Apakah saya menyesal melakukan impulsive buying?Â
Saya jawab Iya, karena tindakan ini tanpa perencanaan matang dan terlalu spontan. Banyak sekali barang yang dibeli justru tidak terpakai.Â
Saya ingat membeli tripod kamera untuk kepentingan foto outdoor. Tripod tersebut lebih dari setahun tidak terpakai dan ketika dipakai ternyata langsung rusak. Masih banyak lagi hal lain yang membuat saya menyesal melakukan impulsive buying.Â
Belajar dari hal itu saya mulai menekan jiwa konsumtif saya agar tidak menyesal seperti sebelumnya. Saya melakukan 5 cara yang menurut saya cukup efektif.Â
1. Renungkan Uang Itu Untuk Kepentingan Lain
Saat ada promo besar-besaran apalagi disaat gajian tentu hasrat ingin membeli ini itu akan sangat besar. Pilih barang, masukan dalam keranjang dan kemudian memilih barang lainnya. Tanpa sadar ketika melakukan pembayaran barang yang dibeli dalam jumlah besar dan total biaya diluar ekspetasi.Â
Sebelum melakukan transaksi pembayaran alangkah baiknya kita merenung kembali sudah siapkan kita kehilangan uang mungkin ratusan ribu, jutaan atau bahkan puluhan juta setelah kita menekan tombol pembayaran?Â
Misalkan kita belanja online dengan pengeluaran 1 juta. Sebelum membayar, kita merenung seandainya 1 juta ini apakah sisa uang kita masih cukup jika suatu saat ada hal yang tidak diinginkan terjadi seperti orang tua sakit dan butuh biaya besar, adik harus bayar SPP, kendaraan tiba-tiba perlu di service, dan hal lainnya.Â
Semakin banyak kita merenung dan mengganggap akan banyak kebutuhan lain yang harus dipenuhi niscaya niat untuk berbelanja hal tidak perlu akan berkurang.Â
Bisa jadi kita justru batal membeli dan memilih uang tersebut tetap ditabung. Ini yang selalu saya praktekan agar tidak mudah terjadi impulsive buying.Â
2. Beli Barang Bekas (Second)Â
Saya adalah tipe orang yang tiba-tiba ingin memiliki atau membeli suatu barang, menggunakan barang tersebut dalam waktu sebentar karena bosan dan akhirnya barang tersebut terbengkalai hingga rusak. Jika barang tersebut murah bukan masalah besar namun bagaimana jika harga barang itu tergolong mahal.Â
Saya hampir terjebak dalam kondisi ini beberapa kali ingin membeli suatu barang yang tengah booming di masyarakat. Sempat ingin beli kamera DSLR karena seru punya kamera dan menfoto segala sesuatu yang dilihat saat traveling dan sempat ingin action camera karena melihat begitu populer di anak muda saat itu.Â