Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Ketika] Pandemi Mengajarkan Banyak Hal dalam Kehidupan Kita

20 Agustus 2021   09:33 Diperbarui: 20 Agustus 2021   09:44 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1,5 tahun kita bergulat dengan kasus Covid sejak pertama kali ditemukan di Indonesia. Saya akui terlalu banyak duka yang dirasakan mulai ada anggota keluarga yang terpapar, kehilangan orang terdekat, ekonomi terpuruk, banyak orang kehilangan pekerjaan dan tekanan untuk berjuang hidup selama pandemi. 

Saya merasakan sendiri ketika perusahaan ikut terkena dampak dari pandemi ini. Omzet menurun drastis hingga kebijakan untuk mengurangi jumlah karyawan harus dilakukan sebagai efisiensi dan langkah penyehatan perusahaan. 

Menahan rasa sedih, saya harus mengikuti kebijakan perusahaan dengan mengurangi staff yang ada dibawah naungan saya. Membayangkan kesedihan karyawan yang harus dirumahkan sementara waktu karena bisa jadi mereka adalah satu-satunya tulang punggung keluarga. 

Seiring waktu pandemi ini pun mengajarkan banyak hal pada diri kita. Contoh sederhaba menyadarkan masyarakat tentang pola hidup sehat dan juga memunculkan sisi-sisi positif lainnya. 

Apa saja itu? 

1. Ide Kreatif Usaha

Disatu sisi banyak orang yang kehilangan pekerjaan namun disisi lain ada pula yang tetap berjuang dengan menciptakan usaha baru selama pandemi. 

Saya ingat banyak muncul penjual masker dadakan baik masker medis maupun masker non medis seperti masker kain di pinggir jalan. Dulu tidak ada orang yang tertarik menjual masker di pinggir jalan. Kini situasi membuat orang butuh masker dan peluang usaha pun tercipta.

Penjahit baju di sekitar tempat saya pun kebanjiran order untuk membuat masker kain. Masker ini dianggap lebih ekonomis karena bisa digunakan berulang kali. Hal luar biasa ketika awal pandemi tukang jahit bisa menciptakan ratusan masker kain setiap harinya. 

Mereka bahkan rela menolak orderan pembuatan pakaian karena tingginya permintaan masker kain di masyarakat. Kantor saya pernah membuat masker kain sebanyak 300 pcs dengan patokan harga Rp. 3.000/pcs (di bulan Mei 2020). 

Ide kreatif lain pun muncul dengan kehadiran faceshield. Dulu saya hanya melihat faceshield digunakan abang tukang las untuk melindungi wajah dari percikan api selama kegiatan mengelas besi atau baja. 

Terinspirasi hal tersebut, banyak industri kecil yang menciptakan faceshield dengan berbagai bentuk, motif dan warna. Faceshield desain kartun pun tersedia yang didesain untuk anak-anak.

Kebutuhan faceshield semakin tinggi karena dianggap dapat melindungi area tubuh terbuka seperti mata, hidung dan mulut secara langsung yang dianggap rentang penyebaran virus Covid19.

Usaha Cetak Kartu Vaksin. Sumber Snappy Melalui Kompas.com
Usaha Cetak Kartu Vaksin. Sumber Snappy Melalui Kompas.com

Kini muncul bisnis baru yang saya anggap kreatif yaitu pembuatan kartu vaksin berukuran KTP atau Kartu ATM. Ide ini muncul ditengah gencarnya pemerintah menggalakan progam vaksin nasional sebagai tindakan memperkuat imun untuk menekan penyebaran virus Covid 19 di masyarakat. 

Tidak hanya itu munculnya kebijakan menunjukkan bukti vaksin di beberapa sektor seperti mall, angkutan umum (KRL, TransJakarta, Pesawat) hingga perkantoran membuat peluang usaha cetak kartu vaksin kian digandrungi. 

Beberapa kenalan saya bahkan secara terang-terangan menawarkan jasa pembuatan kartu vaksin. Hanya bermodalkan mendownload bukti vaksin di situs pedulilindungi.com, kartu vaksin siap dicetak sesuai kebutuhan. 

2. Masyarakat Kian Melek Teknologi

Pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah seperti work from home, study from home, laporan berbasis online dan sebagainya masyarakat kian erat dengan teknologi. 

Direktur saya pun mengakui bahwa efwk pandemi ini dirinya kian melek teknologi dimana dulu sering meeting secara konvensional kini beradaptasi melalui zoom meeting. Pengurusan perijinan hingga pelaporan pun kini diarahkan melalui online ke situs resmi. Artinya mau tidak mau, kita dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi. 

Kegiatab Meeting Secara Online. Sumber Antara News Megapolitan
Kegiatab Meeting Secara Online. Sumber Antara News Megapolitan

Saya teringat dengan seorang staff senior dimana sebelumnya kurang tertarik menggunakan smartphone karena dianggap rumit. Namun karena adanya koordinasi yang harus dilakukan melalui grup sosial media seperti WhatsApp group serta meeting melalui Zoom meeting maka kini dirinya mulai belajar menggunakan aplikasi tersebut. 

Kini beliau sudah terbiasa dengan teknologi yang dulu dianggap rumit dan kurang cocok untuk orang diusianya. Padahal teknologi yang berkembang saat ini tidak susah dipraktekan selagi kita mau belajar. 

Berbagai institusi pun mulai beradaptasi terhadap perkembangan teknologi. Kampus sebagai institusi pendidikan juga sudah melakukan Webinar untuk menggantikan seminar konvensional karena ada pembatasan acara yang menghadirkan banyak massa.

3. Hobi dan Keterampilan Meningkat

Saya merasakan sendiri pandemi justru membuat hobi dan keterampilan menulis saya meningkat tajam. Saya baru sadar jika sudah bergabung di Kompasiana sejak Juli 2015.

Sebelum ada pandemi, saya hanya menulis sedikit artikel karena lebih tertarik menulis ketika ada event lomba semata. Tidakheran jumlah tulisan saya selama 4 tahun bergabung tidak sampai 20 tulisan. 

Semangat saya menulis justru ketika ada aturan PSBB tahun 2020. Saya pun mulai mengurangi intensitas keluar kantor mengingat mulai tingginya kasus Covid19. Alhasil mayoritas waktu dihabiskan di ruang kantor. 

Suntuk melanda, saya pun mulai mengeluti lagi dunia literasi di Kompasiana. Mencoba aktif kembali untuk menghilangkan rasa bosan di kantor. Alhasil jumlah tulisan saya meningkat tajam selama Pandemi dan keterampilan menulis pun kian terasah. 

Hal mirip juga dialami suami dari rekan kerja saya. Tuntutan WFH membuat si suami merasa bosan. Namun dirinya justru bisa menekuni hobi melukis dan berkebun selama WFH. Ketersediaan waktu senggang selama pandemi membuat dirinya giat menjalankan hobi. 

4. Peran Sebagai Orang Tua Kian Kuat

Sebelum pandemi, banyak anak yang kurang mendapatkan waktu kebersamaan dengan orang tua. Ini karena kedua orang tua terlalu sibuk bekerja. Dampaknya anak kurang mendapatkan perhatian, lebih dekat dengan Asisten Rumah Tangga (ART) serta merasa kesepian. 

Kini adanya WFH dan SFH membuat peran orang tua akan lebih terasa bersama si buah hati. Ini dialami oleh teman saya yang merantau ke Jakarta karena bekerja dan meninggalkan anaknya yang masih kecil di Malang. 

Semenjak ada WFH, dirinya ada rasa bahagia karena dia bisa bekerja dari rumahnya di Malang serta bisa melihat tumbuh kembang si anak. Teman saya ini merasa pandemi ini meski memberikan kesedihan namun memberikan keuntungan tersendiri. 

Ini karena dirinya bisa dekat dengan anak, bisa mendidik anak secara langsung dan tentu saja anak merasakan kedekatan bersama orang tua yang selama ini hanya bisa berkumpul saat libur panjang saja seperti lebaran. 

Disisi lain orang tua juga dapat memahami karakter anak secara lebih mendalam. Saya beberapa kali membaca artikel berita dimana orang tua marah ketika ada guru yang memarahi atau menghukum anaknya di sekolah. 

Kini justru banyak orang tua yang kian menghargai profesi guru karena kini orang tua juga merasakan beratnya mendidik dan memahami karakter anak yang kadangkala nakal atau bertindak diluar kendali. 

***

Saya percaya bahwa selalu ada sisi positif dan negatif dari suatu kejadian. Pandemi ini memang lebih banyak memberikan sisi negatif pada kita namun bukan berarti tidak ada hal positif yang bisa kita dapatkan. 

4 Hal diatas bisa menjadi contoh bahwa pandemi memberikan banyak pelajaran dalam hidup kita. Jangan terlalu mengeluh pada keadaan namun tetap semangat dan bangkit. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun