus Beraksi dalam Sirkus Drive In. Sumber Leo Correa - detikOto

Barisan Mobil Berjajar Rapih Menyaksikan Atraksi Sirkus. Sumber Leo Correa - detikOto
Barisan Mobil Berjajar Rapih Menyaksikan Atraksi Sirkus. Sumber Leo Correa - detikOto

Disini mobil akan diparkir di area yang sudah diatur sedemikian rupa. Tujuannya untuk membatasi interaksi dengan pengunjung lain serta menciptakan rasa aman dan nyaman. Pemain sirkus pun akan beratraksi di panggung yang bisa dilihat oleh semua pengunjung. (Berita selengkapnya klik disini). 

-- Sirkus Hologram --

Lain kisah dengan sirkus di Jerman. Mulai maraknya aksi perlindungan hewan dari eksploitasi atraksi sirkus, pengelola sirkus menyiasati dengan menampilkan sirkus hologram. 

Atraksi Sirkus Melalui Hologram. Sumber Sirkus Circus Roncalli
Atraksi Sirkus Melalui Hologram. Sumber Sirkus Circus Roncalli

Memanfaatkan kemajuan teknologi, sirkus di Jerman bekerjasama dengan perusahaan Otoma dan BlueBOX untuk mendesain animasi hewan dimensi hologram. 

Saya pasti akan terpukau melihat hewan yang berukuran sangat besar di depan mata dan tampak begitu nyata melakukan atraksi tidak terbiasa. Pemain sirkus yang terlatih pun ikut pula menciptakan atraksi khusus dengan memanfaatkan animasi hologram. 

Cara ini ternyata berhasil menarik minat pengunjung serta tetap mempertahankan keseruan menonton atraksi pemain dengan hewan meski dalam bentuk animasi hologram. Disisi lain penggunaan hologram membuat cost perawatan hewan pun minim.

-- Jasa Cuci Mobil Ala Sirkus --

Jika sebelumnya mereka tetap berusaha atraksi sirkus dengan adaptasi baru namun ada pula pemain sirkus yang berusaha berkreasi lain untuk menyambung hidup. 

Di Jerman, beberapa pemain sirkus banting stir menjadi tenaga pencuci mobil. Namun usaha ini cukup unik dimana pemain sirkus akan menghibur pengunjung yang tengah mencuci mobil. 

Meskipun hanya atraksi sederhana seperti aksi konyol dengan busana badut atau akrobatik sederhana namun sudah bisa menjadi daya tarik tersendiri. Ide kreatif untuk menyalurkan bakat dengan cara berbeda. 

***

Atraksi sirkus memang menghibur namun ditengah pandemi ini justru mereka butuh dihibur karena keterbatasan ruang gerak untuk beratraksi. Padahal tanpa ada pertunjukan berarti karir mereka "mati" dan tanpa pemasukan. 

Berbagai ide kreatif yang dimunculkan oleh pemain sirkus untuk tetap beratraksi dengan cara masing-masing patut diapresiasi. Ini karena tanpa inovasi dan kreasi bisa jadi sirkus akan tenggelam dan hilang dari sekitar kita akibat pandemi. 

Semoga pandemi ini dapat segera berakhir dan kita bisa menyaksikan keseruan dan kejenakaan pemain sirkus lagi. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun