Seminggu ini saya diminta HRD untuk melakukan interview terhadap kandidat yang melamar di salah satu posisi. Ada sekitar 10 kandidat yang dipanggil HRD untuk sesi interview dan memperebutkan 2 kursi lowongan yang tersedia.Â
Menjelang interview, saya mencoba membaca CV para kandidat. Ada beragam latar belakang pendidikan, usia, dan pengalaman kerja yang ditulis oleh para kandidat.Â
Hal lucu muncul ketika beberapa staff cowok di kantor terpana melihat kandidat pelamar yang berpenampilan menarik saat proses interview. Bahkan ada bisikan jahat dari beberapa staff yang berharap kandidat yang disukainya bisa dipilih.Â
Tenang, saya berusaha tetap bekerja seprofesional mungkin. Berpenampilan menarik itu hanyalah bonus, saya berusaha memilih kandidat yang berintelektual, paham jobdesc yang ditawarkan dan tentu saja bisa bekerja sama sebagai satu tim divisi.Â
Selama 2 hari interview, saya menemukan satu hal yang cukup menarik. Peserta yang diundang mayoritas menunjukan rasa malu baik terlihat dari sisi jawaban, gestur tubuh ataupun tingkah dirinya saat interview.
Meskipun tetap ada kandidat yang memiliki performa lebih baik namun saya justru tertarik berbagi pengalaman terkait saya menghadapi peserta yang cenderung pemalu. Dari 4 interviewer termasuk saya menolak beberapa kandidat untuk lolos seleksi yang ternyata mayoritas memiliki karakter pemalu.Â
Ada beberapa hal mengapa karakter pemalu bisa menjadi penghambat dalam sesi interview. Apa saja itu?Â
1. Pemalu Cenderung Suka Memendam Masalah
Kita patut sadar bahwa akan selalu ada masalah dalam dunia kerja. Masalah bisa berupa tugas kerjaan, hubungan kepada atasan, hubungan antar sesama rekan kerja ataupun masalah lainnya.Â
Saya teringat dulu ketika merekrut kasir dengan karakter pemalu. Awalnya saya sudah menginfokan jika ada kendala untuk dibagikan ke rekan kerja atau atasan.Â
Apesnya karakter pemalunya ini di mana setiap ada masalah berusaha di pendam seorang diri. Ibarat bom waktu, masalah pun kian membesar dan akhirnya masalah menjadi kian runyam.Â
Tanpa kita sadari muncul selisih pembukuan dan ada kendala uang dipinjam oleh staff lain tanpa sepengetahuan atasan. Dirinya tidak berani menyampaikan ke atasan karena malu dan enggan sharing.Â
Belajar dari pengalaman ini yang membuat saya lebih selektif dan memastikan bahwa sisi pemalu dari peserta interview tidak akan menjadi bumerang seandainya terpilih.Â
2. Leadership Rendah
Bagaimana mau memimpin tim jika seorang karyawan memiliki jiwa pemalu yang tinggi?Â
Sekilas itulah yang kerapkali menjadi pertimbangan saat interview jika posisi yang dilamar mengharapkan jiwa leadership yang kuat. Untuk posisi tertentu seperti supervisor, leader atau sekelas manager memang menuntut sosok yang bisa memimpin tim, cekatan mencapai target dan tanggap jika ada suatu masalah.Â
Rasa pemalu yang tinggi bisa membuat sosok karyawan lebih menyukai sistem kerja individu dibandingkan tim. Ada rasa sungkan memberikan instruksi, tidak enakan, tidak suka hal ribet dan ragu tampil depan umum menjadi momok yang kerapkali hinggap di jiwa karyawan pemalu.Â
Saya sebagai interviewer acapkali mempertimbangkan sisi leadership pada kandidat yang akan direkrut. Kekhawatiran jika merekrut sosok pemalu, ekspektasi menjadi tidak tercapai dan bisa jadi saya harus merekrut ulang kandidat untuk posisi seorang leader.Â
3. Aura Personal Tertutup
Sering sekali ketika membaca CV kandidat, saya menaruh harapan terhadap beberapa kandidat yang berhasil meyakinkan saya dari CV yang dibuat. Namun seketika harapan buyar ketika mulai melakukan proses interview.Â
Ketika ditanya tentang personal diri dan pengalaman kerja, si kandidat menunjukan sikap malu dengan tidak berani menatap mata si interviewer dan menyampaikan jawaban dengan suara kecil. Gestur pun seakan memberikan kesan ketidakpastian atas jawaban yang diucapkan.Â
Tidak heran ketika menemukan kandidat seperti ini menempatkan dirinya sebagai second choice untuk diterima. Artinya si kandidat belum mampu meyakinkan saya mengapa dirinya layak diterima.Â
Saya mengganggap rasa malu yang berlebihan seakan menutup aura si kandidat. Bisa jadi CV memukau, first impression baik namun sesi tanya jawab kurang bisa menunjukan aura bahwa dirinya layak untuk diterima.Â
Interviewer juga manusia biasa di mana tetap ada sisi subjektif. Ketika berhadapan dengan kandidat pemalu akan muncul pertanyaan dalam hati, kandidat ini bisa kah bekerja sesuai di harapan? Bisakah berbaur dengan tim? Bisakah kerja sesuai target? Serta beberapa pertanyaan lain dalam hati.Â
4. Tidak Kuat di Bawah Tekanan
Sosok karyawan pemalu cenderung memiliki perasaan yang lembut, rapi, dan terstruktur. Ada posisi tertentu seperti sales, finance, PPIC yang kerja membutuhkan tekanan yang tinggi.
Andai target belum tercapai, atasan tidak akan segan memarahi si bawahan. Kondisi ini akan menjadi dilema bila dirasakan oleh mereka yang terlalu pemalu.Â
Pernah ada sales yang memang dikenal pemalu. Ketika atasan mengevaluasi kinerjanya karena belum mencapai target. Karyawan justru hanya terdiam dan selepas itu menangis karena dirinya tidak bisa kerja di bawah tekanan (under pressure).Â
Berkaca pada hal itu, saya selalu menggali lebih mendalam sosok kandidat yang pemalu dan memastikan dirinya bisa kerja dibawah tekanan.
Jangan sampai ketika mengalami tekanan kerja, si kandidat stres dan memilih mengundurkan diri.Â
Ini akan menjadi runyam karena HRD akan merekrut karyawan baru yang tentu menguras waktu, tenaga, dan pikiran.Â
***
Saya menilai sikap pemalu masih bisa diubah atau dipendam saat sesi interview dengan memperbanyak pengalaman dan sharing. Sebagai kandidat tentu mereka perlu "menjual diri" dengan meyakinkan interviewer bahwa mereka kandidat yang layak untuk diterima.Â
Interviewer pun berharap kandidat yang diterima bisa sesuai ekspektasi dan butuh keyakinan dari jawaban si kandidat. Tentu jika jawaban yang diberikan terkesan malu-malu akan membuat catatan tersendiri bagi si interviewer.Â
Tidak banyak interviewer yang meluangkan waktu panjang untuk menggali diri si kandidat. Adakalanya interviewer akan menemparkan si kandidat bukan di prioritas pertama.Â
Ini akan membuat si kandidat pemalu ada di persimpangan. Jika ada kandidat yang lebih meyakinkan maka nasib si kandidat pemalu hanya berakhir pada sesi interview saja.Â
Cara mudah untuk merubah sisi pemalu adalah dengan banyak latihan wawancara dan menggali potensi diri secara mendalam. Kita bisa meminta keluarga, teman atau krang lain berperan sebagai HRD yang melakukan proses interview. Minta mereka memberikan masukan dan penilaian dari jawaban yang diberikan.
Semakin sering berlatih wawancara bisa meningkatkan rasa percaya diri si kandidat. Umumnya pertanyaan interviewer memiliki pola yang mirip seperti menanyakan personal diri, pengalaman kerja sebelumnya, apayang diketahui terkait jobdesc yang dilamar, apa kelebihan dan kekurang dan sebagainya.Â
Disisi lain kandidat juga perlu menggali potensi diri agar bisa meyakinkan interviewer bahwa dalam dirinya banyak bakat dan potensi yang akan berguna jika diterima bekerja. Semakin mengenali potensi diri tentu akan membangkitkan kepercayaan diri saat proses interview.
Jangan sampai potensi diri besar dan pengalaman yang banyak justru tidak dilirik oleh interviewer karena besarnya rasa malu yang ditunjukan kandidat saat interviewer.Â
Ingatlah posisi yang ditawarkan terbatas dan kandidat harus bisa menonjol dan bersinar daripada kandidat lain dengan cara lebih percaya diri saat menjawab.Â
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H