Kita sejak kecil diajarkan untuk selalu berkata jujur dan menghindari kebohongan. Bohong dikategorikan perbuatan tidak baik karena menyampaikan suatu hal tidak sesuai dengan realita.
Saya mengamini hal ini dengan mengganggap bahwa segala kebohongan adalah salah dan bertentangan dengan ajaran agama. Pandangan saya mulai bercabang ketika seseorang berkata bahwa sejatinya ada tindakan "white lies" atau berbohong demi kebaikan yang bisa terjadi di kehidupan kita yang jikalau terjadi justru lebih banyak memberikan dampak positif dibandingkan negatif.Â
Fakta mengejutkan justru orang tua jaman dulu banyak menerapkan white lies dalam pola didik anaknya. Contoh sederhana,Â
"Jangan main sampai malam. Nanti diculik wewe gombel"
"Jangan buang nasi, nanti nasinya nangis loh"
"Jangan bersiul tengah malam, nanti ada setan datang"
Ungkapan seperti ini diidentikan sebagai mitos atau pamali di tengah masyarakat. Nyatanya jika hal tersebut disampaikan pada generasi muda sekarang. Tentu mereka akan menganggap sebagai kebohongan semata karena daya nalar anak jaman sekarang lebih maju.Â
Saya coba memaknai white lies dari sudut pandang berbeda artinya tidak terfokus pada anggapan kebohongan itu selalu salah. Ada hal-hal tertentu dimana kebohongan masih bisa ditolerir dalam suatu kondisi tertentu. Apa saja itu?Â
1. Kebohongan Demi Menyelamatkan Nyawa Orang Lain
Masih ingatkah kita akan kasus pembantaian karyawan PT Istaka Karya di Nduga, Papua pada 2018 lalu. Puluhan karyawan PT Istaka Karya tewas dibunuh oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di tanah Papua.Â
Simon Tandi menjadi salah satu korban selamat karena sebuah mukjizat. Saat itu dirinya bersama rekannya, Joni Pariangan tengah pergi melaksanakan ibadah di salah satu gereja di Nduga. Ketika selesai beribadah, Simon mendapati basecamp tempatnya kerja dalam kondisi berantakan.Â
Dirinya diberitahu oleh warga setempat bahwa rekan-rekannya dibawa ke sebuah bukit dan diduga akan dibantai oleh KKB. Mukjizat terjadi dimana warga setempat berusaha menyelamatkan Simon dan Joni dengan bantuan camat setempat.Â
Bisa saja warga dan camat jujur menginfokan keberadaan mereka berdua yang lolos dari pembantaian tersebut kepada pelaku KKB yang seakan mengintimidasi mereka. Namun kebohongan warga setempat serta camat demi menyelamatkan nyawa Simon dan Joni adalah bukti white lies dibutuhkan dalam kondisi ini. Berita selengkapnya klik disini.Â
Saya percaya Simon dan Joni akan berterimakasih dan berhutang budi pada warga serta camat yang rela melakukan suatu kebohongan untuk menyelamatkan nyawa mereka. Tanpa kebohongan tersebut mereka pastilah menjadi bagian dari korban yang dibantai saat itu.Â
2. Kebohongan Untuk Mendidik
Tidak jarang untuk mendidik anak atau oramg lain perlu dilakukan dengan cara berbohong. Ini bisa jadi sikap si anak yang terlalu aktif, selalu ingin tahu dan susah diingatkan dengan cara biasa.Â
Contoh munculnya mitos, "jika membuang nasi maka nasi akan menangis". Secara logika, ini adalah suatu kebohongan karena nasi bukanlah makhluk hidup yang bisa mengungkapkan ekspresi seperti sedih.Â
Kebohongan ini bertujuan untuk mendidik anak agar tidak membuang makanan serta mengambil porsi makanan secukupnya. Orang tua menilai bahwa membuang makanan sebagai tindakan mubazir dan tidak mensyukuri rejeki ditengah banyak saudara diluar sana yang kelaparan karena tidak memiliki nasi untuk dimakan.Â
Saya cukup sering menemukan orang tua yang mengucapkan mitos sakti ini kepada anak ketika tengah menyuapi atau mendampingi anak ketika makan. Cara ini tergolong berhasil dimana anak berusaha untuk menghabiskan makanan agar tidak tersisa.Â
3. Kebohongan Untuk Bertahan Hidup
Jika pada poin pertama kebohongan dilakukan untuk menyelamatkan orang lain mala pada poin kebohongan harus dilakukan untuk dirinya bertahan hidup.Â
Saya mengambil kisah hidup Nabi Ibrahim (bagi umat muslim) atau Nabi Abraham (bagi umat kristiani) dimana dirinya harus berbohong dengan mengatakan Sara/Sarah yang merupakan istrinya sebagai saudari perempuan kepada Raja Firaun.Â
Tujuannya kebohongan ini demi menyelamatkan dirinya beserta istri dari kezaliman raja Firaun yang terpesona akan kecantikan Sara/Sarah. Seandainya Ibrahim/Abraham tidak berbohong, Firaun bisa saja membunuh dirinya untuk merebut istri tercinta.Â
Dari kisah ini saya kita memahami bahwa ada kondisi dimana keselamatan hidup kita ada di persimpangan jalan dan kebohongan menjadi cara yang harus dilakukan. Kondisi terdesak ini membuat kita mau tidak mau harus melakukan kebohongan setidaknya demi keselamatan hidup kita pribadi.Â
4. Berbohong Demi Kepentingan Banyak Orang
Pernah ada kejadian dimana terjadi suatu kesalahan prosedur yang dilakukan oleh sebuah tim di kantor. Kesalahan tersebut hingga membuat Top manajemen melakukan meeting dadakan.Â
Manager divisi berani menyatakan bahwa kesalahan prosedur tersebut adalah kelalaian dirinya. Padahal orang di kantor mengetahui bahwa kelalaian tersebut dilakukan oleh anak buahnya yang kurang teliti.Â
Saya sempat bertanya mengapa dirinya berbohong dengan mengatakan kesalahan prosedur adalah murni kelalaiannya padahal kami semua tahu ada sosok lain penyebab hal tersebut.Â
Manager divisi itu mengatakan bahwa jika ia jujur mengatakan bahwa kelalaian disebabkan oleh beberapa orang di divisinya maka kontrak kerja mereka bisa saja diputus sepihak oleh perusahaan. Si manager tidak ingin memutus rejeki anak buah karena kesalahan yang masih bisa diperbaiki.Â
Ketika dirinya berani berkata itu murni kesalahannya. Selain melindungi anak buah dari ancaman putus kontrak, dirinya paham betul manajemen tidak akan memecat dirinya karena kesalahan tersebut. Terbukti si manajer hanya mendapat Surat Peringatan (SP) semata.Â
Saya memuji langkah berani si manager divisi ini yang rela berbohong demi menyelamatkan nasib anak buah atau kepentingan divisi bersama. Kebohongan yang memang terkesan buruk namun dia percaya dengan cara ini maka dapur keluarga team divisinya tetap bisa mengepul.Â
5. Kebohongan Untuk Menciptakan Kedamaian
Pasti ada yang berkelakar, mana ada kebohongan untuk menciptakan kedamaian karena kebohongan lebih banyak menciptakan perselisihan/permusuhan.
Ingatlah menciptakan kedamaian memiliki cangkupan yang luas misalnya dalam hubungan suami istri atau dalam keluarga. Ketika istri sudah bersusah payah memasak untuk suami. Namun ternyata masakan yang dibuat oleh istri tidak enak atau keasinan.Â
Sebagai suami yang baik yang menghargai usaha istri. Si suami rela berbohong mengatakan masakan istrinya enak dan dia sangat menyukainya.Â
Jika ini tidak dilakukan bisa jadi si istri menjadi kecewa atau yang esktrim bisa menciptakan pertengkaran diantara suami-istri.Â
Ketika anak secara tidak sengaja merusak barang kesukaan kita. Hati terasa kesal dan marah namun dirinya berbohong dengan mengatakan tidak perlu khawatir. Ayah/ibu tidak marah (padahal dirinya kesal karena barang kesayangan rusak karena kenakalan si anak).Â
Disini ada tindakan berbohong yang harus dilakukan untuk menjaga kedamaian khususnya dalam keluarga. Jika tidak dilakukan, antar anggota keluarga bisa saling ribut.Â
***
Secara personal saya pun menginginkan semua orang bisa berkata jujur dan menghindari kebohongan. Namun kita juga patut menyadari bahwa tidak selalu kebohongan itu buruk.
Masih ada kebohongan yang terpaksa dilakukan demi suatu kebaikan yang dikenal dengan white lies. Beberapa hal diatas seakan menimbulkan pandangan baru bahwa jikalau kebohongan yang kita lakukan justru bisa menyelamatkan orang lain, membantu orang lain, upaya mendidik dan tindakan positif lainnya maka kebohongan tersebut bukanlah perkara besar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H