Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Menyisir Keindahan Sumber Maron, Sungai Tumpuan Ekonomi Warga Malang

26 Juli 2021   23:58 Diperbarui: 27 Juli 2021   10:54 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyusuri keindahan Sumber Maron, Malang| Sumber: Eki Tirtana Zamzani via surabaya.tribunnews.com

Dulu di otak saya sungai identik sebagai aliran air yang digunakan untuk irigasi sawah, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), tempat memancing atau tempat mandi, mencuci dan buang sampah bagi warga yang tinggal disekitar aliran sungai.

Tidaklah heran saya agak geli jika mandi di sungai yang airnya berwarna coklat, banyak sampah yang ikut terbawa air serta (maaf) jika sedang apes ada saja tinja manusia dan hewan yang mengambang di aliran sungai. 

"Sungai oh sungai, sungguh merana dirimu"

Ibarat sepenggal bait puisi atau justru mengarah ke sebuah lirik lagu, nyatanya memang sungai dimasa sekarang telah banyak yang tercemar. Namun pemikiran saya pudar ketika sempat tinggal di daerah Malang. 

Seorang teman mengajak saya bermain air di Sungai Maron, sungai yang mulai populer di kalangan warga Malang. 

Keindahan Wisata Sungai di Sumber Maron Malang. Sumber: Situs Travel Promo
Keindahan Wisata Sungai di Sumber Maron Malang. Sumber: Situs Travel Promo

Terletak di Dusun Adi Luwih, Desa Karangsuko, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang ini berhasil mengubah pandangan saya bahwa ternyata ada aliran sungai yang tidak hanya bersih dengan air yang sejuk namun juga mampu mendukung perekonomian warga sekitar. 

Apa yang Membuat Sumber Maron Begitu Spesial? 

Saya mengakui bahwa Sumber Maron tidak hanya mengandalkan air yang jernih namun juga penataan lingkungan sudah terkonsep rapih. Jika saya bisa memberi nilai, saya memberikan nilai 8.7/10. Sebuah nilai yang mendekati sempurna. 

Menguntip dari salah satu situs online, penataan Sumber Maron tidak terlepas dari adanya perhatian dari masyarakat semata namun juga dari berbagai instansi. Di tahun 2005, kawasan ini mendapat bantuan dari World Bank sebagai bagian dari upaya penciptaan Program Air Bersih dan Sanitasi bagi Masyarakat Miskin. 

Bantuan ini menjadi cikal bakal penataan Sumber Maron yang kini menjadi area eduecoutourism atau kawasan wisata yang menitikberatkan pada wisata edukasi dan lingkungan. 

Hal luar biasa lainnya di tahun 2011 kawasan Sumber Maron juga mendapatkan bantuan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Adanya PLTMH ini menjadi sumber energi yang memasok listrik untuk warga di wilayah sekitar (sumber klik disini). 

Saya pernah mengajak beberapa rekan kantor untuk berwisata disini. Ternyata salah seorang rekan memiliki keluarga yang tinggal di sekitar Sumber Maron. Diinformasikan dulu sungai ini hanyalah untuk mendukung aktivitas masyarakat sekitar seperti untuk mandi atau saluran irigasi. 

Ini karena disekitar sungai merupakan area persawahan dan perkebunan sehingga Sumber Maron menjadi andalan sebagai sumber air irigasi. Seiring waktu dengan mulai tertatanya Sumber Maron serta masyarakat setempat melihat potensi wisata maka Sumber Maron mulai dikembangkan lebih menarik untuk kawasan wisata rekreasi keluarga. 

Sumber Maron Kini Tumpuan Ekonomi Warga

Seingat saya, saya sudah lebih dari 8 kali main ke kawasan ini. Bahkan ketika masih tinggal di sekitar Malang, jika ada teman luar daerah berkunjung. Saya menjadikan Sumber Maron sebagai destinasi wisata yang wajib dikunjungi. 

Masyarakat berhasil mengemas sebuah sungai memiliki daya tarik dan nilai jual dari sisi wisata. Fasilitas pendukung pun seperti area parkir, toilet, saung untuk istirahat hingga warung yang menyediakan kebutuhan pengunjung menunjukan bahwa Sumber Maron dikelola secara baik.

Setelah memasuki area parkir, kita akan menemukan loket tiket masuk. Sekitar 2 tahun lalu atau tahun 2019, tiket masih dikenakan Rp. 5.000/pengunjung. Harga ini tergolong murah untuk wisata semenarik ini. 

Melewati pintu masuk, sudah akan disambut oleh stand usaha milik warga setempat yang menyediakan berbagai keperluan seperti cemilan, minuman, makanan, pakaianganti, plastik pelindung HP, hingga penyewaan ban. 

Menuruni tapak tangga dan menyusuri jalan yang sudah tertata nantinya akan menemukan sebuah kolam jernih yang juga berdiri mushola di dekat kolam tersebut. Kolam ini juga berair jernih dan menjadi tempat pas untuk bersantai dengan tiduran di atas ban yang disewa. 

Bersantai Di Atas Ban di Sumber Maron. Dokumentasi Pribadi
Bersantai Di Atas Ban di Sumber Maron. Dokumentasi Pribadi
Bersantai Di Atas Ban di Sumber Maron. Dokumentasi Pribadi
Bersantai Di Atas Ban di Sumber Maron. Dokumentasi Pribadi

Kolam ini pun menjadi tempat berkembangnya ikan tawar yang sengaja dikembangkan oleh pengelola seperti mujaer dan ikan mas. Tujuannya untuk memberikan kesan mendekatkan diri dengan alam. Kolam ini memiliki jalur air menuju anak sungai dan di salah satu titik ditemukan PLTMH yang menjadi sumber listrik lokal. 

Menuju sungai utama, kita akan menelusuri sawah milik warga dan pemandangan ala desa yang indah. Berjalan hingga menemukan sebuah jembatan dan didekatnya ada air terjun mini yang dikenal dengan nama Grojokan Sewu. 

Keindahan Grojogan Sewu di Sumber Maron. Sumber Situs Pariwisataku/dokpri
Keindahan Grojogan Sewu di Sumber Maron. Sumber Situs Pariwisataku/dokpri

Grojokan Sewu seakan menjadi ikon dari Sumber Maron karena pengunjung akan menjadikan lokasi ini untuk berselfie ria serta bermain air dibawah kucuran air terjun. Berusaha mengambil spot menarik agar bisa diupload di sosial media. 

Bagi yang ingin beristirahat sejenak, pengunjung bisa mengunjungi stand atau warung yang banyak berdiri disekitar Grojogan Sewu atau aliran Sumber Maron. Tidakperlu khawatir, harga yang ditawarkan pun ramah kantong. 

Berpose di Grojokan Sewu Sumber Maron. Dokumentasi Pribadi
Berpose di Grojokan Sewu Sumber Maron. Dokumentasi Pribadi

Jujur awalnya saat pertama kali kesini, saya bertanya dulu terkait harga makanan memastikan tidak bikin saya syok ketika membayar. Ini karena pengalaman ketika dulu berwisata di Area Batu dan Gunung Bromo. 

Dulu ketika berwisata ke Bromo, harga segelas kopi bisa seharga 10ribu per gelas dan mie instan seharga 20ribu. Tentu ada rasa khawatir mengingat Sumber Maron tengah naik daun dan bisa jadi harga yang ditawarkan pun tergolong mahal. 

Nyatanya tidak, harga masih wajar dan bahlan murah untuk area wisata. Seingat saya harga kopi saat itu masih 3ribu dan mie instan (tanpa telor) hanya 5ribu. Gorengan pun hanya 2ribu rupiah. Inilah yang membuat saya rela datang berulang kali ke Sumber Maron. 

Saya merasa keberadaan Sumber Maron ikut mendongkrak perekonomian masyarakat sekitar. Jika dulu masyarakat hanya bekerja sebagai petani atau pedagang semata. Kini mereka bisa mendapatkan penghasilan lebih. 

Warga yang memiliki rumah di sekitar Sumber Maron pun banyak yang menyediakan area parkir bagi pengunjung. Mengingat saat weekend atau hari libur nasional, jumlah pengunjung membludak maka parkir di rumah warga menjadi alternatif. 

Warga pun membuka stand usaha kecil-kecilan dan ikut menyediakan fasilitas pendukung. Ada yang menyediakan toilet umum bagi pengunjung yang ingin berbilas, loker untuk menaruh barang, penyewaan ban bagi yang ingin merasakan tubing di aliran sungai serta menjual kebutuhan lainnya. 

Sekadar informasi, harga sewa ban di Sumber Maron untuk ukuran kecil sekitar 3ribu rupiah, sedang 5ribu dan ukuran besar 7ribu rupiah. Hal menyenangkan kita bisa beraktivitas tubing menikmati aliran sungai dari yang tenang hingga agak deras.

Bermain Tubing Beramai-Ramai di Sumber Maron. Sumber ulasan Keyllogs NYC
Bermain Tubing Beramai-Ramai di Sumber Maron. Sumber ulasan Keyllogs NYC

Bahkan untuk menambah keseruan tubing, kita bisa melakukan menyusur sungai dengan ban dengan membentuk iring-iringan. Caranya kaki antar peserta dikaitkan ke orang didepannya sehingga nanti kita menyusuri sungai beramai-ramai. 

Tidak dipungkiri Sumber Maron telah mengalami perubahan signifikan. Saat pertama kali ke sini tahun 2013, stand usaha masih hitungan jari. Terakhir kunjungan di 2019, stand sudah sangat banyak. Bahkan pembangunan usaha pun masih terus berlanjut ditambah adanya pembangunan infrastruktur wisata penunjang seperti outbound. 

Saya baru ini menemukan sungai mampu mengubah pola aktivitas dan ekonomi. Pola aktivitas dimana kini masyarakat berbondong-bondong ingin merasakan keseruan tubing di aliran sungai atau sekadar bersantai menikmati keindahan alam yang tenang. 

Perubahan ekonomi terlihat dimana warga berhasil memanfaatkan potensi sungai sebagai sumber mata pencaharian baru. 

Bagi yang tengah berada di Malang, yuk coba rasakan sensasi dan keseruan berwisata ke Sumber Maron. Bisa jadi sobat akan ketagihan seperti saya dan akan datang untuk kesekian kalinya. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun