Pembangunan Candi Borobudur sebagai tempat pemujaan bagi umat Buddha terbesar di dunia pastinya akan menarik perhatian dari kerajaan Buddha yang tersebar di berbagai kawasan Asia. Perhatian ini tentu dimanfaatkan oleh Mataram Kuno untuk saling mengenalkan budaya melalui kesenian musik.Â
Lokasi Candi Borobudur yang strategis karena diapit oleh 6 Gunung yaituÂ
- Gunung Merapi,Â
- Gunung Merbabu,Â
- Gunung Sumbing,
- Gunung Telemoyo,
- Pegunungan Menoreh, dan
- Gunung Tidar.Â
Bagi umat Hindu dan Buddha, Gunung masih dipercaya sebagai tempat suci bernaungnya para dewa. Kondisi ini akan menarik kerajaan sekitar untuk berkunjung dan mendalami agama Buddha di Borobudur.Â
Selain itu banyaknya ritual agama yang melibatkan alat musik seakan menjadi faktor pendukung lainnya bahwa sangat penting dilakukan pengenalan alat musik secara terpusat di Mataram Kuno.Â
Cara pengenalan ini mirip seperti upaya yang dilakukan penggiat seni Saung Angklung Udjo dan House of Angklung yang mementaskan alat musik Angklung khas masyarakat Sunda di Markas PBB. Pementasan ini berhasil menarik sekitar 500 diplomat dari 193 negara dan pejabat tinggi PBB yang memenuhi ruangan ECOSOC di Markas PBB, New York (Sumber Klik Disini).
Kerajaan tetangga pun pastinya antusias menunjukkan kekayaan musik yang berkembang di masyarakatnya untuk dipertontonkan kepada petinggi dan warga Mataram Kuno serta tamu kerajaan lain yang hadir.Â
Munculnya 200 relief yang memperlihatkan 60 jenis alat musik menjadi tanda bahwa Mataram Kuno berhasil menjadi penggagas pagelaran alat musik terakbar dimasa itu sebagai citra dari Sound of Borobudur.Â
Saya menilai bahwa diplomasi musik pada masa Kerajaan Mataram Kuno berhasil tidak hanya menyatukan harmoni dalam musik namun juga memperkenalkan alat musik tanah air dengan luar negeri dan menjadi cikal bakal perkembangan atau perpaduan alat musik masa kini. Beberapa diantaranya :
- Suling yang menjadi alat musik khas masyarakat Sunda dan Jawa memiliki kemiripan dengan alat musik flute yang berkembang di Eropa.Â
- Kolintang alat musik pukul dari Bambu yang khas dari Minahasa mirip dengan Xylophone dari Slovakia maupun Glockenspiel dari Jerman.Â
- Kendang sebagai alat musik pukul yang banyak digunakan oleh masyarakat Jawa dan Bali memiliki kemiripan dengan Tifa daei Indonesia Timur maupun Janggu dari Korea.Â
- Siter sebagai alat petik dari Jawa Tengah memiliki kemiripan dengan Celempung Jawa Barat, Gayageum dari Korea atau Saunggauk dari Myanmar.Â
Ada kemungkinan Mataram Kuno melalui diplomasi musik yang dilakukan selama pembangunan Candi Borobudur ikut menginspirasi munculnya alat musik baru dari perpaduan alat musik yang diperkenalkan saat masa kejayaannya. Tidaklah salah jika banyak pakar menyatakan bahwa Borobudur pusat musik dunia. Mataram Kuno memiliki kontribusi besar terhadap peradaban kesenian alat musik saat ini.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!