Dulu ada pepatah Banyak Anak Banyak Rejeki. Tidak heran para orang tua dulu memiliki anak dalam jumlah besar. Nenek saya memiliki anak hingga 9 orang. Bahkan Nenek Buyut saya hingga 14 orang.Â
Bagi para orang tua dulu anak dianggap rejeki (walaupun kini pun masih seperti itu) sehingga ketika banyak anak tentu rejeki juga akan banyak. Mungkin dulu pepatah itu masih relevan dimana anak tidak banyak tuntutan, mengenyam pendidikan tinggi bukanlah keharusan dan tidak banyak gengsi sosial di sekitar mereka.Â
Ketika banyak anak maka tugas dan peran orang tua terbantukan. Di masyarakat pedesaan misalnya, ketika memiliki banyak anak. Anak yang sudah memasuki usia dewasa akan membantu ayahnya di sawah, kebun atau beternak. Anak yang remaja khususnya yang masih gadis membantu ibu membersihkan rumah, memasak, mencuci dan merawat adiknya yang masih kecil.
Tentu pekerjaan yang banyak bila dikerjakan oleh banyak orang akan terselesaikan dengan cepat dan memberikan hasil berlipat-lipat. Namun masih relevankah dimasa sekarang, masa dimana perkembangan Tiktok menjadi tren di kalangan anak kecil hingga orang dewasa?Â
Pernah suatu ketika seorang helper di tempat kerja memberanikan diri meminjam uang kepada saya. Alasannya karena istrinya akan melahirkan anaknya yang ke-7. Saya sampai kaget tahu jumlah anaknya sebanyak itu dimana mayoritas masih usia dibawah 10 tahun. Bahkan ada balita kembar yang sebentar lagi bersiap menambah adik baru. Saya pun membantu sesuai kebutuhannya.Â
Ironisnya teman kerja saya menceritakan kisah si helper. Saya mendapatkan info jika ada beberapa anaknya yang harus direlakan diasuh kerabat atau orang lain karena tidak sanggup membiayai hidup keluarga sebanyak itu. Entah kenapa ada perasaan berkecamuk dalam hati, apakah ini bisa dikatakan orang tua yang kurang bijak?Â
Kenapa saya bilang kurang bijak? Ketika pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana 2 anak cukup atau ada hal lain untuk menunda kehamilan seperti Pil KB, penggunaan kontrasepsi dan sebagainya. Helper saya terlalu bersemangat "bercocok tanam" namun ketika sudah menghasilkan bibit justru diberikan kepada orang lain untuk dirawat dan dibesarkan.Â
Orang tua bijak pasti memiliki perhitungan matang terkait masa depan anak-anaknya. Dirinya akan berusaha memberikan yang terbaik untuk putra-putrinya bahkan berusaha agar mereka tidak terlantar. Namun masih ada orang tua yang berpikiran "kolot" seperti masih berpegangan banyak anak banyak rejeki, jika belum punya anak cowok maka istri harus hamil lagi atau pakai alat kontrasepsi akan bertentangan dengan agama karena keturunan adalah rejeki dari Sang Pencipta.Â
Saya seakan ingin bertanya balik, jika punya banyak anak ternyata si orang tua justru menelantarkan si anak, tidak mampu merawat hingga diberikan kepada orang lain serta tidak bisa adil kepada anak-anaknya. Tentu ini akan jauh lebih berdosa.Â
Kita kembali lagi di jaman Tiktok saat ini. Kebutuhan hidup semakin meningkat, pergaulan anak kian modern, tingginya rasa gengsi hingga kondisi perekonomian tidak menentu maka sebaiknya perlu bijak dalam memiliki anak.Â