Antara Relasi, Tekanan Kerja, dan Kesehatan Mental dalam Dunia Kerja

Siang setelah jam istirahat, saya dan beberapa orang diminta berkumpul di ruang meeting. Kami pun bertanya-tanya agenda apa sehingga kami diminta berkumpul saat itu. 

Direktur pun datang memimpin meeting. Ternyata beliau mendapatkan laporan terkait salah seorang staff terkait performa kinerja. Habislah staff yang dilaporkan tersebut terkena omelan dari direktur disaksikan banyak orang. 

Sangat disayangkan memang, senior saya di kantor ini lebih mengadukan masalah ini ke direktur yang harusnya masih bisa diselesaikan internal. Apalagi yang dilaporkan adalah staff junior yang belum genap 4 bulan bekerja. 

Namun inilah lika-liku dalam dunia kerja. Permasalahan tidak hanya muncul karena urusan kerja namun juga hubungan dengan sesama rekan kerja. 

Saling menjatuhkan, cari muka, hingga senioritas adalah hal yang harus siap kita temukan di tempat kerja. 

Saya pun pernah mengalami hal serupa saat dulu pertama kali bekerja dan berstatus staff magang. Dikerjai habis-habisan oleh senior membuat saya marah dan kesal namun tidak bisa bersikap apa-apa karena status junior-senior masih terasa.

Dampak yang mungkin terjadi adalah kesehatan mental terganggu. Ini terlihat di mana junior yang sempat dimarahi oleh direktur menjadi murung, tertekan, tidak seceria dulu hingga menyimpan rasa stres jika berhadapan dengan seniornya tersebut. 

Bisa jadi hal ini banyak terjadi atau tengah dirasakan oleh sahabat Kompasiana. Ada perubahan psikis di mana muncul ketidaknyamanan, perubahan emosi yang terlalu sering, depresi atau hal lain yang merubah mood kita di kantor. Ini tanda bahwa ada gangguan dalam kesehatah mental kita. 

Apakah ada cara untuk menguatkan serta mengembalikan kesehatan mental kita seperti sediakala?

1. Ekspresikan Keceriaan Dengan Rekan Kerja

Kerjaan yang menumpuk seakan tiada habisnya atau memiliki atasan yang menyebalkan memang membuat kita mudah stres, kesal dan marah. 

Mengekspresikan keceriaan dengan rekan kerja dapat menjadi obat mujarab menghilangkan hal negatif tersebut. 

Berjoged Tik Tok Dengan Rekan Kantor | Sumber Brilio.net

Adik saya sering memposting kegiatan dirinya tengah bermain aplikasi Tik Tok dan mencoba tren yang tengah viral bersama teman-teman di kantor saat jam istirahat. 

Cara ini selain menguatkan hubungan personal dengan rekan kerja namun juga mengembalikan mood karena mengerjakan laporan yang banyak. 

Dulu pun ketika saya dan beberapa rekan kerja diminta mengerjakan projek lapangan. Untuk melepaskan rasa penat, kami bernyanyi berbagai lagu dari genre dangdut, pop hingga koplo. Suasana yang semula capek, kepanasan, ngantuk justru menjadi semangat dan penuh canda tawa. 

2. Membaca atau Menonton Kisah Inspiratif

Tidak sedikit ketika kita merasa terpuruk di kantor seakan merasa tidak memiliki harapan (hopeless) dan gagal. 

Namun nyatanya itu hanyalah sugesti kita semata karena banyak orang-orang yang dikondisi sama bisa merubah sugesti tersebut dan menjadi krang berhasil. 

Kita bisa membaca buka biografi, autobiografi, artikel atau menonton kisah orang inspirasi yang sempat mengalami keterpurukan karir namun bangkit dan akhirnya sukses. 

Steve Jobs, salah seorang pendiri Apple sebuah brand gadget besar saat ini. Dirinya menggagas produk ini pada 1 April 1976. 

Namun apa daya, perselisihan dengan team internal Apple membuat dirinya harus mundur dari perusahaan yang dia dirikan. 

Saya jika di posisi tersebut pasti kecewa dan terpuruk. Nyatanya Apple justru nyaris bangkrut setelah sepeninggalan Steve. 

Akhirnya Steve bergabung kembali dan berhasil merubah keadaaan di mana Apple saat ini justru menjadi brand gadget premium yang kehadiran dan inovasinya dinantikan banyak orang. 

Oprah Winfrey, ratu talkshow dari Amerika Serikat pun pernah mengalami masa karir yang kelam. 

Saat dirinya bekerja sebagai pembawa berita di Baltimore. Bahkan produsernya saat itu mengganggap dirinya kurang layak sebagai pembawa berita. 

Kini banyak orang mengenal sosok Oprah yang mahir dalam memandu acara sesuai namanya tersebut. 

Belajar dari 2 kisah di atas, kita belajar bahwa tekanan dengan kerjaan dan relasi dialami oleh hampir semua karyawan. Bahkan ada yang berakhir kekecewaan, pengkhianatan, pengucilan, hingga pemecatan. Namun jadikan hal tersebut untuk memotivasi diri untuk bangkit dan memutarbalikan keadaan. 

3. Ajukan Mutasi Divisi

Pada kasus yang dialami junior saya ini di mana terhadap senior yang berusaha menjatuhkan dirinya. 

Saya menyarankan untuk mengajukan pindah divisi. Tujuannya agar tidak ada kaitan kerja dengan senior tersebut. 

Jangan takut mencoba pengajuan mutasi. Selagi kita mau belajar dan adaptasi, bisa jadi pengajuan pindah mutasi bisa disetujui. 

Hal tersebut pernah terjadi pada seseorang di kantor saya. Pengajuan mutasi disetujui karena ketidaknyaman dengan rekan kerja. Kini dirinya merasa beruntung di divisi yang baru. 

Ini karena dirinya menyadari kesehatan mental dan kenyamanan kerja itu penting. 

Jika kerja dengan rasa tidak nyaman, selain akan mempengaruhi performa kerja akan membuat mood dalam diri menjadi labil. 

4. Rileksasi Sederhana

Mencoba Menenangkan Pikiran Dari Gangguan Sekitar | Sumber: Shutterstock/StockLite 

Ketika otak dalam keadaan stress tanpa kita sadari otot di tubuh dan wajah ikut terasa tegang. Mencoba rileksasi sederhana dapat membuat kita lebih tenang dan santai. 

Cara sederhana seperti memijat bagian punggung dan wajah ketika ada waktu senggang. 

Itu pun seringkali saya lakukan ketika kerjaan menumpuk dan otak terasa stress. 

Bahkan tidak jarang saya meminta staff office boy di kantor untuk membantu memijat bagian punggung. Biasanya saya sudah merasa tenang ketika badan sudah terasa rileks. 

Teknik Senam Wajah | Sumber Reps-Id

Cara lainnya mencoba senam wajah serta mengatur pernafasan. Senam wajah lebih berupa menggerakkan otot di sekitar wajah secara bertahap dengan tempo dan durasi tertentu. Seperti menggerakkan alis kemudian kening, hidung, pipi dan mulut selama 30 detik bergantian. 

Jika masih bingung melakukan senam wajah. Cobalah untuk mempelajari hal ini melalui YouTube. Ada banyak kanal YouTube yang memberikan edukasi senam wajah serta cara lain untuk membuat otot wajah rileks. 

Untuk meningkatkan rileksasi, kita juga bisa mencoba mengatur pernafasan layaknya orang beryoga. 

Kita bisa lakukan ini meski hanya di ruang kantor dan di saat jam istirahat. Dengan beryoga kita berusaha menenangkan diri dan mengabaikan hal-hal negatif dalam pikiran dan tubuh. 

Kita berusaha menciptakan aura positif agar pikiran tenang dan kesehatan mental di kantor terjaga. Ini karena pikiran negatif lah yang membuat mental dan psikis kita terganggu khususnya di tempat kerja. 

***

Dunia kerja ibarat sebuah jalan yang panjang di mana akan ada jalan yang mulus, berbatu, berlubang, turunan tajam hingga tanjakan tinggi. Artinya hal lumrah jika akan jatuh atau berhenti sejenak karena medan jalan yang tak biasa. 

Kondisi lingkungan kerja pun juga akan menguras tenaga dan pikiran kita. 

Berhadapan dengan bos galak, perfeksionis, teman kerja yang nyebelin, kerjaan yang seakan tiada habisnya, gaji yang tidak sesuai dengan beban kerja dan sebagainya. 

Tentu permasalah-permasalahan ini akan membuat kesehatan mental kita terganggu. 

Ketika kita menemui kondisi tersebut bukan berarti kita gagal dan memilih menyerah. 

Ada banyak hal dan cara yang bisa dilakukan untuk mengembalikan kesehatan mental di tempat kerja.

Harapannya 4 hal yang saya paparkan di atas dapat membantu sobat Kompasiana yang tengah mengalami keterpurukan di kantor. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--