Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Ketika Karier Menghambat Impian, Haruskah Merelakan Impian Terkubur?

30 April 2021   19:19 Diperbarui: 5 Mei 2021   22:43 1323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustras merencanakan kuliah ke luar negeri (Sumber: zenius via edukasi.kompas.com)

Sahabat saya si Novi pun bercerita tentang kisahnya yang harus merelakan resign di lembaga internasional, yang mana gaji yang diterima berjumlah fantastis karena dalam dollar. Dirinya diterima di salah satu kampus di Jerman memang melalui beasiswa DAAD yang disediakan oleh pemerintah Jerman. 

Beasiswa tersebut memang cukup untuk membiayai kuliah dan kebutuhan hidup di Jerman. Namun dirinya belum mampu memberikan uang bulanan lagi pada orangtua di kampung halaman karena jumlah beasiswa yang diterima hanya cukup untuk kebutuhan hidup saja. 

Siapkah Untuk Bersaing Lagi Mencari Kerja?

Setelah lulus pun, sahabat saya ini juga harus berjuang untuk mendapatkan kerjaan baru. Apalagi situasi Covid ini membuat peluang kerja sangat kecil dan bersaing cukup ketat. 

Kisah Novi ini sedikit banyak menggoyahkan keteguhanku untuk apply beasiswa di luar negeri. Sempat terlintas apa sebaiknya ambil S2 dalam negeri dengan mencari kelas karyawan. 

Jujur saya tipe orang yang ketika sudah ada misi hidup berusaha mewujudkannya. Namun kembali lagi posisi kerjaan saya yang cukup sibuk harus kerja hingga menjelang malam membuat fisik terlalu lelah untuk mempersiapkan diri mencari dan apply beasiswa. 

Kisah lain juga di alami teman saya yang memutuskan resign demi lanjut kuliah S2. Setelah lulus S2, dirinya merasa kesusahan mendapatkan pekerjaan seperti dulu sebelum S2. 

Banyak perusahaan yang memilih pesaing yang memiliki banyak pengalaman kerja. Teman saya karena fokus kuliah S2, pengalaman kerja yang dimiliki pun masih sedikit. 

Di sisi lain masih banyak perusahaan yang takut mempekerjakan karyawan lulusan S2 untuk posisi tertentu. Ekspetasi calon karyawan lulusan S2 tentu menginginkan gaji yang tinggi. Padahal perusahaan cenderung menyukai karyawan yang memiliki talenta, namun tidak menuntut gaji tinggi. 

Wajar jika perusahaan melirik para freshgraduate S1 karena mereka masih muda, memiliki semangat kerja tinggi dan tentu memprioritaskan mencari pengalaman dibandingkan pada gaji. 

Tidaklah kaget rasanya jika banyak lulusan S2 akhirnya memilih menjadi dosen karena peluang kerja tersebut terbuka bagi para lulusan S2. Sepertinya saya belum menemukan hasrat sebagai tenaga pendidik. Artinya saya harus berjuang ekstra untuk mencari perusahaan swasta yang mau menerima lulusan S2 lulusan luar negeri. Selain itu karir saya pun bisa jadi mengulang lagi dari bawah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun