Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Mengintip Nasib Tukang Pos, Apakah Masih Dibutuhkan?

25 April 2021   08:09 Diperbarui: 25 April 2021   18:15 4091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pak Pos Yang Mengantarkan Paket. Sumber Smart News Tapanuli

Berkurangnya peminat pengguna layanan Pos Indonesia juga disebabkan karena agen ekspedisi yang berkembang saat ini menawarkan jasa layanan yang variatif. 

Ada paket kiriman sehari sampe, paket ekspres yang hanya bisa 2-3 hari ataupun paket reguler yang bisa diatas 3 hari. Selain itu karena mitra agen ekspedisi tersebar di banyak daerah bahkan hingga pelosok makan paketan atau surat akan bisa terkirim dengan cepat. 

Saya pernah membeli produk di salah satu situs E-Commerce. Mengingat saya sangat butuh barang tersebut saya memilih layanan kirim Same Day (atau dikirim dan sampai pada hari itu juga) karena jarak penjual masih dalam kota yang sama. Ternyata tidak butuh 2 jam, produk yang saya beli sudah sampai di rumah. Ini yang membuat saya secara personal memilih layanan ekspedisi modern dibandingkan Pos Indonesia. 

Sebenarnya Pos Indonesia juga turut menyediakan berbagai layanan kiriman dari yang sehari sampai hingga beberapa hari. Namun kenapa masyarakat tidak beralih ke Pos Indonesia? 

Saya merasa masih ada stereotip di masyarakat bahwa pengiriman Pos Indonesia terasa lama. Mungkin ada pengalaman sebelumnya dimana surat atau paketan yang penting yang diharapkan cepat datang namun justru tiba terlalu lama diluar ekspetasi. 

Kini meskipun sudah ada layanan sehari sampai layaknya layanan ekspedisi modern namun stereotip masyarakat sudah terbentuk dan susah dihilangkan. Jujur stereotip tersebut juga ada pada diri saya karena pengalaman terlalu lamanya paketan yang saya kirim sampai di lokasi tujuan. 

Berkurangnya peminat pengguna layanan Pos Indonesia membuat jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang mendistribusikan surat/palet (Pak Pos) pun ikut berpengaruh. Jumlah Pak Pos kian menyusut berbanding terbalik dengan jumlah kurir ekspedisi modern yang kian meningkat tiap tahunnya. 

Ilustrasi Pak Pos Yang Mengantarkan Paket. Sumber Smart News Tapanuli
Ilustrasi Pak Pos Yang Mengantarkan Paket. Sumber Smart News Tapanuli

3. Status Mitra Kurir Menguntungkan Perusahaan

Jika di Pos Indonesia, status Pak Pos adalah karyawan dengan mendapatkan gaji bulanan, tunjangan, fasilitas hingga hak pensiun. Artinya pengeluaran untuk SDM akan tetap sama meskipun jumlah pengguna layanan berkurang. 

Bandingkan dengan kurir yang digunakan oleh E-Commerce atau beberapa ekspedisi baru yang menerapkan sistem kemitraan untuk kurir. Disini pola kerjasama adalah masyarakat yang tertarik menjadi mitra kurir dan memenuhi syarat seperti memiliki transportasi sendiri, bersedia mengirimkan paket tanpa batas waktu dan ada sistem target yang harus dicapai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun