Secara tidak sengaja saya melihat postingan keluh kesah seorang wanita di sosial media. Dirinya seakan curhat tentang beratnya tugas dirinya sebagai anak sulung di keluarga.Â
Masih berusia muda namun telah menjadi tulang punggung keluarga. Orang tuanya hanya kerja serabutan dan masih memiliki adik berusia sekolah. Kerja banting tulang hingga harus mengambil tugas tambahan di hari libur agar kebutuhan keluarga dan dirinya terpenuhi.Â
Bahkan dirinya juga merasa minder ketika kumpul dengan teman sebaya yang bisa merasakan bangku kuliah, KPR rumah, traveling atau bahkan memiliki tabungan yang banyak. Baginya peran sebagai anak sulung terasa begitu berat apalagi berada di kondisi keluarga yang pas-pasan.Â
Video singkat tentang keluh kesahnya tersebut seakan membuka pandangan saya bahwa tugas sebagai anak sulung dalam keluarga tidaklah mudah. Teman saya yang juga merupakan anak sulung juga memiliki beragam cerita berbeda.Â
Ada yang senang menjadi anak sulung karena tidak perlu disiksa atau dikerjai oleh seorang kakak. Artinya justru dirinya lah yang hobi mengerjai adiknya yang usia lebih kecil. Selain itu ada juga yang bercerita jika di beberapa adat daerah, anak sulung memiliki hak waris lebih dibandingkan adik-adiknya apalagi jika dirinya berjenis kelamin laki-laki.Â
Disisi lain ada juga yang berharap tidak dilahirkan sebagai anak sulung. Ada segudang hal yang justru memberatkan seorang anak yang terlahir sebagai anak sulung. Apa saja itu?Â
Di masyarakat kita masih kental pandangan bahwa anak sulung harus menjadi panutan dalam keluarga terutama bagi adik-adiknya. Artinya segala tingkah laku dan perilaku harus mencerminkan sosok kakak yang bijak, mengayomi, menjaga dan teladan.Â
Tidak sedikit anak sulung yang terbebani dengan citra tersebut. Ketika anak sulung memiliki karakter bandel dan ingin berekspresi bebas. Orang tua atau orang sekitar akan langsung memberikan komentar yang kurang berkenan baginya.Â
"Kamu tuh harus jadi contoh buat adik-adikmu"
"Kalau kamu susah diatur, adikmu pasti akan ikutan juga"
"Gak malu sama adik-adikmu? "
Ini hanyalah sebagian kalimat yang sering terlontar kepada anak sulung yang dianggap belum menjadi panutan. Adakalanya kondisi ini justru membuat psikis anak sulung menjadi terbebani dan berasa tidak bebas berekspresi atau bertingkah laku.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!