Pertanyaan pun muncul, apakah aman melakukan undertable?Â
Saya sadar bahwa undertable melanggar etika profesionalitas kerja bahkan bisa menjurus kriminalitas. Kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang menimpa banyak pejabat pemerintah oleh KPK menjadi bukti bahwa undertable sarat pelanggaran hukum dan bisa masuk tindakan KKN khususnya Kolusi.Â
Terlepas bahwa aktivitas ini berpotensi melanggar hukum nyatanya saya lebih mengkhawatirkan undertable dapat mempengaruhi psikis karyawan jangka panjang. Mengapa?Â
1. Berlawanan Dengan Hati Nurani
Seorang teman saya bercerita bahwa lingkungan kerjanya tidak bisa jauh dari aktivitas undertable. Profesinya sebagai marketing sebuah pengadaan penanganan limbah menargetkan konsumen potensial dari kalangan pabrik, pertambangan hingga instansi pemerintah.Â
Ironisnya untuk memenangkan tender pengadaan proyek penanganan limbah yang nominalnya sangat besar. Mau tidak mau, suka tidak suka akan ada aktivitas undertable. Teman saya merasakan sendiri bagaimana lobbying dilakukan dengan undertable.Â
Hati nuraninya berkata bahwa hal ini tidak benar, namun apa daya situasi menghadapkan pada kondisi tersebut. Ada gejolak yang dirasakan oleh teman saya yang notabanenya dididik dalam keluarga yang agamis.Â
Curhat dirinya bahwa ada dilema ketika harus melakukan undertable, namun disisi lain profesinya menuntut agar proyek tersebut harus deal karena ini berkaitan dengan performa dan tugasnya sebagai marketing. Apa daya kebutuhan hidup yang tinggi ditambah gaji dan tunjangan yang besar, dirinya terpaksa mengabaikan prinsip dirinya.Â
Kisah teman ini mengajarkan saya bahwa undertable mampu mempengaruhi psikis karyawan yang melakukannya khususnya mereka yang berusaha kerja dengan jalan lurus.Â
Saya tidak bisa menghakimi atau menyarankan mundur dari profesinya karena dirinya masih membutuhkan pekerjaan dengan gaji yang cukup serta saat ini susahnya mencari pekerjaan baru di tengah pandemi.Â
2. Berpotensi Adanya Stigma Uang Bisa Melakukan Segalanya