Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bukan Lulusan Kampus Ternama, Bagaimana Menyiasati Lolos Seleksi Kerja?

20 Maret 2021   13:00 Diperbarui: 24 Maret 2021   17:59 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Interview 2 Kandidat Berbeda (Sumber Fotolia via Magazine Job-Like)

Persaingan dalam dunia pencari kerja sangatlah berat dan ketat. Saya dulu pernah melamar sebuah posisi di salah satu kementerian sebagai CPNS. 

Saya teringat posisi tersebut hanya menyediakan 2 kursi untuk diterima, namun jumlah pelamar hingga mencapai ribuan orang. 

Ketatnya persaingan dan banyaknya tahap seleksi membuat hanya kandidat terbaik yang akan diterima dan saya termasuk yang gagal. 

Benarkah asal kampus ikut menentukan peserta lolos seleksi kerja? 

Tidak dipungkiri banyak interviewer atau selektor yang masih mempertimbangkan asal kampus si peserta. Semakin populer atau tinggi pemeringkatan kampus maka akan ada nilai lebih dari si pencari kerja. 

Kini sangat banyak lembaga yang mengeluarkan pemeringkatan kampus baik skala nasional hingga internasional. 

Kita pasti familiar dengan pemeringkatan kampus yang dikeluarkan oleh Kemenristekdikti Dikti, 4International College and Universities (4ICU), Webometrics, atau Times Higher Education (THE). 

Lembaga pemeringkatan ini secara rutin mengeluarkan peringkat kampus terbaik tiap tahunnya. Tidak heran peringkat kampus akan selalu naik turun dengan melihat score yang dicapai diukur dari berbagai indikator yang digunakan. 

Saya sangat sering menemukan lowongan pekerjaan yang mencantumkan syarat berasal dari kampus ternama. Kampus ternama di sini bisa dikatakan kampus yang masuk pemeringkatan salah satu lembaga dengan masuk di peringkat yang baik atau kampus yang familiar di telinga masyarakat. 

Tentu ini akan menjadi pukulan keras bagi mereka yang lulus dari kampus yang belum memiliki nama dan tidak banyak masyarakat yang mengetahui kampus tersebut. 

Kenapa muncul persyaratan kampus ternama di banyak lowongan pekerjaan? Ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut seperti :

  1. Masih ada pandangan bahwa lulus dari kampus ternama menandakan bahwa si pelamar termasuk cerdas mengingat seleksi masuk pasti ketat
  2. Kampus ternama umumnya memberikan keterampilan tambahan bagi mahasiswa yang dibutuhkan dalam dunia kerja
  3. Kurikulum perkuliahan, fasilitas perkuliahan hingga dosen pengajar telah teruji. Ini dibuktikan karena indikator ini selalu menjadi penilaian dalam pemeringkatan kampus.
  4. Pelamar dari kampus ternama masih dianggap memiliki daya analisis yang baik, kritis dan melek teknologi

Meskipun stereotip selektor atau interviewer masih banyak yang seperti ini, namun bukan berarti lulus bukan dari kampus ternama langsung berkecil hati dan tidak memiliki peluang untuk diterima kerja. 

Sebagai manager di salah satu perusahaan ternama, saya sering dilibatkan dalam proses seleksi calon pekerja khususnya yang berkenaan dengan divisi yang saya pegang. 

Saya pernah menerima pelamar yang bukan dari kampus ternama dan mengalahkan kandidat lain yang justru dari kampus top di Indonesia. 

Ada pertimbangan khusus mengapa saya menerima kandidat tersebut dan mungkin bisa jadi penyemangat bagi calon pekerja yang bukan dari kampus ternama agar bisa diterima kerja. 

Perbanyak keterampilan diri dalam bidang khusus

Ketika kita sadar bahwa saingan dalam dunia kerja itu sangat berat dan ketat. Apalagi kita bukan lulusan dari kampus ternama maka salah satu cara untuk memperkuat diri adalah dengan banyak memiliki keterampilan diri yang dibutuhkan dalam dunia kerja. 

Pernah ada kandidat yang berasal dari kampus yang selalu menempati posisi 5 kampus terbaik di tanah air. Dirinya melamar sebagai staf akunting. Mengandalkan IPK tertinggi dan berasal dari kampus ternama memang akan menjadi nilai lebih bagi si kandidat. 

Di satu sisi ada kandidat lain berasal dari kampus swasta di tanah air dan tidak masuk dalam 10 kampus ternama. IPK tidak terlalu tinggi, namun masih masuk kategori untuk diterima. Namun ada keterampilan brevet pajak yang dirinya miliki dengan dibuktikan dengan sertifikat pelatihan.

Kandidat ini justru diprioritaskan untuk diterima karena keterampilan ini justru dibutuhkan oleh perusahaan karena masalah perpajakan sangat erat dalam aktivitas di perusahaan. 

Nyatanya kandidat dari kampus ternama bisa kalah dengan kandidat lain karena pelamar dari kampus swasta ini mampu memperkuat diri dengan keterampilan khusus yang tidak dimiliki kandidat lain. 

Inilah penting bagi para pelamar kerja untuk selalu memperkaya diri dengan keterampilan khusus seperti brevet, pelatihan ISO, K3, desain grafis dan sebagainya yang dibutuhkan di posisi yang dilamar. Ini akan lebih menjual dibandingkan hanya mengandalkan IPK atau lulus dari kampus ternama namun masih minim soft skill.

Perkaya Pengalaman Organisasi

Saya pernah melakukan proses interview beberapa kandidat. Setelah membaca CV yang ditulis oleh pelamar. Saya terbersit melakukan pertanyaan sederhana, 

Adakah pengalaman organisasi selama kuliah dulu, jika ada sebagai apa dan tugasnya bagaimana? 

Ada kandidat dari kampus ternama dengan IPK memukau bercerita bahwa dirinya tidak pernah ikut organisasi. Dirinya termasuk tipe "Kupu-Kupu" alias (Kuliah Pulang, Kuliah Pulang). 

Baginya prioritas kuliah adalah belajar setekun mungkin untuk dapat IPK setinggi-tingginya. Tidak salah dengan pola pikir seperti ini karena dengan IPK tinggi pasti menjadi kebanggaan diri serta orang tua. 

Tetapi dalam dunia kerja, IPK tinggi tidak menjamin orang tersebut mampu menyesuaikan diri dalam dunia kerja. Orang IPK tinggi mungkin hebat dalam teoritis namun bisa lemah dalam praktek lapangan. 

Saya pernah merekrut seorang staf wanita karena ada pertimbangan pengalaman selama kuliah yang saya anggap bakal membantunya di pekerjaan yang saya butuhkan. 

Kandidat tersebut bercerita pernah menjabat sebagai sekretaris di BEM maupun Himpunan yang bertugas dalam hal surat-menyurat, pendataan hingga pengarsipan dokumen. 

Ini terbukti saat tes komputer, nilai yang diperoleh termasuk yang terbaik. Saya merekrutnya karena cocok dijadikan admin yang mengurus entry data dan pengarsipan sehingga pasti akan cepat beradaptasi dan belajar. 

Selagi kuliah, cobalah untuk juga aktif berorganisasi. Ini akan menjadi nilai lebih dalam seleksi kerja karena akan terlihat jelas mana mahasiswa yang hanya berorientasi nilai dan mana yang menggabungkan antara nilai dan pengalaman. 

Orang yang aktif di organisasi umumnya akan lebih percaya diri, kemampuan komunikasi baik, terorganisir, bisa bekerja sama dengan orang lain, dan mampu memimpin. 

Inilah cara yang tepat bila kita saat ini ada rasa tidak percaya diri bersaing dengan kandidat yang berasal dari kampus ternama. 

Selagi kita punya pengalaman organisasi bahkan memiliki peran penting seperti sebagai ketua umum, sekretaris, bendahara dan ketua divisi organisasi, itu bisa jadi senjata untuk meyakinkan selektor atau interviewer bahkan kita adalah kandidat yang tepat untuk diterima. 

Perbanyak Pengalaman Magang atau Part Time

Hal lain yang bisa meningkatkan nilai jual agar bisa diterima kerja adalah perbanyak pengalaman magang. Meskipun kuliah di kampus swasta dan tidak terlalu dikenal. Namun ketika kita punya pengalaman magang bisa jadi pertimbangan. Misalkan selama kuliah dulu si kandidat kerja part time atau magang di perusahaan, menjadi mentor di lembaga bimbingan belajar, membuka usaha kecil-kecilan, dan sebagainya. Ini bisa menjadi daya tarik tersendiri. 

Artinya si kandidat akan tidak kikuk ketika diterima kerja atau setidaknya sudah ada bekal pengalaman yang bisa membantu. 

Jangan pernah minder ketika kuliah sambil kerja bahkan bersyukurlah karena banyak interviewer atau selektor yang lebih memilih orang dengan pengalaman dibandingkan murni fresh graduate tanpa pengalaman. 

***

Saya merasa kesempatan untuk bersaing dalam dunia kerja masih terbuka lebar bagi mereka yang lulus bukan dari kampus ternama asalkan ada nilai lebih yang membuat dirinya unggul dari kandidat lain. 

Ini berkaca pada pengalaman saya sebagai interviewer menyeleksi para pelamar di kantor saya. Ada pertimbangan lain yang saya gunakan untuk menerima si kandidat. 

Saya berusaha obyektif memilih kandidat meskipun mereka yang berasal dari kampus ternama memiliki nilai lebih namun jika ada kandidat lain yang lebih terampil dan pengalaman. Pasti saya tertarik melirik kandidat yang terampil dan berpengalaman meski dirinya berasal dari kampus yang tidak ternama. 

Semoga bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun