Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Pekerjaan Bagus tapi Kok Belum Sejahtera? Bisa Jadi Kita Belum Melek Finansial

12 Juni 2021   20:33 Diperbarui: 13 Juni 2021   07:55 995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pentingnya Melek Finansial Sedari Dini untuk Masa Depan Sejahtera | Sumber: Freepik

Secara tidak sengaja saya membuka topik pembicaraan yang sedikit nyeleneh saat reuni bersama teman ketika asik mengobrol sambil makan di salah satu kuliner di Cibubur. 

"Asik ya kalau suami kerja di Pertamina, Istri di Bank Indonesia. Pasti mereka hidup sejahtera karena kerja di BUMN yang memiliki gaji dan tunjangan tinggi," begitulah pembicaraan yang ku mulai saat itu

Temanku memberikan respon yang bagus sekali.

"Belum tentu. Jika mereka tidak melek finansial. Bisa jadi mereka tidak punya inventaris masa depan meski kerja di tempat dengan gaji fantastis."

Dirinya memberikan contoh atasannya yang memiliki gaji besar, namun hingga saat ini belum memiliki rumah. Gaya hidup atasannya terbilang eksklusif. Parfum harus bermerk seharga jutaan rupiah. Tas dan sepatu harus branded, makan selalu di mal dan jika nongkrong selalu di Starbucks. 

Padahal staf yang bergaji lebih kecil mampu mengatur keuangan dan kini telah memiliki rumah idaman serta tabungan untuk masa tua. 

Wow, kisah ini seakan membuka mata dan pikiran saya bahwa melek finansial itu penting. Sudah naluri manusia yang selalu tidak puas dan berusaha menentukan standar hidup. Semakin meningkat penghasilan yang dimiliki justru berbanding lurus dengan kebutuhan dan pemenuhan gaya hidup.

Ada yang menggunakan penghasilan yang tinggi untuk membeli barang branded, liburan setiap waktu, membeli mobil, clubbing atau kegiatan lainnya. Jangan kaget jika meski berpenghasilan tinggi ternyata sebanding dengan pengeluaran yang tinggi pula.

Alhasil penghasilan hanya sekadar lewat saja. Ini sering terjadi di sekitar kita atau bahkan kita sendiri yang mengalami secara langsung. 

Kenapa kita harus melek finansial dini sedari dini? 

Pernyataan ini cukup menarik sebagai bahan introspeksi diri terkait manajemen keuangan kita pribadi. Ada beberapa alasan mengapa kita perlu melek finansial sedini mungkin. Apa saja itu? 

1. Agar Memiliki Inventaris Masa Depan

Contoh kasus yang disampaikan teman saya menjadi bukti bahwa masih ada orang meski berpenghasilan tinggi, namun justru minim inventaris masa depan. Ini karena penghasilan lebih digunakan untuk hal-hal yang konsumtif. 

Saat pandemi Covid 19 terjadi, banyak sektor usaha yang mengalami imbasnya. Dampaknya ada banyak pengurangan karyawan sebagai upaya efisiensi. 

Saya sempat membaca kisah di mana seorang manager di perusahaan swasta terkemuka menjadi salah satu korban karyawan yang dirumahkan. 

Dirinya tidak menyangka akan mengalami hal ini. Terbiasa hidup sejahtera dengan gaji dan fasilitas. Kini dirinya merasa depresi karena harus menganggur dengan keterbatasan tabungan. 

Gaya hidup yang terkesan ekslusif bahkan membuat kondisi keluarganya ikut berpengaruh. Keluarga yang dulu harmonis kini sering mengalami pertengkaran karena faktor finansial yang menurun drastis. 

Inventaris masa depan memang perlu kita persiapkan sebagai pegangan disaat terjadi hal tidak terduga, sumber penghasilan tambahan atau sebagai simpanan di masa tua. Inventaris bisa berupa properti, emas, saham, aset, atau tabungan. 

Kita tidak pernah tahu nasib kita 5, 10 atau 15 tahun ke depan. Namun ketika sudah memiliki inventaris maka hidup akan terasa lebih tenang jika seandainya terjadi suatu hal diluar perkiraan atau ketika kita sudah pensiun kelak. 

2. Budaya Hidup Bijak dan Hemat

Melek finansial artinya kita sudah paham dan memiliki pola pengaturan keuangan tersendiri. Ketika kita sudah melek finansial, kita bisa memberikan batasan terhadap keluar masuk keuangan kita sendiri. 

Saya saat ini bahkan memiliki 3 jenis tabungan berbeda. Tabungan ke-1 untuk payroll gaji sekaligus untuk keuangan sehari-hari. Tabungan ke-2 untuk untuk simpanan traveling mengingat saya hobi bertamasya ketika waktu senggang. Tabunganke-3 untuk masa depan seperti simpanan menikah, membeli rumah atau aset lain. 

Adanya 3 jenis tabungan ini saya sudah mengatur berapa banyak alokasi dana dari penghasilan yang saya miliki untuk 3 kegiatan utama tersebut. 

Cara tersebut saya anggap sebagai langkah bijak agar tidak ada pengeluaran dana ekstra akibat salah hitung pengeluaran. 

Saya akan mengeluarkan kebutuhan sesuai budget yang sudah diporsikan dari masing-masing tabungan. 

3. Keuangan Terproyeksi Secara Jangka Panjang dan Pendek

Kelebihan lain ketika kita sudah melek finansial adalah kita bisa memiliki proyeksi kebutuhan yang harus dicapai dalam jangka pendek atau panjang. 

Contohnya proyeksi jangka pendek seperti kita akan menabung untuk traveling saat libur tahun baru di Jepang. Dirinya akan giat menabung selama beberapa bulan untuk mewujudkan impian tersebut. 

Proyeksi jangka panjang adalah tujuan yang ingin dicapai diatas 5 tahun ke depan. Misalkan sobat Kompasiana memiliki rencana Umroh tahun 2026 maka dirinya akan mencoba mengontrol segala pemasukan dan pengeluaran agar impian tersebut bisa terwujud. 

Saya salut membaca kisah inspirasi nenek Sunak Mutiha yang berusia 64 tahun dan berprofesi sebagai penjual kacang berhasil menunaikan ibadah haji setelah menyisihkan sebagian rejekinya untik ditabung selama bertahun-tahun (Kisah lengkapnya klik disini). 

Keberhasilan nenek Sunak Mutiha tentu didasari karena dirinya sudah memiliki proyeksi jangka panjang dan memiliki tekad yang kuat untuk mewujudkannya. Sistem menabung secara perlahan dan konsisten menunjukan bahwa nenek Sunak Mutiha sudah paham sistem pengelolaan keuangan dengan baik. 

4. Menekan Pengeluaran yang Tidak Perlu atau Over Budget

Pernah kah kita mencoba menghitung pengeluaran selama 1 hari, 1 minggu atau 1 bulan mulai dari hal terkecil hingga terbesar? 

Mungkin kita baru sadar ada pengeluaran yang justru harusnya tidak perlu ada atau ada pengeluaran yang over budget. 

Saya pernah merasa menyesal ketika membeli barang yang cukup mahal namun sampai sekarang barang tersebut belum digunakan. Saya merasa pengeluaran ini terbuang percuma. 

Inilah pentingnya kita sudah melek finansial agar bisa menekan pengeluaran yang tidak perlu terjadi. Ketika kita bisa menekan pengeluaran tersebut, kita bisa mengalihkan dana itu untuk menambah tabungan atau mengubahnya menjadi inventaris lainnya seperti emas atau saham. 

***

Kini saya sadar bahwa hidup sejahtera tidak selalu dikarenakan memiliki penghasilan tinggi. Kunci utama adalah kita bisa mengatur keuangan secara bijak dan tentu saja sudah melek secara finansial. 

Kita bisa memilah mana pengeluaran yang penting dan mana yang tidak penting. Mana yang perlu didahulukan dan mana yang bisa ditunda. Kita tentu berharap masa tua nanti akan dihabiskan dengan situasi tenang karena telah memiliki inventaris jangka panjang. 

Saatnya kita mulai melek finansial sedari dini agar tidak ada penyesalan di kemudian hari. Apakah sobat kompasiana setuju? 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun