Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tingginya Kasus Depresi saat Pandemi, Lakukan Hal Ini untuk Mengatasinya

8 Juli 2021   13:28 Diperbarui: 8 Juli 2021   14:07 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Situasi Stres di Tengah Pandemi Covid19. Sumber Safety Sign Indonesia

Pandemi ini menjadi salah satu masa terberat bagi banyak orang. Salah satunya Warti, usia sekitar 25 tahunan yang harus dirumahkan sebagai karyawan dari pabrik tekstil tahun lalu. 

Dirinya sempat mengalami depresi karena berhenti kerja secara tiba-tiba. Padahal selama ini dirinya sudah nyaman bekerja di pabrik tersebut selama bertahun-tahun. Nyatanya finansial perusahaan ikut terganggu karena pandemi dan PHK massal menjadi salah satu cara untuk menyehatkan finansial dan menekan pengeluaran. 

Butuh berbulan-bulan hingga akhirnya Warti menemukan semangat baru. Ketika perekenomian mulai beranjak normal dimana mall, restoran, bioskop hingga tempat wisata dibuka. Warti bisa kembali bekerja penjaga stand minuman franchise di sebuah Mall elit. 

Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro darurat di Jawa dan Bali yang diberlakukan mulai tanggal 3 sampai dengan 20 Juli 2021 seakan menjadi hantaman keras bagi Warti. 

Aturan yang memberlakukan pembatasan tersebut membuat Mall tempat usahanya harus tutup sementara waktu. Jika Mall tutup maka artinya stand usaha pun harus tutup. Ketika dia tidak bekerja maka pemilik usaha pun tidak bisa membayar gaji Warti.

Kesepakatan antara dirinya dengan pemilik usaha minuman adalah sistem gaji Warti akan dihitung berdasarkan jumlah kehadiran dan dibayarkan sistem rapelan mingguan. Ketika masa PPKM darurat diberlakukan dan tempat usaha tutup, Warti terancam tidak mendapatkan gaji/pemasukan untuk memenuhi kebutuhannya.

Apa yang menimpa Warti juga banyak dirasakan oleh orang disekitar kita. Upaya bangkit dari keterpurukan namun harus menelan pahit kembali harus jatuh dikondisi yang sama. 

Apakah Berpotensi Menyebabkan Stres/Depresi? 

Saya jawab sangat berpeluang besar kondisi ini menyebabkan stress dan depresi. Saya pun akan mengalami hal tersebut jika berada di posisi Warti. Apalagi jika kita adalah tulang punggung keluarga yang harus membiayai hidup banyak orang. 

Beras dan gas habis, besok harus makan apa? Bagaimana dengan uang kontrakan/kos bulan depan? Bagaimana memenuhi kebutuhan anak-anak apalagi yang berusia masih Balita? Sampai kapan akan menghadapi situasi seperti ini dan sebagainya. 

Bagaimana Menyiasati Stres/Depresi Dalam Diri? 

Sejujurnya tingkat stres atau depresi orang tidak bisa diukur pasti. Ada yang stres ketika mengetahui beras di rumah habis namun bisa jadi bagi orang lain itu bukan hal besar. Ada yang stres menghadapi anak minta uang jajan padahal di dompet tidak ada uang sepesersepun ternyata bagi orang itu bukan perkara besar.

Sedikit banyak saya mencoba memberikan sedikit informasi dan solusi terhadap hal-hal yang berpotensi terjadi di tengah pandemi seperti ini. 

Stress 1 : Bagaimana Saya Bisa Memenuhi Kebutuhan Hidup? 

Stres ini muncul bagi mereka yang harus ikhlas dirumahkan atau di PHK oleh tempatnya bekerja. Mereka yang terbiasa mendapatkan gaji bulanan, biasa membeli ini-itu dengan uang gaji namun seketika sudah tidak ada lagi pemasukan rutin tiap bulan. 

Tidaklah mengejutkan jika otak akan dipenuhi pertanyaan bagaimana saya memenuhi kebutuhan hidup apalagi kini di tengah PPKM sangat sedikit tersedia lowongan pekerjaan.

Stres akan semakin menumpuk di pikiran mereka yang sudah berkeluarga dan memiliki anak. Jikalau seorang diri merasa kelaparan mungkin bisa ditahan atau main ke rumah teman numpang makan namun ini ada anak-istri yang membutuhkan makan. 

Solusi saya :

Jikalau masih memiliki tabungan, kita bisa mencoba peruntungan menjual makanan seperti nasi uduk, nasi kuning atau gorengan di depan rumah.

Keuntungan selain ada pemasukan buat keluarga, kebutuhan perut juga ikut terpenuhi. Nasi dan lauk yang masih tersisa bisa dimakan bersama anggota keluarga.

Disaat ini pula hilangkan gengsi agar bisa bertahan hidup. Saya pernah melihat seseorang yang menawarkan jasanya untuk mencuci, menyetrika atau melakukan tugas lain kepada para tetangga yang dianggap ribet atau susah. 

Orang ini berusaha menawarkan tenaganya kepada orang sekitar yang membutuhkan agar bisa mendapatkan bayaran untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Ada juga yang menawarkan jasa antar jemput kepada tetangganya yang selama ini bekerja menggunakan ojek/angkutan umum. Selain untuk mendapatkan pemasukan, mereka juga bisa saling menjaga silahturahmi dengan tetangga. 

Stress 2 : Bagaimana Saya Membayar Biaya Kos/Kontrakan?

Bagi mereka yang selama ini tinggal di kos atau kontrakan tentu akan bingung bagaimana harus membayar kos/kontrakan disaat dirinya sudah tidak bekerja lagi. 

Kekhawatiran terbesar adalah jika tidak mampu membayar kos/kontrakan maka harus menyiapkan mental jika harus diusir atau bermain kucing-kucingan dengan si pemilik. 

Sangat beruntung jika seandainya ada pemilik kos yang memahami dan memberikan kelonggaran bagi penyewa yang tengah terpuruk. Namun banyak juga yang tidak mau tahu dan membutuhkan pembayaran sewa bulanan untuk pemasukan si pemilik. 

Solusi saya : 

seorang teman menerapkan cara yang saya anggap bijak. Ketika dirinya di PHK massal oleh perusahaan. Dirinya mengajak teman-teman senasib khususnya anak rantau untuk tinggal bersama dalam 1 kontrakan. 

Memang akan ada ketidaknyamana dari yang terbiasa tinggal sendiri kini harus beramai-ramai. Namun cara ini mampu menekan pengeluaran di tengah situasi ini terutama bagi mereka yang ingin bertahan di tanah rantau. 

Kontrakan yang dulu dibayar Rp. 600.000 perbulan kini dengan ditempati bertiga maka teman hanya perlu membayar patungan sebesar Rp. 200.000/orang. Nominal ini dirasa tidak berat dan uang bisa dialihkan untuk kebutuhan lain yang mendesak. 

Stress 3 : Bagaimana Saya Membayar Cicilan?

Banyak diantara kita yang menerapkan sistem mencicil untuk memiliki suatu barang seperti motor, hp, elektronik atau bahkan rumah. Disaat sebelum pandemi, cicilan tersebut bukanlah hal berat karena sudah diporsikan sesuai penghasilan.

Kini ketika diberhentikan dari pekerjaan atau usaha bangkrut saat pandemi. Cicilanyang semula terasa biasa bisa jadi memberatkan. Stres akan muncul karena bingung bagaimana mengatur uang yang kini terasa pas-pasan. 

Seandainya digunakan untuk membayar cicilan bisa jadi kebutuhan yang lebih pokok tidak terpenuhi. Namun jika cicilan tidak dibayar maka barang akan disita oleh debt collector atau ditarik oleh pihak leasing.

Solusi saya :

Alangkah baiknya kita lakukan take over barang cicilan. Ini juga yang dilakukan tetangga saya dimana dirinya sudah tidak mampu lagi membayar KPR di bank. 

Take over menjadi lebih realistis daripada harus menunggak dan barang disita oleh pihak leasing/bank. Dengan take over maka cicilan akan dilanjutkan oleh pihak lain. Bahkan pihak ini akan bersedia memberikan sejumlah dana sebagai kompensasi pada kita. 

Tidak jarang kompensasi ini untuk membantu mengganti DP awal cicilan atau cicilan yang sudah terbayarkan meskipun jumlah yang diberikan sesuai dengan kesepakatan. Namun setidaknya ini lebih enak daripada barang kredit ditarik olwh pihak leasing dan tidak ada penggantian sama sekali. 

Adanya kompensasi dari pembeli yang bersedia take over bisa jadikan uang pegangan selama masa sulit ini. Kita tidak perlu berlarut bersedih harus mengalihkan barang kepada orang lain karena setelah pandemi berlalu dan perekonomian kembali normal. Kita masih bisa mencicil barang tersebut lagi. 

***

Masa pandemi saat ini memang terasa berat oleh banyak orang. Tidak sedikit yang mengalami stres atau depresi berlarut-larut. Namun kita harus tetap bisa bangkit dan optimis. 

Keterpurukan saat ini juga menjadi pembelajaran hidup untuk bisa lebih bijak dan menentukan hal prioritas dalam hidup. Beberapa tingkat stres yang terjadi selama pandemi semoga bisa diatasi dengan solusi yang saya berikan dalam tulisan ini. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun